Film horor terbaik itu nggak cuma bisa bikin kita menjerit ketakutan saat menontonnya. Agar suatu film bisa disebut karya horor terbaik atau paling menyeramkan, film itu juga harus bisa diingat oleh penontonnya dalam waktu lama alias nggak lekang oleh waktu. Meskipun kita udah lama nontonnya, kita pasti bakal bergidik ngeri atau merasa nggak nyaman jika mengingat apa yang disuguhkan oleh film horor tersebut.
Itulah hal-hal yang kami jadikan patokan utama saat menyusun daftar ini.
Mungkin kamu punya pendapat lain soal film yang pantas dimasukkan dalam daftar film horor terbaik. Tapi misi utama yang kami usung saat menulis artikel ini adalah biar kamu bisa dapat referensi soal film horor masterpiece. Semoga film-film ini sesuai sama selera kamu.
Catatan: daftar ini nggak dibuat berurutan sesuai rangking.
1. A Tale of Two Sisters (Korea Selatan; 2003)

Jika horor yang mencekam dipadukan dengan aspek misteri yang jempolan dan unsur psikologis yang mengundang rasa penasaran, hasilnya adalah A Tale of Two Sisters. Saya nggak berusaha melebih-lebihkan untuk menobatkan film adaptasi dongeng berjudul Janghwa Hongryeon jeon ini sebagai karya horor terbaik dari Korea Selatan.
Film dibuka dengan karakter utamanya yang kembali pulang ke rumah dari rumah sakit jiwa. Di rumah itulah kemudian dia diperkenalkan dengan teror yang akan menemaninya sepanjang film: ibu tiri yang kejam, hantu ibu kandungnya, dan masa lalu yang kelam dari keluarganya. Untuk sisanya, kamu harus tonton sendiri filmnya buat membuktikan apa yang hendak ditawarkan oleh sutradara Kim Jee-Won.
A Tale of Two Sisters termasuk film yang mengandung plot twist di dalamnya. Dan kejutan tersebut merupakan salah satu hal terbaik yang ada di film ini.
2. The Babadook (Australia; 2014)

Karakter utama film ini ada dua: seorang ibu yang berstatus orang tua tunggal dan anaknya yang masih kecil. Mengurus anak aja udah terasa berat buat ibu tunggal. Situasi jadi lebih berat lagi ketika keluarga kecil itu diteror oleh hantu yang suka mengeluarkan bunyi, “Baaaa… baaaa… doook… doookk… dooook!”
Melihat karakter sang ibu tunggal yang lambat laun jadi stres dan depresi aja udah seram sebenarnya. Nggak kebayang apa yang ada di pikiran sang anak saat melihat kondisi ibunya yang seperti itu.
Tapi bukan berarti hantu Babadook-nya nggak seram sama sekali. Di kemunculannya yang pertama kali, kamu mungkin bakal merasa penasaran lihat wujud dari Babadook, sekaligus deg-degan karena mendengar suaranya yang membangkitkan bulu roma.
3. Noroi: The Curse (Jepang; 2005)

Ini adalah film yang dibuat oleh Koji Shiraishi, sutradara asal Jepang yang memang sering bikin film horor, seperti Teketeke, Grotesque, dan Sadako vs Kayako. Tapi saya menilai Noroi atau The Curse merupakan karya terbaiknya sejauh ini.
Plot dari film yang mengusung gaya mockumentary ini nggak gampang buat dijelaskan. Saya nggak bercanda, ceritanya kompleks banget. Singkatnya sih, kamu bakal dikenalkan dengan ahli supranatural yang tengah membuat film dokumenter. Di sepanjang perjalanannya saat membuat film itulah dia bertemu dengan bocah perempuan yang punya indera keenam, pria aneh yang memakai pakaian berbahan kertas minyak, dan (iblis) Kagutaba. Aneh ya? Ini film memang aneh.
Noroi bukanlah film yang mengandalkan jumpscare. Selayaknya film horor ala Jepang yang suka membangun tensinya dengan perlahan, rasa takut kamu bakal lebih sering berasal dari atmosfer disturbing.
4. The Witch (AS & Kanada; 2016)

