Quantcast
Channel: Movies – Selipan.com
Viewing all 562 articles
Browse latest View live

20+ Film Horor Terbaik yang Pantas Kita Sebut Karya Masterpiece

$
0
0

Film horor terbaik itu nggak cuma bisa bikin kita menjerit ketakutan saat menontonnya. Agar suatu film bisa disebut karya horor terbaik atau paling menyeramkan, film itu juga harus bisa diingat oleh penontonnya dalam waktu lama alias nggak lekang oleh waktu. Meskipun kita udah lama nontonnya, kita pasti bakal bergidik ngeri atau merasa nggak nyaman jika mengingat apa yang disuguhkan oleh film horor tersebut.

Itulah hal-hal yang kami jadikan patokan utama saat menyusun daftar ini.

Mungkin kamu punya pendapat lain soal film yang pantas dimasukkan dalam daftar film horor terbaik. Tapi misi utama yang kami usung saat menulis artikel ini adalah biar kamu bisa dapat referensi soal film horor masterpiece. Semoga film-film ini sesuai sama selera kamu.

Catatan: daftar ini nggak dibuat berurutan sesuai rangking.

1. A Tale of Two Sisters (Korea Selatan; 2003)

Big Blue Film

Jika horor yang mencekam dipadukan dengan aspek misteri yang jempolan dan unsur psikologis yang mengundang rasa penasaran, hasilnya adalah A Tale of Two Sisters. Saya nggak berusaha melebih-lebihkan untuk menobatkan film adaptasi dongeng berjudul Janghwa Hongryeon jeon ini sebagai karya horor terbaik dari Korea Selatan.

Film dibuka dengan karakter utamanya yang kembali pulang ke rumah dari rumah sakit jiwa. Di rumah itulah kemudian dia diperkenalkan dengan teror yang akan menemaninya sepanjang film: ibu tiri yang kejam, hantu ibu kandungnya, dan masa lalu yang kelam dari keluarganya. Untuk sisanya, kamu harus tonton sendiri filmnya buat membuktikan apa yang hendak ditawarkan oleh sutradara Kim Jee-Won.

A Tale of Two Sisters termasuk film yang mengandung plot twist di dalamnya. Dan kejutan tersebut merupakan salah satu hal terbaik yang ada di film ini.

2. The Babadook (Australia; 2014)

Entertainment One

Karakter utama film ini ada dua: seorang ibu yang berstatus orang tua tunggal dan anaknya yang masih kecil. Mengurus anak aja udah terasa berat buat ibu tunggal. Situasi jadi lebih berat lagi ketika keluarga kecil itu diteror oleh hantu yang suka mengeluarkan bunyi, “Baaaa… baaaa… doook… doookk… dooook!”

Melihat karakter sang ibu tunggal yang lambat laun jadi stres dan depresi aja udah seram sebenarnya. Nggak kebayang apa yang ada di pikiran sang anak saat melihat kondisi ibunya yang seperti itu.

Tapi bukan berarti hantu Babadook-nya nggak seram sama sekali. Di kemunculannya yang pertama kali, kamu mungkin bakal merasa penasaran lihat wujud dari Babadook, sekaligus deg-degan karena mendengar suaranya yang membangkitkan bulu roma.

3. Noroi: The Curse (Jepang; 2005)

Xanadeux

Ini adalah film yang dibuat oleh Koji Shiraishi, sutradara asal Jepang yang memang sering bikin film horor, seperti Teketeke, Grotesque, dan Sadako vs Kayako. Tapi saya menilai Noroi atau The Curse merupakan karya terbaiknya sejauh ini.

Plot dari film yang mengusung gaya mockumentary ini nggak gampang buat dijelaskan. Saya nggak bercanda, ceritanya kompleks banget. Singkatnya sih, kamu bakal dikenalkan dengan ahli supranatural yang tengah membuat film dokumenter. Di sepanjang perjalanannya saat membuat film itulah dia bertemu dengan bocah perempuan yang punya indera keenam, pria aneh yang memakai pakaian berbahan kertas minyak, dan (iblis) Kagutaba. Aneh ya? Ini film memang aneh.

Noroi bukanlah film yang mengandalkan jumpscare. Selayaknya film horor ala Jepang yang suka membangun tensinya dengan perlahan, rasa takut kamu bakal lebih sering berasal dari atmosfer disturbing.

4. The Witch (AS & Kanada; 2016)

A24

Saat film baru menginjak setengah durasinya, kamu mungkin bakal kesulitan buat menjawab apa yang mengerikan dari film ini. Tapi di saat bersamaan, kamu juga bakal susah buat mengenyahkan perasaan nggak nyaman ketika menontonnya.

Dan kekhawatiran kamu pun bakal terwujud di sisa durasi, terutama saat film memasuki bagian akhir cerita.

The Witch mengambil setting di saat tahun 1600-an di Amerika Serikat, dengan keluarga pendatang dari Inggris mengambil posisi sebagai karakter utamanya. Untuk ceritanya sendiri, well, apa judul filmnya mengingatkan kamu tentang sesuatu? Ya, film ini mengandung unsur dongeng tentang penyihir sebagai penggerak cerita. Tapi kamu pasti nggak bakalan nyangka siapa sebenarnya sosok penyihir di film ini. Biarkan itu jadi kejutan untuk kamu.

5. The Wailing (Korea Selatan; 2016)

20th Century Fox Korea

Satu kota kecil yang terletak di kaki gunung dihebohkan dengan kasus pembunuhan berantai dan penyakit misterius. Namun, di kala karakter utama kita yang berprofesi sebagai polisi menyelidiki kasus tersebut, kamu pun akan semakin diseret untuk mempertanyakan apa dan siapa dalang di balik semua bencana tersebut. Dan kamu harus berpikir sambil disuguhkan pemandangan horor yang terkadang mengerikan, terkadang menjijikkan.

Salah satu adegan keren dari film yang kental akan budaya tradisional Korea Selatan ini bisa kamu lihat saat ritual pengusiran setan.

6. Under the Shadow (Qatar, Jordania, & Inggris; 2016)

XYZ Films

Pertama kali saya dibuat terkesan dengan film horor berbahasa Persia (Iran) terjadi ketika saya nonton A Girl Walks Home Alone at Night. Lalu muncullah Under the Shadow, film yang saya nilai lebih seram dari A Girl Walks Home Alone at Night.

Menurut saya apa yang menyeramkan dari film ini bukan berasal dari penampakan hantu (jin) yang  mengganggu keluarga si tokoh utama. Malahan dia nggak begitu seram. Faktor yang bikin Under the Shadow layak masuk daftar film horor terbaik itu lebih bersumber dari tensi yang dibangun hampir sepanjang ¾ durasi film.

Settingnya yang terjadi pada masa perang antara Iraq-Iran dimanfaatkan dengan maksimal untuk membangun tensi tersebut. Melihat gimana misil raksasa tiba-tiba menerobos masuk lewat langit-langit apartemen, atau gimana sang karakter ibu terus dibuat waspada ketika anaknya diganggu jin yang nggak bisa dilihatnya, buat saya itulah horor sesungguhnya dari film ini.

Hey… horor itu nggak harus tentang hantu dan pembunuh berantai melulu. Apa yang bisa bikin kita ketakutan, merinding, nggak nyaman, dan jijik, nggak peduli apa pun bentuknya, bagi saya itu juga termasuk horor.

7. A Quiet Place (AS; 2018)

Paramount Pictures

Berapa kali kita mengeluarkan suara dalam sehari? Sependiam-pendiamnya seseorang, dia pasti mengeluarkan suara. Jangankan suara milik sendiri, saat seseorang nggak sengaja menjatuhkan kaleng Khong Guan pun, bunyinya pasti berisik banget.

Tapi karakter-karakter di A Quiet Place sama sekali nggak boleh menimbulkan suara berisik. Itu adalah suatu hal yang sebenarnya mustahil dilakukan manusia biasa. Sekalinya ada sedikit kegaduhan, monster yang punya pendengaran super duper tajam bakal mendatangi sumber suara, lalu menerkam siapa pun orang malang yang ada di lokasi kegaduhan.

Saat kamu nonton film ini, dijamin kamu bakal sering ikutan membisu kayak karakter utamanya. Tapi di momen-momen tertentu, kamu mungkin bakalan teriak karena kemunculan monsternya. Jadi kamu bisa bayangkan sendiri betapa sulit dan menegangkannya situasi yang dihadapi karakter utamanya.

8. Gonjiam: Haunted Asylum (Korea Selatan; 2018)

Showbox

Apa kamu tahu kalau film ini dapat skor sempurna 91 persen dari situs Rotten Tomatoes? Saya sendiri nggak akan kasih nilai sesempurna itu. Palingan saya bakal kasih nilai 90 persen.