Saat film baru menginjak setengah durasinya, kamu mungkin bakal kesulitan buat menjawab apa yang mengerikan dari film ini. Tapi di saat bersamaan, kamu juga bakal susah buat mengenyahkan perasaan nggak nyaman ketika menontonnya.
Dan kekhawatiran kamu pun bakal terwujud di sisa durasi, terutama saat film memasuki bagian akhir cerita.
The Witch mengambil setting di saat tahun 1600-an di Amerika Serikat, dengan keluarga pendatang dari Inggris mengambil posisi sebagai karakter utamanya. Untuk ceritanya sendiri, well, apa judul filmnya mengingatkan kamu tentang sesuatu? Ya, film ini mengandung unsur dongeng tentang penyihir sebagai penggerak cerita. Tapi kamu pasti nggak bakalan nyangka siapa sebenarnya sosok penyihir di film ini. Biarkan itu jadi kejutan untuk kamu.
5. The Wailing (Korea Selatan; 2016)

Satu kota kecil yang terletak di kaki gunung dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai dan penyakit misterius. Namun, di kala karakter utama kita yang berprofesi sebagai polisi menyelidiki kasus tersebut, kamu pun akan semakin diseret untuk mempertanyakan apa dan siapa dalang di balik semua bencana tersebut. Dan kamu harus berpikir sambil disuguhkan pemandangan horor yang terkadang mengerikan, terkadang menjijikkan.
Salah satu adegan keren dari film yang kental akan budaya tradisional Korea Selatan ini bisa kamu lihat saat ritual pengusiran setan.
6. Under the Shadow (Qatar, Jordania, & Inggris; 2016)

Pertama kali saya dibuat terkesan dengan film horor berbahasa Persia (Iran) terjadi ketika saya nonton A Girl Walks Home Alone at Night. Lalu muncullah Under the Shadow, film yang saya nilai lebih seram dari A Girl Walks Home Alone at Night.
Menurut saya apa yang menyeramkan dari film ini bukan berasal dari penampakan hantu (jin) yang mengganggu keluarga si tokoh utama. Malahan dia nggak begitu seram. Faktor yang bikin Under the Shadow layak masuk daftar film horor terbaik itu lebih bersumber dari tensi yang dibangun hampir sepanjang ¾ durasi film.
Settingnya yang terjadi pada masa perang antara Iraq-Iran dimanfaatkan dengan maksimal untuk membangun tensi tersebut. Melihat gimana misil raksasa tiba-tiba menerobos masuk lewat langit-langit apartemen, atau gimana sang karakter ibu terus dibuat waspada ketika anaknya diganggu jin yang nggak bisa dilihatnya, buat saya itulah horor sesungguhnya dari film ini.
Hey… horor itu nggak harus tentang hantu dan pembunuh berantai melulu. Apa yang bisa bikin kita ketakutan, merinding, nggak nyaman, dan jijik, nggak peduli apa pun bentuknya, bagi saya itu juga termasuk horor.
7. A Quiet Place (AS; 2018)

Berapa kali kita mengeluarkan suara dalam sehari? Sependiam-pendiamnya seseorang, dia pasti mengeluarkan suara. Jangankan suara milik sendiri, saat seseorang nggak sengaja menjatuhkan kaleng Khong Guan pun, bunyinya pasti berisik banget.
Tapi karakter-karakter di A Quiet Place sama sekali nggak boleh menimbulkan suara berisik. Itu adalah suatu hal yang sebenarnya mustahil dilakukan manusia biasa. Sekalinya ada sedikit kegaduhan, monster yang punya pendengaran super duper tajam bakal mendatangi sumber suara, lalu menerkam siapa pun orang malang yang ada di lokasi kegaduhan.
Saat kamu nonton film ini, dijamin kamu bakal sering ikutan membisu kayak karakter utamanya. Tapi di momen-momen tertentu, kamu mungkin bakalan teriak karena kemunculan monsternya. Jadi kamu bisa bayangkan sendiri betapa sulit dan menegangkannya situasi yang dihadapi karakter utamanya.
8. Gonjiam: Haunted Asylum (Korea Selatan; 2018)