Yup, Gonjiam: Haunted Asylum memang nyaris sempurna sebagai sajian horor tradisional. Kenapa saya menyebutnya horor tradisional?

Karena film mockumentary ini memasukkan banyak elemen yang bisa kita temukan dalam genre horor. Setting rumah sakit terbengkalai, hantu berwujud mengerikan, sekelompok remaja yang berlari ketakutan karena melihat hantu, dan jumpscare. Seberapa sering kamu melihat hal itu dalam genre horor?

Meskipun begitu, saya berani bilang kalau film ini tetap bisa memberikan kengerian saat kamu menontonnya.

9. The Thing (AS; 1982)

Universal Pictures

Film satu ini udah pantas disebut karya klasik yang bakal terus diingat puluhan tahun ke depan. Bahkan jika anak cucu kamu udah dewasa kelak, saya yakin banyak penulis artikel film masih akan merekomendasikan The Thing sebagai salah satu film horor terbaik sepanjang masa.

Film ini mungkin bisa disebut setengah horor, setengah sains fiksi. Karakter-karakternya aja harus bertahan hidup dari ancaman alien (atau sesuatu, the thing). Dan kengerian yang ditebarkan oleh alien itu dilengkapi juga dengan elemen-elemen lain yang makin membuat film ini begitu mengagumkan sebagai karya horor. Keterisolasian, ketidakberdayaan, dan yang terutamanya, rasa paranoid yang membuat para karakternya nggak mempercayai satu sama lain.

10. Let the Right One In (Swedia; 2008)

Sandrew Metronome

Giliran vampir pun tiba, karena sekarang saya pengin membahas satu film dari Swedia, Let the Right One In. Lebih tepatnya sih, ini film berisi kisah tentang hubungan antara bocah laki-laki yang jadi korban perisakan dan vampir perempuan. Malahan film ini memang berfokus pada hubungan mereka.

Tapi ayo kita berpikir sejenak. Bagaimana jika bocah yang kesepian akhirnya mendapat teman seorang vampir yang haus darah? Itu bukanlah suatu hubungan yang normal. Sekalinya bocah tersebut dirisak oleh anak-anak nakal, apa yang bakal dilakukan oleh si vampir sahabatnya itu?

Jawabannya, sesuatu yang nggak mungkin bakal dilakukan manusia.

Let the Right One In cocok buat kamu yang suka akan film dengan kerumitan karakteristik para karakter utamanya. Unsur dramanya memang lumayan kental.

11. The Wicker Man (Inggris; 1973)

British Lion Films

Kalau kamu mau film yang lebih modern dan gambar yang lebih jernih, kamu bisa tonton The Wicker Man rilisan tahun 2006 yang dibintangi Nicholas Cage. Tapi saran saya, jika kamu mau tahu The Wicker Man yang sesungguhnya, The Wicker Man yang mempertontonkan adegan hubungan badan seakan terlihat sama mengerikannya dengan adegan pembantaian massal, saya sarankan kamu tonton The Wicker Man versi tahun 1973.

Film ini penuh dengan keganjilan yang sangat tak sedap dipandang mata. Dan mungkin setelah nonton film ini, kamu pun bakal mempertanyakan motif di balik orang yang sikapnya kelewat baik terhadap kamu.

12. Halloween (AS; 1978 & 2018)

Universal Pictures

Ini adalah film yang dari musiknya aja udah bikin saya merinding; merinding karena ngeri dan merinding karena antusias.

Kayaknya saya nggak perlu lagi memperkenalkan antagonis utama dari Halloween, Michael Myers, sosok pembunuh bertopeng yang bakal mengejar korbannya ke mana pun mereka pergi. Ditambah lagi, Michael nggak butuh alasan yang logis buat membantai orang. Dia melakukannya seolah-olah itu adalah olahraga baginya.

Dan itu juga yang meyakinkan saya buat memilih Halloween sebagai rajanya dari genre horor slasher.

13. The Exorcist (AS; 1973)

Warner Bros.

Bayangkan kalau kamu melihat langsung orang kesurupan yang melukai diri sendiri dengan menusuk-nusuk badannya. Di Indonesia, orang kesurupan itu biasanya minta kopi hitam sambil mengaku-ngaku dirinya macan (ngomongnya sering pakai bahasa Sunda). Di Amerika, kesurupan itu agak beda kayaknya.

Ada alasan yang masuk akal kenapa The Exorcist lebih unggul ketimbang film-film lain yang mengangkat tema serupa. Pertama, karena perkembangan karakternya. Detail proses kesurupannya ditata dengan begitu apik, membuat penontonnya turut bersimpati pada Regan dirasuki iblis jahat. Karakter pendetanya pun unik, karena dia digambarkan sebagai pendeta yang telah kehilangan iman.

Kedua, tentu saja karena adegan-adegannya yang efektif dalam menakuti penonton. Saya sendiri masih nggak bisa lupa sama adegan ketika Regan muntah, atau ketika dia berjalan kayang menuruni anak tangga.

14. Ringu (Jepang; 1998)

Toho

Apa yang bikin Ringu layak disebut sebagai salah satu film horor terbaik?

Kayaknya hampir semua orang, termasuk saya, bakal menyebut Sadako sebagai alasan utamanya. Dan kemunculannya itu diletakkan di bagian yang nggak disangka-sangka pula.

Film ini memang berjalan dengan alur yang lambat banget. Tapi bersabar aja dan tonton terus filmnya sampai tamat. Kesabaran kamu bakal terbayar lunas di penghujung durasi, saya jamin.

15. Ju-On (Jepang; 2000)

Toei Video Company

Kamu pasti pernah dengar legenda urban seputar rumah angker tanpa penghuni. Lalu bagaimana jika legenda urban tentang rumah angker digabungkan dengan kutukan yang bisa membuat orang mati? Hasilnya adalah Ju-On.

Sama halnya dengan Ringu, Ju-On juga memanfaatkan hantu perempuan untuk membuat penontonnya was-was. Tapi Kayako nggak cuma punya penampakan yang menyeramkan, suara yang keluar dari mulutnya pun sama-sama bikin merinding. Saya tahu suara khasnya itu merupakan pertanda kalau Kayako bakal muncul. Tapi saya tetap nggak bisa menyembunyikan rasa takut saat menunggu penampakan Kayako.

Ju-On udah punya banyak sekuel, tapi saya merekomenasikan empat film pertamanya yang disutradarai Takashi Shimizu; Ju-on: The Curse, Ju-on: The Curse 2 (2000), Ju-on: The Grudge (2002), dan Ju-on: The Grudge 2 (2003). Setelah empat film pertamanya, kualitas Ju-On jadi jatuh, nggak lebih dari film hantu medioker.

16. The Blair Witch Project (AS; 1999)

Artisan Entertainment

Di saat perilisannya, The Blair Witch Project membawa genre horor ke ruang lingkup baru dengan format found footage. Selain itu teknik promosinya pun membuat kita mengira kalau film ini adalah kejadian nyata. Padahal mah nggak, toh semua pemeran di film ini masih hidup dan sehat walafiat.

Terlepas dari kehebohan yang ditimbulkannya sebelum rilis, The Blair Witch Project akhirnya berhasil membuktikan kalau sesuatu yang misterius dan nggak kita tahu bentuknya bisa berubah jadi hal yang menyeramkan. Ya, sepanjang durasi film kamu hanya akan melihat para karakternya ketakutan, tapi kamu nggak akan melihat wujud nyata dari sumber ketakutan mereka.

Oh ya, saya sarankan kamu cari di Youtube, lalu tonton beberapa ending alternatif dari film ini.

17. Rec (Spanyol; 2007)

Magnolia Pictures

Banyak film horor suka banget menggunakan nasib apes karakternya sebagai pembuka cerita. Pola yang sama juga ada di Rec, film asal Spanyol yang berformat found footage. Gimana nasib mereka nggak apes coba, karakter utamanya harus terjebak di dalam apartemen yang dikarantina karena penghuninya terjangkit wabah zombie.

Karena latar tempatnya yang berupa apartemen terisolasi, Rec lebih mengandalkan atmosfer klaustrofobia. Kamu nggak pernah benar-benar tahu apa yang menunggu di balik sudut ruangan. Jantung kamu bakal terus dipacu seraya berharap karakter utama film ini bisa selamat dari terkaman zombie.

Satu lagi informasi: zombie di film ini masuk golongan zombie yang larinya cepat.

18. Shutter (Thailand; 2004)

GMM Grammy

Kalau kamu mengambil foto, dan ternyata di dalam foto itu ada makhluk halus yang ikut menyusup, langkah paling masuk akal yang bisa kamu ambil adalah menghapus atau membakar foto itu. Setelahnya kamu berdoa semoga makhluk apa pun yang ikut mejeng di foto itu nggak akan mengikuti kamu.

Kenyataan nggak pernah segampang itu. Karakter utama di film ini pun harus rela dirinya diikuti hantu yang nggak sengaja terpotret.

Berbicara tentang hantunya, sepertinya karena kita orang Asia kali ya, hantu perempuan dengan kulit pucat dan rambut hitam terurainya masih kelihatan mengerikan. Sekalipun hantu semacam itu udah sering dipakai di film horor semenjak J-horror booming, hantu dalam Shutter terasa dekat dengan keseharian kita.

Karena hey, bukankah kita sering mengambil foto dalam kehidupan sehari-hari? Bukankah di internet banyak banget foto-foto hantu yang nggak sengaja terekam kamera?

19. Audition (Jepang; 1999)

Art Port

Mungkin awalnya kamu bakal mengira Audition itu bukan film horor. Karena memang, film ini menceritakan tentang duda yang pengin mencari istri baru. Berkat ide “jenius” temannya, sang duda pun memilih calon istrinya dengan cara menyelenggarakan audisi. Jadi si duda ini menyamar jadi juri audisi untuk aktris pendatang baru, lalu memilah-milah calon istrinya dari para peserta audisi tersebut.

Ini film lebih seperti kisah romansa percintaan seorang duda. Tapi sekali lagi, saya punya satu nasihat kalau kamu nonton film horor Jepang: sabar. Semua kengerian, kebrutalan, dan kekejian dari film ini bakal ditumpahkan semuanya saat film menginjak akhir durasi. Dan plot yang seperti ini sepertinya memang disengaja agar kita bisa mengenal lebih dalam para karakternya.

Audition disutradari oleh Takashi Miike yang terkenal karena kelihaiannya dalam mengeksekusi adegan-adegan sadis dengan cara yang berkelas. Oleh sebab itu, faktor kengerian yang muncul di film ini hadir lewat aksi sadis.

20. The Shining (AS; 1980)

Warner Bros.

Kami merasa novel horor terbaik dari Stephen King yang diadaptasi jadi film bukanlah It, melainkan The Shining, meskipun Stephen King sendiri nggak suka dengan film yang dibesut sutradara legendaris Stanley Kubrick ini.

Kekuatan horor dari The Shining nggak terletak di penampakan hantu. Kamu nggak akan melihat hantu perempuan berambut panjang dan berbaju putih di film ini. Pun bukan jumpscare yang jadi keunggulannya. Lalu apa dong?

Penggambaran sifat manusia, ekspresi karakter, simbolisme, dan kegilaan dari Stanley Kubrick-lah yang jadi faktor kenapa film ini sampai bikin saya selalu ketakutan saat menginap di hotel, apalagi kalau hotelnya sepi. Semuanya tereksekusi dengan nyaris sempurna; dari mulai ekspresi ketakutan Shelley Duvall, ketidakwarasan Jack Nicholson saat mengayunkan kapak dan berteriak “Heeeere’s Johnnyyyyy,” sampai adegan ketika darah bertumpah ruah di lorong hotel.

Ini film benar-benar bisa memberikan efek menakutkan dengan memanfaatkan aspek psikologis.

Honorable Mention:

21. Get Out (AS; 2017)

22. Us (AS; 2019)

23. Kairo/Pulse (Jepang; 2001)

24. Inside (Prancis; 2007)

25. Martyrs (Prancis; 2008)

26. Pengabdi Setan (Indonesia; 1980 & 2017)

27. Rumah Dara (Indonesia; 2010)

28. The Mist (AS; 2007)

29. The Silent House (2010; Uruguay)

30. Alien (AS; 1979)

31. Rosemary’s Baby (AS; 1968)

32. It Follows (AS; 2014)

33. Saw (AS; 2004)

34. Hereditary (AS; 2018)

35. The Omen (AS & Inggris; 1976)

36. The Descent (Inggris; 2005)

37. Nosferatu (Jerman; 1922)

38. The Eye (Hong Kong, Singapura; 2002)

39. Thirst (Korea Selatan; 2009)

40. Carrie (AS; 1976)

Sebenarnya kami bisa sebutkan lebih dari 50 film. Tapi ya sudahlah, mendingan kamu tonton aja dulu 40 film ini. Atau kamu punya rekomendasi film horor lainnya?

The post 20+ Film Horor Terbaik yang Pantas Kita Sebut Karya Masterpiece appeared first on Selipan.com.


6 Fan Theory yang Cukup Masuk Akal dari Film-Film Hollywood Terkenal

$
0
0

Pernah nggak sih kamu merasa bingung sehabis nonton suatu film? Kamu merasa ada aspek di film tersebut yang belum terjelaskan dengan gamblang. Seperti jalan cerita yang menggantung dari film yang seru misalnya. Dan karena terusik rasa penasaran, kamu sampai bikin teori untuk mengisi aspek itu.

Itulah yang disebut fan theory, teori atau spekulasi yang dibuat oleh penggemar suatu film. Beberapa fan theory biasanya cuma dikonsumsi sebagai hiburan saja oleh sesama penggemar film, terutama teori yang terlalu ngawur. Tapi menariknya, ada juga fan theory yang diakui kebenarannya oleh sutradara film sekalipun.

Nah, terinpirasi dari hal itu, kali ini saya mau membagikan 6 fan theory yang kalau dipikir-pikir cukup masuk akal juga. Bukan berarti fan theory ini 100 persen benar. Kalau kamu nggak setuju, kamu pun punya hak untuk nggak setuju. Selamat membaca!

1. James Bond itu hanya nama samaran

via express.co.uk

Sadar nggak kalau sejak kemunculannya pertamanya di tahun 1962, sudah banyak aktor yang pernah memerankan James Bond di film-filmnya? Dan anehnya lagi, di setiap filmnya, James Bond nggak pernah terlihat bertambah tua. Nah, ada satu teori yang mengatakan bahwa James Bond itu bukan nama dari satu orang tertentu. Itu cuma nama samaran yang dipakai oleh beberapa agen rahasia ganteng.

Masuk akal sih, soalnya dari jaman Sean Connery sampai Daniel Craig, James Bond masih segar bugar! Plus, dari sekian banyak film James Bond, hampir nggak ada yang memikirkan soal keterkaitan dari satu film ke film yang lainnya. Hmm, menarik.

2. Bocah yang katanya “anak” dari Forrest Gump sebenarnya bukan anak kandungnya

Paramount Pictures

Teori tentang Forrest Gump ini lumayan menyedihkan. Karakter perempuan yang disukai Forrest Gump, Jenny, dikisahkan beranjak dewasa jadi “cewek nakal”. Di filmnya pun memang diceritakan kalau Jenny mempunyai beberapa pasangan sebelum akhirnya menikah dengan Forrest. Tapi di saat filmnya hampir selesai, muncul anak kecil yang merupakan anak kandung dari Forrest dan Jenny.

Satu teori mengatakan bahwa anak tersebut bukanlah anak kandung dari Forrest. Cukup masuk akal, mengingat Jenny sempat bergonta ganti pasangan sebelum kembali ke pelukan Forrest. Dipikir-pikir, kalau teori ini benar adanya, kasihan juga Forrest.

3. Joker sebenarnya seorang veteran perang

Sebenarnya kalau diperhatikan dengan lebih seksama, sudah ada beberapa tanda-tanda dari teori yang satu ini di film The Dark Knight. Mulai dari taktik serangannya (ingat bagaimana saat dia menyamar menjadi tentara?), sampai betapa santainya gestur Joker saat diinterogasi oleh Batman.

Teori ini juga menjelaskan bahwa muka Joker yang rusak merupakan sisa luka dari waktu dia masih bertugas jadi tentara. Dan sifatnya yang liar dan gila disebabkan oleh trauma yang dia dapatkan sepulang bertugas dari medan perang.

4. Stan Lee adalah seorang Watcher

Marvel Studios

Pernah bertanya-tanya nggak kenapa Stan Lee selalu muncul sepintas di setiap film Marvel? Menurut teori yang satu ini, ternyata Stan Lee merupakan entitas yang bernama The Watcher. Kalau merunut ke sejarah Watcher di komik Marvel, mereka adalah makhluk antar dimensi yang bertugas untuk memantau semua kehidupan di berbagai dunia dan dimensi yang lain.