Apa kamu tahu kalau film ini dapat skor sempurna 91 persen dari situs Rotten Tomatoes? Saya sendiri nggak akan kasih nilai sesempurna itu. Palingan saya bakal kasih nilai 90 persen.
Yup, Gonjiam: Haunted Asylum memang nyaris sempurna sebagai sajian horor tradisional. Kenapa saya menyebutnya horor tradisional?
Karena film mockumentary ini memasukkan banyak elemen yang bisa kita temukan dalam genre horor. Setting rumah sakit terbengkalai, hantu berwujud mengerikan, sekelompok remaja yang berlari ketakutan karena melihat hantu, dan jumpscare. Seberapa sering kamu melihat hal itu dalam genre horor?
Meskipun begitu, saya berani bilang kalau film ini tetap bisa memberikan kengerian saat kamu menontonnya.
9. The Thing (AS; 1982)

Film satu ini udah pantas disebut karya klasik yang bakal terus diingat puluhan tahun ke depan. Bahkan jika anak cucu kamu udah dewasa kelak, saya yakin banyak penulis artikel film masih akan merekomendasikan The Thing sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa.
Film ini mungkin bisa disebut setengah horor, setengah sains fiksi. Karakter-karakternya aja harus bertahan hidup dari ancaman alien (atau sesuatu, the thing). Dan kengerian yang ditebarkan oleh alien itu dilengkapi juga dengan elemen-elemen lain yang makin membuat film ini begitu mengagumkan sebagai karya horor. Keterisolasian, ketidakberdayaan, dan yang terutamanya, rasa paranoid yang membuat para karakternya nggak mempercayai satu sama lain.
10. Let the Right One In (Swedia; 2008)

Giliran vampir pun tiba, karena sekarang saya pengin membahas satu film dari Swedia, Let the Right One In. Lebih tepatnya sih, ini film berisi kisah tentang hubungan antara bocah laki-laki yang jadi korban perisakan dan vampir perempuan. Malahan film ini memang berfokus pada hubungan mereka.
Tapi ayo kita berpikir sejenak. Bagaimana jika bocah yang kesepian akhirnya mendapat teman seorang vampir yang haus darah? Itu bukanlah suatu hubungan yang normal. Sekalinya bocah tersebut dirisak oleh anak-anak nakal, apa yang bakal dilakukan oleh si vampir sahabatnya itu?
Jawabannya, sesuatu yang nggak mungkin bakal dilakukan manusia.
Let the Right One In cocok buat kamu yang suka akan film dengan kerumitan karakteristik para karakter utamanya. Unsur dramanya memang lumayan kental.
11. The Wicker Man (Inggris; 1973)

Kalau kamu mau film yang lebih modern dan gambar yang lebih jernih, kamu bisa tonton The Wicker Man rilisan tahun 2006 yang dibintangi Nicholas Cage. Tapi saran saya, jika kamu mau tahu The Wicker Man yang sesungguhnya, The Wicker Man yang mempertontonkan adegan hubungan badan seakan terlihat sama mengerikannya dengan adegan pembantaian massal, saya sarankan kamu tonton The Wicker Man versi tahun 1973.
Film ini penuh dengan keganjilan yang sangat tak sedap dipandang mata. Dan mungkin setelah nonton film ini, kamu pun bakal mempertanyakan motif di balik orang yang sikapnya kelewat baik terhadap kamu.
12. Halloween (AS; 1978 & 2018)

Ini adalah film yang dari musiknya aja udah bikin saya merinding; merinding karena ngeri dan merinding karena antusias.
Kayaknya saya nggak perlu lagi memperkenalkan antagonis utama dari Halloween, Michael Myers, sosok pembunuh bertopeng yang bakal mengejar korbannya ke mana pun mereka pergi. Ditambah lagi, Michael nggak butuh alasan yang logis buat membantai orang. Dia melakukannya seolah-olah itu adalah olahraga baginya.
Dan itu juga yang meyakinkan saya buat memilih Halloween sebagai rajanya dari genre horor slasher.
13. The Exorcist (AS; 1973)

Bayangkan kalau kamu melihat langsung orang kesurupan yang melukai diri sendiri dengan menusuk-nusuk badannya. Di Indonesia, orang kesurupan itu biasanya minta kopi hitam sambil mengaku-ngaku dirinya macan (ngomongnya sering pakai bahasa Sunda). Di Amerika, kesurupan itu agak beda kayaknya.
Ada alasan yang masuk akal kenapa The Exorcist lebih unggul ketimbang film-film lain yang mengangkat tema serupa. Pertama, karena perkembangan karakternya. Detail proses kesurupannya ditata dengan begitu apik, membuat penontonnya turut bersimpati pada Regan dirasuki iblis jahat. Karakter pendetanya pun unik, karena dia digambarkan sebagai pendeta yang telah kehilangan iman.
Kedua, tentu saja karena adegan-adegannya yang efektif dalam menakuti penonton. Saya sendiri masih nggak bisa lupa sama adegan ketika Regan muntah, atau ketika dia berjalan kayang menuruni anak tangga.
14. Ringu (Jepang; 1998)