Masuk akal juga sih, mengingat mendiang Stan Lee selalu muncul di semua film Marvel, mau itu yang hasil garapan Disney maupun Fox. Watcher pun memang makhluk yang bisa muncul dan melihat semua dunia yang ada di lingkup dunia Marvel. Sebagai salah satu orang penting di Marvel, teori ini bikin Stan Lee makin kelihatan keren.

5. Ferris Bueller cuma sosok imajiner

Paramount Pictures

Di film Ferris Bueller’s Day Off, ada salah satu karakter utama yang bernama Cameron. Dia sangat berbeda dengan Ferris yang ceria, percaya diri, dan kadang-kadang berbuat seenaknya. Cameron terkesan pesimis dan mudah depresi, atau kalau bahasa gaulnya mah, sering galau.

Nah, teori ini menyatakan bahwa sebenarnya Ferris Bueller itu cuma fantasi atau khayalan dari Cameron yang nggak bisa memiliki sifat-sifat positif di hidupnya. Karena hal itulah, akhirnya Cameron memproyeksikan imajinasinya ke bentuk Ferris Bueller yang selalu dibawa ke mana pun dia pergi.

Tonton filmnya deh, kamu bakal tahu kalau dua karakter tersebut memang memiliki sifat yang berbeda banget.

6. Willy Wonka sudah merencanakan untuk membunuh anak-anak yang berkunjung

Paramount Pictures

Film Charlie and The Chocolate Factory memang seru untuk semua orang dari berbagai umur. Selain karena pesan moralnya yang bagus, jalan ceritanya pun mudah dicerna. Tapi nggak tahu kenapa, ada satu fan theory yang cukup seram tentang film ini. Menurut teori tersebut, Willy Wonka merupakan seorang pembunuh keji yang selalu merencanakan aksinya setiap kali akan menyebar tiket emas.

Kenapa setiap anak kena jebakan yang seperti sudah disiapkan khusus untuk mereka? Atau kenapa para Oompa Loompa bisa memasukan nama anak-anak tersebut dengan pas di setiap lagu yang muncul setelah mereka kena jebakan? Pasti sudah direncanakan itu mah!

Gimana menurut kamu? Apa kamu percaya kalau 6 fan theory itu benar?

The post 6 Fan Theory yang Cukup Masuk Akal dari Film-Film Hollywood Terkenal appeared first on Selipan.com.

6 Karakter Disney yang Punya Kemungkinan Mengidap Gangguan Psikologis

$
0
0

Selain Doraemon, Sailor Moon, dan WWF Smackdown, saya yakin kamu pasti pernah nonton film animasi Disney saat kecil dulu. Mungkin kamu nonton film Disney karena dulu bercita-cita jadi princess, mungkin kamu gemas sama karakter-karakternya, atau mungkin juga karena kamu punya hasrat tersembunyi untuk disekap oleh monster buruk rupa di kastil raksasa layaknya putri Belle.

Ya, Belle itu cantik dan gemar memakai gaun kuning. Ia bisa menerima kekurangan pria yang ia cintai, nggak peduli pria itu punya tampang monster. Tapi apa kamu sadar kalau Belle itu mungkin punya gejala gangguan mental? Dan nggak cuma Belle doang, seenggaknya ada 5 karakter lain yang bakal kita analisis di artikel ini.

1. Princess Belle (Beauty and the Beast) – Stockholm Syndrome

via indiewire.com

Stockholm Syndromes sebenarnya kurang pantas buat dimasukkan dalam kategori gangguan mental. Sindrom ini lebih condong masuk ke kondisi atau fenomena psikologis.

Apa hubungannya dengan Belle?

Gejala dari Sindrom Stokholm itu mirip banget dengan karakteristiknya Belle. Ia diculik dan disekap dengan paksa oleh the Beast di kastil. Hari demi hari dijalaninya sebagai tawanan, dan Belle sama sekali nggak diperbolehkan pulang. Tapi seperti yang kita ketahui, Belle akhirnya jatuh cinta pada penculiknya itu. Mereka pun hidup bahagia bersama selamanya.

2. Prince Phillip (Sleeping Beauty) – somnophilia

via kmfa.org

Individu pengidap somnophilia atau Sleeping Beauty Syndrome seringkali terangsang secara seksual pada lawan jenis yang tengah tertidur/dalam kondisi tak sadar. Jadi sepertinya lebih tepat jika sindrom ini dimasukkan dalam ranah kelainan seksual alih-alih gangguan mental.

Apa hubungannya dengan Philip?

Di sini kita sedang membicarakan seorang pangeran yang melecehkan perempuan yang tengah tak berdaya. Kerjaannya si pangeran ini apa sih? Nggak ada. Setelah nongol sebentar, dia tiba-tiba muncul lagi dan langsung terangsang kala melihat Aurora tertidur pulas sebelum mencium putri yang malang tersebut. Ia melakukannya dengan senang hati pula.

Nggak heran munculnya nama Sindrom Sleeping Beauty dipengaruhi dari tindakan semena-mena sang pangeran.

3. Prince Florian (Snow White) – pedofilia

via cosmopolitan.com

Pedofilia adalah… well, kamu pasti tahu lah.

Apa hubungannya dengan Florian?

Berapa umur Snow White ketika pangeran Florian mencumbunya? Ternyata umurnya masih 14 tahun. Jadi bisa dikatakan, Snow White itu masih di bawah umur. Apalagi kata yang tepat untuk menggambarkan Prince Florian selain pedofil?

4. Alice (Alice in Wonderland) – skizofrenia

via losbuffo.com

Skizofrenia = suatu gangguan mental yang membuat penderitanya mengalami halusinasi dan delusi. Mereka pun kesulitan membedakan realitas dan halusinasi karena kekacauan berpikir mereka.

Apa hubungannya dengan Alice?

Dunia anak kecil itu penuh dengan imajinasi. Tapi kita nggak bisa mengenyampingkan kemungkinan kalau segala keajaiban yang dilihat Alice itu merupakan halusinasinya (sebagai akibat dari skizofrenia). Ini masih diperkuat lagi dengan bukti ketakutan Alice pada ratu yang ingin menghabisi nyawanya. Dengan kata lain, Alice mengalami paranoid, suatu gejala yang biasanya dialami oleh penderita skizofrenia.

Jadi ada kemungkinan apa yang kita tonton di Alice in Wonderland itu merupakan dunia rekaan hasil dari penyakit skizofrenia-nya Alice. Toh, nggak ada karakter lain yang melihat kucing melayang selain Alice ‘kan?

5. Peter Pan (Peter Pan) – Peter Pan Syndrome

via slashfilm.com

Satu lagi gangguan mental yang dinamai dari perilaku karakter fiksi. Seseorang, biasanya laki-laki, bisa disebut memiliki Sindrom Peter Pan jika ia berperilaku tak sesuai umurnya yang telah dewasa. Mereka terus bertingkah layaknya anak kecil.

Apa hubungannya dengan Peter Pan?

Peter Pan sendiri aslinya adalah orang dewasa yang menolak untuk tumbuh dewasa. Yang ada di otaknya hanyalah bersenang-senang, layaknya anak kecil yang belum dibebani tanggung jawab. Dan ia berhasil mendapatkan keinginannya tersebut.

Fisik dari Peter Pan akan selamanya terus seperti bocah. Konsekuensinya, kelakuan dan cara berpikirnya pun akan terus kayak bocah.

6. Cinderella (Cinderella) – Gangguan Kepribadian Ketergantungan

via wnyc.org

Gangguan kepribadian ktergantungan atau dependant personality disorder ditandai oleh ketergantungan yang sangat tinggi pada orang lain untuk memperhatikan dan mengurusnya. Orang yang menderita gangguan ini biasanya juga mengalami gangguan kecemasan perpisahan (separation anxiety disorder) saat masih kecil.

Apa hubungannya dengan Cinderella?

Cinderella merupakan yatim piatu yang ditinggal mati kedua orang tuanya. Setelah kematian ayahnya, ia kemudian diurus oleh ibu tirinya yang jahat. Setiap hari ia selalu disuruh seenaknya oleh sang ibu dan dua saudara tirinya yang juga suka memperlakukannya dengan kejam.

Tapi seberapa parah pun Cinderella disiksa, ia enggan meninggalkan ibu tirinya itu. Hidupnya seolah sangat bergantung pada ibu tirinya, sampai-sampai jika mereka berpisah, Cinderella nggak akan berdaya.

Perubahan baru terjadi saat ibu peri menolongnya (atau mengurusnya) agar Cinderella bisa ikut pesta dansa. Setelah peran ibu peri selesai, giliran pangeran tampan yang mengambil alih tugas mengurus Cinderella.

Siapa kiranya orang yang akan mengurus Cinderella jika ia berpisah dengan si pangeran?

Akhir kata, saya bukan dokter atau psikologis. Di artikel ini saya cuma membicarakan tentang kemungkinan. Jadi bukan berarti Belle itu pasti mengalami Stockholm Syndrome ya.

Dan saya pun nggak punya niatan sedikit pun untuk memberi konotasi negatif pada penderita gangguan mental. Mereka bukanlah orang-orang yang harus kita jauhi. Sebaliknya, kita perlu memberikan dukungan yang positif agar mereka bisa sembuh. Setuju?

The post 6 Karakter Disney yang Punya Kemungkinan Mengidap Gangguan Psikologis appeared first on Selipan.com.

15 Film Thriller Terbaik yang Paling Jago Memacu Adrenalin Penonton

$
0
0

Ada banyak faktor yang menentukan bagus atau tidaknya film thriller. Tapi menurut saya sebagai penikmat film, film thriller terbaik itu yang bisa bikin jantung berdebar kencang pas menontonnya. Nggak cukup sampai di situ, film thriller jempolan juga wajib punya penokohan yang kuat, jalan cerita yang nggak disangka-sangka, dan kalau perlu, plot twist yang bisa bikin penonton terperanjat dari tempat duduknya sambil bilang, “Oh my God!” atau “Duh, Gusti nu Agung!“.

Nah, daftar film thriller ini dibuat berdasarkan kriteria yang saya sebutkan di atas. Ibaratnya, kalau meminjam bahasa pekerja quality control, 15 film berikut udah memenuhi persyaratan dan layak buat direkomendasikan ke pembaca Selipan. Yuk, langsung aja kita simak satu per satu!

1. Oldboy (Korea Selatan; 2003)

Show East

Awalnya Oh Dae Su hanyalah seorang pebisnis biasa yang gemar mabuk-mabukan. Hingga suatu ketika, si pemabuk ini diculik oleh orang tak dikenal. Ia lalu dikurung selama 15 tahun di sebuah hotel misterius. 15 tahun ia dikurung sebelum tiba-tiba dikeluarkan tanpa penjelasan apa pun! Yup, Oh Dae Su sama sekali nggak tahu dosa apa yang telat ia perbuat.

Premis yang cukup menarik untuk sebuah film thriller.

Tapi film ini jauh lebih menarik kalau kamu lihat bagaimana ceritanya dikembangkan, dijamin. Bagian yang paling saya kagumi terlihat dari bagaimana Oh Dae Su berkembang dari seorang ahjussi (paman) yang hobi mabuk-mabukan menjadi pria yang dipenuhi hasrat balas dendam. Dan semua itu terasa masuk akal.

Oldboy juga menyajikan banyak kejutan tanpa memudarkan rasa penasaran saya yang udah terbangun semenjak awal film bergulir. Saya nggak henti-hentinya menunggu langkah apa yang bakal diambil Oh Dae Su buat mengungkap misteri di balik 15 tahun masa pengurungannya.

Bagian puncak itu pun tiba saat film memasuki penghujung ceritanya, ketika Dae Su bertemu dengan Lee Woo Jin, orang yang bertanggung jawab atas semua penderitaannya selama 15 tahun.

2. Silence of the Lambs (AS; 1991)

Orion Pictures

Ngomongin film thriller terbaik, kayaknya kurang lengkap kalau nggak menyebut Silence of the Lambs. Ini adalah karya masterpiece peraih Oscar, sekaligus film yang mengukuhkan nama Hannibal Lecter di jajaran karakter antagonis paling ikonik dalam sejarah perfilman.

Banyak pula kritikus yang menobatkan Silence of The Lambs sebagai film thriller terbaik sepanjang masa. Umumnya sih, mereka menyanjung alur cerita dan karakter-karakternya yang dibangun dengan kuat, serta adegan-adegan disturbing khas film kriminal yang dikemas secara jenius.

Yaah, tapi kalau prestasi yang udah dijelaskan tadi belum cukup meyakinkan kamu buat menonton film ini, saya kasih satu adegan gila Silence of the Lambs yang bisa mengubah pikiran kamu (spoiler alert!).

Bayangkan seorang narapidana yang kabur dengan menyamar jadi polisi. Tapi biar penyamarannya lebih meyakinkan, si narapidana terlebih dahulu membunuh dan menguliti wajah polisi yang bertugas mengawalnya. Kemudian ia pakai kulit wajah polisi malang tersebut sebagai topeng. Dan voila! Ia pun melenggang ke luar menuju kebebasan.

3. The Chaser (Korea Selatan; 2003)

Showbox

Jujur, saya merasa terusik saat mengetahui karakter utama di film ini adalah mantan polisi yang beralih profesi jadi mucikari. Ayolah, apa yang bisa diharapkan dari polisi korup yang udah meninggalkan kehormatannya demi terjun ke bisnis gelap?

Tapi bukan saya saja yang merasa terusik, si mucikari pun merasa terusik karena gadis malamnya hilang satu per satu setiap melayani pelanggan yang sama. Dari situlah saya mulai berharap ada kejutan yang berdatangan di sisa cerita. Dan benar saja, hampir di sepertiga durasi, saya nggak berhenti dibikin deg-degan oleh aksi kejar-kejaran si mantan polisi dengan pembunuh berantai yang jadi dalang hilangnya gadis-gadis malam.

Elemen thriller terbaik di film ini terletak di pembangunan suasananya yang terkesan orisinil. Adegan-adegan kekerasan disajikan senyata mungkin, seolah-olah aktornya benar-benar disakiti saat syuting.

Kerennya lagi, seiring adegan-adegan ngeri bermunculan, alur ceritanya pun semakin menggelitik rasa penasaran saya tentang bagaimana semua kekacauan dalam cerita akan berakhir. Nggak disangka, saya ditampar oleh ending yang menyayat hati.

4. Gone Girl (AS; 2014)

20th Century Fox

Film karya David Fincher ini berfokus pada konflik antara suami istri, Amy Dunne (Rosamund Pike) dan Nick Dunne (Ben Affleck). Suatu hari sepulang kerja, Nick nggak bisa menemukan istrinya yang hilang entah ke mana. Kasus hilangnya Ammy kemudian mendapat sorotan media, dan masyarakat menuduh Nick telah membunuh Amy.

Misteri hilangnya Amy dan alur mundur yang perlahan mengungkap konflik antara dua sejoli tersebut, mengantarkan kita ke pertanyaan yang lebih besar lagi: siapakah sebenarnya Amy? Di sinilah Gone Girl memperlihatkan pesonanya, yakni lewat pembeberan jawaban soal misteri Amy.

Di satu adegan, film ini bahkan sanggup menjungkirbalikkan anggapan tentang siapa yang baik dan yang jahat.

5. Cold Fish (Jepang; 2010)

Nikkatsu

Film ini bercerita tentang Shamoto, seorang pemilik toko ikan yang pendiam, kurang ambisius dalam berbisnis, dan nggak pintar bergaul. Saat putrinya tertangkap basah mencuri di sebuah toko kelontong, Shamoto bertemu dengan Murata, pedagang ikan hias yang jauh lebih sukses darinya. Dengan tutur kata yang ramah dan karismanya, Murata pun mengajak Shamoto dan istrinya bekerja di toko ikan miliknya.

Berharap bisa belajar metode ampuh berbisnis ikan dari Murata, Shamoto malah menemui kejanggalan dalam diri pria tua itu. Murata dan istrinya yang selama ini dikenal Shamoto sebagai orang ramah dan humoris ternyata adalah komplotan penipu sekaligus pembunuh berantai yang gemar memutilasi korban.

Agak berbeda dengan film lain dalam daftar, Cold Fish punya unsur komedi gelap yang jadi daya tariknya. Hal itu terlihat dari perbedaan kelas sosial dan watak antar tokoh yang begitu menonjol. Kepribadian Shamoto pun lambat laun berubah karena terus dipaksa melakukan hal yang berlawanan dengan hati nuraninya.

Oh iya, film ini punya ending brilian yang bakal mengajari kamu arti filosofis tentang kehidupan. Ada kata-kata Shamoto yang masih terngiang di telinga saya: “Hidup adalah tentang rasa sakit.”

6. Confessions (Jepang; 2010)

Toho Company

Saat pertama kali melihat Yuko-sensei, saya nggak menyangka ia bakal melakukan aksi balas dendam yang jenius sekaligus brutal terhadap dua orang muridnya.