Apa yang bikin Ringu layak disebut sebagai salah satu film horor terbaik?
Kayaknya hampir semua orang, termasuk saya, bakal menyebut Sadako sebagai alasan utamanya. Dan kemunculannya itu diletakkan di bagian yang nggak disangka-sangka pula.
Film ini memang berjalan dengan alur yang lambat banget. Tapi bersabar aja dan tonton terus filmnya sampai tamat. Kesabaran kamu bakal terbayar lunas di penghujung durasi, saya jamin.
15. Ju-On (Jepang; 2000)

Kamu pasti pernah dengar legenda urban seputar rumah angker tanpa penghuni. Lalu bagaimana jika legenda urban tentang rumah angker digabungkan dengan kutukan yang bisa membuat orang mati? Hasilnya adalah Ju-On.
Sama halnya dengan Ringu, Ju-On juga memanfaatkan hantu perempuan untuk membuat penontonnya was-was. Tapi Kayako nggak cuma punya penampakan yang menyeramkan, suara yang keluar dari mulutnya pun sama-sama bikin merinding. Saya tahu suara khasnya itu merupakan pertanda kalau Kayako bakal muncul. Tapi saya tetap nggak bisa menyembunyikan rasa takut saat menunggu penampakan Kayako.
Ju-On udah punya banyak sekuel, tapi saya merekomenasikan empat film pertamanya yang disutradarai Takashi Shimizu; Ju-on: The Curse, Ju-on: The Curse 2 (2000), Ju-on: The Grudge (2002), dan Ju-on: The Grudge 2 (2003). Setelah empat film pertamanya, kualitas Ju-On jadi jatuh, nggak lebih dari film hantu medioker.
16. The Blair Witch Project (AS; 1999)

Di saat perilisannya, The Blair Witch Project membawa genre horor ke ruang lingkup baru dengan format found footage. Selain itu teknik promosinya pun membuat kita mengira kalau film ini adalah kejadian nyata. Padahal mah nggak, toh semua pemeran di film ini masih hidup dan sehat walafiat.
Terlepas dari kehebohan yang ditimbulkannya sebelum rilis, The Blair Witch Project akhirnya berhasil membuktikan kalau sesuatu yang misterius dan nggak kita tahu bentuknya bisa berubah jadi hal yang menyeramkan. Ya, sepanjang durasi film kamu hanya akan melihat para karakternya ketakutan, tapi kamu nggak akan melihat wujud nyata dari sumber ketakutan mereka.
Oh ya, saya sarankan kamu cari di Youtube, lalu tonton beberapa ending alternatif dari film ini.
17. Rec (Spanyol; 2007)

Banyak film horor suka banget menggunakan nasib apes karakternya sebagai pembuka cerita. Pola yang sama juga ada di Rec, film asal Spanyol yang berformat found footage. Gimana nasib mereka nggak apes coba, karakter utamanya harus terjebak di dalam apartemen yang dikarantina karena penghuninya terjangkit wabah zombie.
Karena latar tempatnya yang berupa apartemen terisolasi, Rec lebih mengandalkan atmosfer klaustrofobia. Kamu nggak pernah benar-benar tahu apa yang menunggu di balik sudut ruangan. Jantung kamu bakal terus dipacu seraya berharap karakter utama film ini bisa selamat dari terkaman zombie.
Satu lagi informasi: zombie di film ini masuk golongan zombie yang larinya cepat.
18. Shutter (Thailand; 2004)