Confessions dibuka dengan suasana kelas Yuko-sensei yang terkesan membosankan bagi siswanya. Tapi tak lama berselang, Yuko membuat pengakuan mengejutkan kalau dirinya akan berhenti menjadi guru. Alasannya? Karena beberapa hari sebelumnya, anak perempuan Yuko dibunuh dua orang muridnya, “siswa A” (Shuya) dan “siswa B” (Naoki).

Jadi untuk membalaskan dendamnya, Yuko mencampurkan darah almarhum suaminya yang terkontaminasi virus HIV. Dari pengakuan (confession) inilah drama thriller bernuansa kelam selanjutnya dimulai. Karena nggak cuma Yuko-sensei saja, di sepanjang cerita para tokoh utama mengutarakan pengakuannya masing-masing.

7. I Saw the Devil (Korea Selatan; 2010)

Showbox

Film garapan Kim Jee Won ini sarat akan adegan-adegan kekerasan yang sulit dicerna. Tapi jika kita mengkategorikannya ke dalam sub genre gore, berarti I Saw the Devil adalah film gore yang paling sulit saya lupakan. Sebagian besar karena akting Lee Byung Hun dan Choi Min Sik yang begitu meyakinkan, dengan masing-masing berperan sebagai Kim Soo Hyeon, agen rahasia, dan Kyung Chul, si pembunuh berantai.

I Saw the Devil punya premis yang sebenarnya nggak asing bagi penggemar film thriller Korea. Kim Soo Hyeon mendapati tunangannya yang tengah hamil dibunuh dengan keji oleh Kyung Chul. Tapi Soo Hyeon nggak membalaskan dendamnya secara langsung. Ia lebih memilih untuk mempermainkan dan menyiksa Kyung Chul, sebelum melepasnya pergi. Lalu ia akan mengejar Kyung Chul untuk menyiksanya kembali. Siklus itu terus berulang hampir sepanjang durasi film.  

Namun siklus tersebut hanyalah pengantar menuju jalan cerita yang mendebarkan dan penokohan yang kuat, sampai-sampai saya menganggap film ini terlalu spesial dan berkelas. Buktinya sampai detik ini, saya kesulitan menyebut protagonis di film thriller lain yang sependendam dan sebrutal Kim Soo Hyeon.

8. Se7en (AS; 1995)

New Line Cinema

Sering disebut sebagai salah satu film crime terbaik era 90-an, Se7en berpusat pada kasus pembunuhan berantai yang terinspirasi dari 7 Deadly Sins (7 dosa besar), di mana pelaku membunuh para korban berdasarkan jenis dosa yang mereka perbuat. Kasus tersebut diselidiki oleh dua detektif yang diperankan oleh Brad Pitt dan Morgan Freeman.

Keunggulan Se7en terletak pada bagaimana sutradara David Fincher berhasil meracik plot bernuansa gelap yang berujung pada plot twist yang bakal menempel di benak penonton. Ya, di film ini kamu bakal menyaksikan salah satu plot twist sebagai terbaik yang ada di film.

9. Kill List (Inggris; 2011)

Optimus Relelasing

Jay, yang seorang mantan tentara, kesulitan menafkahi istrinya sejak delapan bulan terakhir. Karena itu ia sering bertengkar dengan istrinya. Tapi akhirnya Jay menemukan solusi dari temannya, Gal. Caranya, yakni dengan menjadi pembunuh bayaran.

Paruh pertama film ini mungkin terkesan agak sedikit membosankan. Alurnya cenderung lambat, bikin kamu nggak sabar buat lompat ke bagian aksinya. Tapi mohon bersabar. Justru di bagian awallah kamu diajak menyelami karakter-karakternya. Toh kesabaranmu bakal terbayar di paruh keduanya yang sangat intens dan juga ending-nya yang gila.

Film bertema pembunuh bayaran karya Ben Wheatley ini memang nggak terlalu terkenal. Tapi saya berani jamin, Kill List bakal memuaskan hati para penggemar violence-movie dengan adegan-adegan brutalnya yang dramatis.

10. Funny Games (Austria; 1997)

Castle Rock Entertainment

Dua remaja, Peter dan Paul, menyusup ke keluarga Georg yang baru mereka kenal. Dan begitu mereka berada di dalam rumah, duo psikopat ini menyiksa Georg beserta istri dan anaknya, memaksa mereka memainkan permainan sadis yang mematikan.

Funny Games berhasil menyuguhkan tokoh remaja psikopat dengan gaya yang berkelas. Di usia yang masih muda, Peter dan Paul paham betul bagaimana “cara paling menyenangkan” untuk menyiksa orang lain. Mereka adalah tipe psikopat yang tega menembak anak kecil tanpa alasan yang jelas!

Penyiksaan yang Peter dan Paul lakukan terhadap keluarga Georg ditampilkan dengan gamblang, membuat film ini mendapat predikat the most disturbing alias terlalu mengganggu untuk ditonton. Tapi di sisi lain, nuansa menegangkan itu bikin saya harap-harap cemas kalau situasi akan berbalik memihak keluarga Georg.

Sayangnya, setiap kali harapan itu terlihat, datang adegan sadis yang baru. Dan pola tersebut terus berulang sampai saya akhirnya merasa putus asa. Meskipun, keputusasaan itu lebih terasa sebagai pertanda kalau film ini akan terus membekas di benak saya dalam beberapa hari ke depan.

11. Housebound (Selandia Baru; 2014)

Semi-Professional Pictures

Kyle Bucknell dipaksa kembali ke rumah masa kecilnya setelah tertangkap melakukan aksi kriminal. Ia harus rela jadi tahanan rumah selama enam bulan sembari diawasi oleh Ibu dan ayah tirinya. Tanpa disangka, di rumah itu Bucknell mendapat gangguan-gangguan misterius yang entah dari mana datangnya.

Dari sinopsis singkatnya, kamu mungkin mengira ini film horor hantu. Oh, kamu terlalu naif kalau berpikir seperti itu…

Menurut saya, Housebound layak masuk daftar ini karena punya cerita yang unik. Ia satu-satunya film thriller dalam daftar ini yang kaya akan adegan komedi slapstick dan karakter lucu, tapi juga punya unsur misteri yang menggelitik rasa penasaran.

12. Infernal Affairs (Hong Kong; 2002)

Media Asia Distribution

Mungkin inilah film Hong Kong terbaik sepanjang masa. Infernal Affairs bercerita tentang polisi (Tony Leung) yang menyamar menjadi anggota mafia, dan seorang anggota mafia yang menyamar jadi polisi (Andy Lau).

Buat kamu yang kurang suka film aksi polisi-mafia, jangan dulu berpikiran skeptis. Saya berani jamin Infernal Affairs bakal jadi film mafia paling berkesan yang pernah kamu tonton. Jangan salahkan saya kalau kamu terpukau dengan aksi-aksi spionase yang ditawarkan film ini.

Bagi saya sendiri, kerumitan alur cerita Infernal Affairs membenturkan saya pada pertanyaan mana pihak yang harus saya dukung. Film ini memberi saya lebih banyak pesan (moral) dibanding sekadar aksi baku tembak, membuat saya fokus menyelami perkembangan dua tokoh utamanya.

13. Nightcrawler (AS; 2014)

Open Road Films

Cerita Nighcrawler berpusat pada seorang pencuri, Lou Bloom (Jake Gyllenhaal), yang hidupnya berubah drastis setelah menemukan pekerjaan baru sebagai jurnalis lepas. Lou mencari uang dengan cara merekam peristiwa kriminal di jalanan Los Angeles, lalu menjualnya ke stasiun TV.

Beruntung, Lou bertemu Nina Romina, produser TV yang rela melakukan apa pun demi rating. Kesempatan tersebut tak disia-siakan Lou yang kian hari kian nekat melakukan cara “kotor” (baca: melanggar hukum) untuk mendapat rekaman yang menarik. Seiring cerita menekankan obsesi Lou terhadap uang, semakin terungkap pula kepribadian asli Lou yang nggak lebih dari psikopat manipulatif.

Delapan koma lima jempol saya berikan untuk Jake Gyllenhaal yang berhasil membawakan karakter Lou dengan sangat fantastis.

14. Prisoners (AS; 2013)

Warner Bros Pictures

Mengetahui sang buah hati diculik adalah mimpi buruk bagi semua orang tua. Begitupun bagi Keller Dover (Hugh Jackman) yang kehilangan Anna, putri semata wayangnya.

Film besutan Dennis Villaneuve ini berfokus pada upaya Dover dan detektif Loki (Jake Gyllenhaal) menemukan Anna dan temannya yang telah diculik. Satu-satunya petunjuk yang mereka punya adalah mobil van tua yang terparkir di pinggir jalan di sekitar lokasi kejadian. Tapi si supir van (Paul Dano) nggak bisa diadili karena kurangnya bukti.

Prisoners menggabungkan ikatan emosional keluarga dengan kepingan misteri. Kerennya, untuk merangkai kepingan misteri tersebut, penonton dipaksa menyaksikan adegan suspense yang menantang nilai-nilai kemanusiaan.

Merasa depresi anaknya nggak kunjung ditemukan, Dover mencoba mengambil jalan pintas dengan cara kekerasan. Targetnya siapa lagi kalau bukan satu-satunya tersangka di cerita ini. Yup, si supir van.

15. Rear Window (AS; 1954)

Paramount Pictures

Sekarang saatnya saya memasukkan salah satu karya dari Alfred Hitchcock, sutradara legendaris yang sering disebut sebagai Master of Suspense. Oke, mungkin di antara kamu ada yang menganggap film ini terlalu lawas untuk ditonton di zaman now. Ayolah, buktikan kalau kamu memang moviegoer sejati!

Rear Window bercerita tentang fotografer bernama Jeff yang baru saja mengalami patah kaki, membuat ia harus “terjebak” di kursi roda. Dengan kondisi seperti itu, Jeff terpaksa menghabiskan hari-hari di dalam apartemen miliknya. Jadi untuk mengobati rasa bosan, Jeff kerap memantau aktivitas tetangganya lewat jendela apartemen dengan kamera. Tindakan yang berawal dari keisengan semata berubah jadi momen menegangkan saat Jeff mendapati tetangganya melakukan tindak kriminal.

Menurut saya, Rear Window seperti mengaburkan batas antara cerita dan penonton. Kita harus terus melihat Jeff terkurung di satu tempat, dan itu juga yang bisa bikin kita seakan terus berada di sampingnya dan ikut terlibat ke dalam cerita. Kita nggak akan merasa aktivitas memata-matai yang dilakukan Jeff sebagai suatu hal aneh, karena kita tahu apa yang dirasakan Jeff.

Seperti halnya Jeff, saya pun dibuat menantikan hal-hal apa lagi yang akan dilakukan tetangga Jeff di seberang apartemen, nggak peduli apakah aktivitas tetangganya itu penting atau nggak (kayak menjemur ikan asin misalnya).

Dan bukan Alfred Hitchcock namanya kalau nggak bisa meracik ending yang sempurna. Rear Window punya adegan klimaks yang membuatnya layak disebut sebagai karya masterpiece.

Dari 15 film thriller di atas, mana yang udah dan yang belum kamu tonton? Apa kamu punya judul recommended lain yang nggak sempat masuk dalam daftar? Atau kamu punya ulasan sendiri mengenai 15 film thriller di atas? Boleh dong share di kolom komentar.

The post 15 Film Thriller Terbaik yang Paling Jago Memacu Adrenalin Penonton appeared first on Selipan.com.

15 Film Horor Jepang Terbaik yang Harus Kamu Tonton di Malam Hari

$
0
0

Omong-omong soal film horor, industri perfilman Jepang mungkin jadi yang paling diperhitungkan  setelah Hollywood. Nggak mengherankan sih, soalnya cukup banyak judul film horor Jepang yang sukses di kancah internasional. Hollywood pun sampai nggak jarang membuat ulang film horor Jepang.

Saya sendiri termasuk penggemar berat film horor Jepang. Ada nuansa berbeda yang saya rasakan tiap kali menontonnya, entah itu dari hantunya, jalan cerita, sinematografi, atau pembangunan suasana horornya. Intinya, film horor Jepang punya pesona yang khas dibanding film horor buatan Hollywood.

Buktinya bisa kamu lihat sendiri di 15 film horor Jepang terbaik berikut ini.

1. Audition (1999)

Omega Project

Shigeharu Aoyama, seorang duda paruh baya, didesak oleh putranya untuk mulai mencari istri baru. Setelah malu-malu tapi mau, Aoyama pun menerima saran anaknya itu. Ia mulai bergerilya mencari calon istri dengan kedok audisi pencarian aktris. Dari audisi itu, Aoyama menemukan calon istri idamannya, seorang wanita muda bernama Asami Yamazaki.

Film garapan Takashi Miike ini punya paruh awal yang terkesan seperti film drama romantis. Tapi saat itu juga kamu bakal menyadari ada satu misteri yang mengganjal dalam cerita: siapakah Asami sebenarnya?

Nah, pertanyaan itu juga nampaknya ada di benak Aoyama. Seiring usahanya dalam mengungkap identitas asli Asami, adegan-adegan mengerikan yang membuat perut mual pun datang satu demi satu. Jangan salahkan saya kalau kamu pengin muntah saat melihat adegan manusia keluar dari dalam karung.

2. Kairo (2001)

Toho

Cerita film yang disebut juga dengan Pulse ini berpusat pada seorang wanita bernama Kudo, yang menyaksikan temannya bunuh diri tepat di depan matanya. Setelah melakukan penyelidikan, Kudo meyakini kalau kematian temannya disebabkan oleh file dalam disket yang tertinggal di komputer milik almarhum.

Lewat Kairo, sutradara Kiyoshi Kurosawa menceritakan kisah tentang hantu yang bisa meneror manusia lewat internet, konsep yang saat film ini dirilis masih jarang ditemukan di genre horor.

Tapi jangan salah, bukan Kurosawa-sensei namanya kalau nggak bisa mengemas konsep yang nggak biasa menjadi sajian horor berkualitas. Dan mungkin itu juga yang jadi alasan mengapa film ini sampai dibuat versi Hollywood-nya di tahun 2006. Saya sendiri takut sekaligus deg-degan pas nonton beberapa adegan seram Kairo.

3. Ringu (1998)

Toho

Inilah judul yang mengharumkan nama Jepang di kancah perfilman horor dunia. Kesuksesan Ringu bahkan mencapai tingkat di mana ia sanggup menginspirasi banyak film horor lainnya.

Lantas, apa sih yang bikin film ini terasa spesial?

Jawabannya simpel, film ini punya jalan cerita yang tenang tapi menghanyutkan, membuat kita terlena mengikuti investigasi misteri yang dilakukan karakter utamanya, sebelum menggebrak lewat plot twist jempolan di bagian akhir.

Ringu bakal mengantar kamu pada kisah tentang kaset video terkutuk yang bisa membunuh siapa pun yang menontonnya. Selama misteri di balik video belum terungkap, kutukan itu akan terus berlanjut. Lebih mengerikannya lagi, hal terakhir yang akan dilihat korban sebelum ajal menjemput ialah wajah wanita misterius berambut panjang, Sadako.

4. Ju-On: The Curse (2000)

Toei Video Company

Dua tahun setelah Ringu dirilis, muncul satu lagi film horor Jepang yang membikin sineas Hollywood terkesima. Yup, Ju-On: The Curse.

Ringu dan Ju-On punya beberapa kesamaan. Pertama, sama-sama bercerita tentang kutukan. Kedua, sama-sama punya banyak sekuel. Ketiga, sama-sama melahirkan karakter hantu dan adegan horor yang paling sulit dilupakan.

Jumpscare di film ini tergolong minim, tapi bukan berarti hantunya jarang nongol. Sutradara Takashi Shimizu sepertinya lebih memilih memunculkan hantunya dengan cara yang samar-samar tapi pasti. Contohnya di satu momen, kamu cuma bisa lihat hantunya sekilas dan malah jadi penasaran. Tapi rasa penasaranmu itu bakal terobati di adegan berikutnya.

Belum lagi, ada satu adegan puncak di mana kamu bisa melihat sosok Kayako sejelas-jelasnya, dari kepala sampai kaki.

5. House (1977)

Toho

House atau Hausu bercerita tentang sekelompok gadis yang mengunjungi rumah di desa terpencil. Sesempainya di sana, mereka menyadari bahwa rumah tersebut ternyata berhantu. Teror pun dimulai ketika satu per satu gadis itu menemui ajal dengan cara yang nggak masuk akal.

Meski tergolong film jadul, House cukup dikenal penggemar film horor zaman sekarang berkat sinematografinya yang istimewa dan menghibur. Nggak cuma sinematografinya aja sih, tokoh antagonisnya pun agak nyeleneh, beda dari konsep mainstream film horor rumah berhantu. Buktinya, beberapa gadis di dalam cerita tewas dimakan (ya, dimakan) barang-barang rumahan kayak piano dan lampu kamar.

Keanehan House nggak cuma sampai di situ. Hampir di sepanjang cerita kamu bakal nemuin adegan-adegan horor tak terduga yang dibalut dengan efek dramatisasi unik. Semua keunikan yang terpancar di House membuatnya diakui di industri perfilman dunia dan mendapat predikat cult (film yang dikultuskan oleh penggemarnya).