Kalau kamu mengambil foto, dan ternyata di dalam foto itu ada makhluk halus yang ikut menyusup, langkah paling masuk akal yang bisa kamu ambil adalah menghapus atau membakar foto itu. Setelahnya kamu berdoa semoga makhluk apa pun yang ikut mejeng di foto itu nggak akan mengikuti kamu.
Kenyataan nggak pernah segampang itu. Karakter utama di film ini pun harus rela dirinya diikuti hantu yang nggak sengaja terpotret.
Berbicara tentang hantunya, sepertinya karena kita orang Asia kali ya, hantu perempuan dengan kulit pucat dan rambut hitam terurainya masih kelihatan mengerikan. Sekalipun hantu semacam itu udah sering dipakai di film horor semenjak J-horror booming, hantu dalam Shutter terasa dekat dengan keseharian kita.
Karena hey, bukankah kita sering mengambil foto dalam kehidupan sehari-hari? Bukankah di internet banyak banget foto-foto hantu yang nggak sengaja terekam kamera?
19. Audition (Jepang; 1999)

Mungkin awalnya kamu bakal mengira Audition itu bukan film horor. Karena memang, film ini menceritakan tentang duda yang pengin mencari istri baru. Berkat ide “jenius” temannya, sang duda pun memilih calon istrinya dengan cara menyelenggarakan audisi. Jadi si duda ini menyamar jadi juri audisi untuk aktris pendatang baru, lalu memilah-milah calon istrinya dari para peserta audisi tersebut.
Ini film lebih seperti kisah romansa percintaan seorang duda. Tapi sekali lagi, saya punya satu nasihat kalau kamu nonton film horor Jepang: sabar. Semua kengerian, kebrutalan, dan kekejian dari film ini bakal ditumpahkan semuanya saat film menginjak akhir durasi. Dan plot yang seperti ini sepertinya memang disengaja agar kita bisa mengenal lebih dalam para karakternya.
Audition disutradari oleh Takashi Miike yang terkenal karena kelihaiannya dalam mengeksekusi adegan-adegan sadis dengan cara yang berkelas. Oleh sebab itu, faktor kengerian yang muncul di film ini hadir lewat aksi sadis.
20. The Shining (AS; 1980)

Kami merasa novel horor terbaik dari Stephen King yang diadaptasi jadi film bukanlah It, melainkan The Shining, meskipun Stephen King sendiri nggak suka dengan film yang dibesut sutradara legendaris Stanley Kubrick ini.
Kekuatan horor dari The Shining nggak terletak di penampakan hantu. Kamu nggak akan melihat hantu perempuan berambut panjang dan berbaju putih di film ini. Pun bukan jumpscare yang jadi keunggulannya. Lalu apa dong?
Penggambaran sifat manusia, ekspresi karakter, simbolisme, dan kegilaan dari Stanley Kubrick-lah yang jadi faktor kenapa film ini sampai bikin saya selalu ketakutan saat menginap di hotel, apalagi kalau hotelnya sepi. Semuanya tereksekusi dengan nyaris sempurna; dari mulai ekspresi ketakutan Shelley Duvall, ketidakwarasan Jack Nicholson saat mengayunkan kapak dan berteriak “Heeeere’s Johnnyyyyy,” sampai adegan ketika darah bertumpah ruah di lorong hotel.
Ini film benar-benar bisa memberikan efek menakutkan dengan memanfaatkan aspek psikologis.
Honorable Mention:
21. Get Out (AS; 2017)
22. Us (AS; 2019)
23. Kairo/Pulse (Jepang; 2001)
24. Inside (Prancis; 2007)
25. Martyrs (Prancis; 2008)
26. Pengabdi Setan (Indonesia; 1980 & 2017)
27. Rumah Dara (Indonesia; 2010)
28. The Mist (AS; 2007)
29. The Silent House (2010; Uruguay)
30. Alien (AS; 1979)
31. Rosemary’s Baby (AS; 1968)
32. It Follows (AS; 2014)
33. Saw (AS; 2004)
34. Hereditary (AS; 2018)
35. The Omen (AS & Inggris; 1976)
36. The Descent (Inggris; 2005)
37. Nosferatu (Jerman; 1922)
38. The Eye (Hong Kong, Singapura; 2002)
39. Thirst (Korea Selatan; 2009)
40. Carrie (AS; 1976)
Sebenarnya kami bisa sebutkan lebih dari 50 film. Tapi ya sudahlah, mendingan kamu tonton aja dulu 40 film ini. Atau kamu punya rekomendasi film horor lainnya?
The post 20+ Film Horor Terbaik yang Pantas Kita Sebut Karya Masterpiece appeared first on Selipan.com.