6. Dark Water (2002)

Toho

Yoshimi, wanita yang baru saja bercerai dengan suaminya, mencoba memulai kehidupan baru bersama putrinya. Mereka pindah ke apartemen kumuh yang atapnya sering bocor. Ternyata di atas ruangan yang dihuni Yoshimi, ada kamar yang jadi sumber kebocora. Tapi kamar itu terkunci dan sepertinya tak berpenghuni.

Dari situlah kejadian ganjil mulai dialami Yoshimi dan putrinya. Salah satunya tas merah dan boneka kelinci yang terus muncul di depan rumah meski sudah dibuang berulang kali. Kengerian pun semakin menjadi saat Yoshimi mencoba mengungkap siapa pemilik tas dan boneka itu.

Dark Water berhasil menggabungkan ikatan emosional anak dan ibu dengan kisah hantu urban. Ceritanya nggak cuma menyeramkan, tapi juga dibumbui elemen psikologis yang pada akhirnya bikin penonton semakin bersimpati terhadap dua tokoh utama. Itulah mengapa karya masterpiece dari Hideo Nakata ini sayang banget buat kamu lewatkan.

7. One Missed Call (2003)

Toho

Apa jadinya jika kamu dapat panggilan telepon dari nomor HP kamu sendiri? Begitu kamu angkat, ternyata, kamu mendengar suara creepy yang menjelaskan tentang kematian kamu di masa depan. Hmm… kalau saya sih bakal langsung buang hapenya. Mungkin HP itu udah kena kutukan Nyi Pelet, hiii.

Yup, One Missed Call berkisah tentang kutukan yang menyebar melalui telepon seluler. Menariknya, Yumi Nakamura sang karakter utama termasuk salah satu orang yang kena kutukan itu. Ia pun berusaha mati-matian buat lolos dari kematian di tanggal yang udah ditentukan.

Pesona One Missed Call terletak pada nuansa kelam dan penggambaran kematian yang dialami para korban. Adegan horor yang diharapkan penonton pun seringkali muncul di saat yang tepat dan sesuai porsinya. Keunggulan itulah yang bikin film arahan Takashi Miike ini jauh dari kesan murahan, meskipun tema kutukan udah mulai banyak digunakan dalam film horor.

8. Rinne (2005)

Toho

Demi membuktikan teori reinkarnasi, seorang profesor tega membantai istri dan anak-anaknya seraya merekam kejadian keji tersebut. 20 tahun kemudian, sutradara yang menonton rekaman itu terinspirasi untuk mereka ulang kisah pembantaian ke dalam film terbarunya. Nggak disangka, aktris yang jadi tokoh utama dalam film diteror oleh arwah korban pembantaian.

Sama seperti Ju-On: The Gridge, Rinne (Reincarnation) disutradarai oleh Takashi Shimizu yang udah dikenal sebagai pembuat film horor bermutu. Saya pribadi termasuk pengagum karya Shimizu. Di film ini, Shimizu lagi-lagi nggak mengumbar kengerian dengan jumpscare yang mengganggu, tapi ia tetap bisa membangun suasana horor yang mencekam di sepanjang cerita.

Saking mencekamnya, beberapa adegan horor di film ini mungkin akan terus nempel di kepala kamu dalam waktu lama.

9. P.O.V: Norowareta Firumu (2012)

Toho

Nggak semua horor supranatural berkonsep film dokumenter (found-footage) selalu berhasil menyajikan suasana horor yang terkesan realistis. Namun film garapan sutradara Norio Tsuruta yang berjudul P.O.V: A Cursed Film ini berhasil melakukannya dengan cukup meyakinkan.

Haruna dan Mirai adalah presenter acara TV yang membahas video hantu. Di tengah proses syuting, mereka mengalami kejadian supranatural usai memutar salah satu video kiriman penonton. Video yang mengambil lokasi di sekolah Haruna tersebut akhirnya membuat seluruh kru TV tertarik menyelidiki lebih lanjut ke TKP. Di sekolah itulah Haruna dan Mirai diganggu habis-habisan oleh sosok tak kasat mata yang jadi sumber kutukan.

Menurut saya, P.O.V: Norowareta Firumu adalah murni hiburan bagi penggemar film horor. Dengan kata lain, kamu nggak perlu mengharapkan alur cerita yang berkelas atau twist mengejutkan, sebab film ini lebih mengedepankan elemen horornya. Untungnya, alur cerita yang kurang kuat berhasil ditutupi oleh atmosfer mengerikan yang terus menghantui sejak alur cerita beralih ke gedung sekolah.

10. Marebito (2004)

Toho

Marebito berkisah tentang Masuoka, seorang juru kamera lepas yang nggak sengaja melihat aksi bunuh diri Arei Furoki di stasiun kereta bawah tanah. Sejak saat itu, Masuoka sangat terobsesi pada rasa takut yang begitu kuat. Untuk memahami rasa takut yang dialami Furoki, Masuoka menjelajahi terowongan bawah tanah dan menemukan gua misterius.

Namun di dalam gua, Masuoka menemukan gadis telanjang dan bisu yang dirantai ke dinding. Entah apa yang merasuki Masuoka, ia melepas rantai pengekang, lalu membawa gadis itu ke apartemennya. Masuoka nggak tahu kalau gadis itu bukanlah manusia biasa.

Untuk ketiga kalinya, saya memasukkan film berbujet minim karya Takashi Shimizu ke dalam daftar. Tapi agak berbeda dengan Ju-On dan Rinne, Marebito disisipi adegan sadis yang sulit dicerna, tapi kayaknya bakal disukai penikmat film horor. Selain itu film ini punya keunggulan dari segi alur cerita dan perkembangan karakter yang kuat. Sebab pada dasarnya, Marebito menitikberatkan pada perubahan yang dialami sang karakter utama akibat konsekuensi dari tindakannya.

“Hmm… ada kalanya suatu misteri dibiarkan menjadi rahasia.” Kira-kira begitu kesan yang saya dapat usai menonton kisah Masuoka di Marebito.

11. Onibaba (1964)

Toho

Onibaba bakal membawa kamu ke masa Perang Sipil di Jepang sekitar tahun 1300-an. Syahdan, di masa itu hiduplah seorang wanita tua dan menantu perempuannya. Mereka berdua hidup miskin dan sudah tak memiliki pasangan.

Suatu hari, sang mertua memergoki menantunya berhubungan mesra dengan samurai yang ia curigai sebagai pembunuh putranya. Ia kemudian berpura-pura menjadi Onibaba, untuk menakut-nakuti menantunya agar tak menjalin hubungan dengan pria itu. Onibaba sendiri adalah iblis berwujud wanita tua dalam cerita rakyat Jepang.

Onibaba merupakan film klasik karya Kaneto Shido yang bernuansa kelam, menyeramkan, tapi menyimpan keindahan yang sarat makna. Film ini menyoroti kecemburuan yang dialami si wanita tua dan ketakutannya menjalani hidup seorang diri. Bahkan dengan nekatnya, ia memanfaatkan hal berbau klenik seperti Onibaba agar rencananya berjalan mulus.

Proses itulah yang akan menggiring kita menuju twist tragis di bagian akhir yang seakan menyiratkan pesan: “Jangan main-main dengan iblis!”

12. Noroi: The Curse (2005)

Xanadeux

Noroi: The Curse ibarat permata yang tertimbun di bawah tumpukan film horor mainstream Hollywood. Film ini nggak begitu terkenal, tapi sanggup memuaskan hati para penggemar horor lewat alur cerita, misteri, dan sinematografi yang mendebarkan.

Alkisah ada seorang paranormal bernama Kobayashi yang mencoba membuat film dokumenter tentang peristiwa supranatural. Film itu berhasil dibuat. Tapi sayangnya, Kobayashi menghilang tanpa jejak. Rumahnya terbakar hangus dan melenyapkan nyawa istri beserta anaknya. Lewat film dokumenter itu, penonton diajak menelusuri kisah Kobayashi saat menyelidiki sejumlah fenomena gaib yang disebut “Noroi” atau kutukan.

Noroi terkenal karena ceritanya yang panjang dan sangat rumit, nggak seperti film horor Jepang pada umumnya. Jika melihat sepintas, kasus-kasus gaib yang diselidiki Kobayashi kelihatannya nggak saling berkaitan, seperti kepingan misteri yang tak jelas asal usulnya. Tapi seiring cerita berkembang, kamu akan dituntun menuju misteri terdalam tentang kutukan yang jadi sumber masalah. Dan misteri itu berhubungan dengan legenda iblis kuno, Kagutaba.

13. Retribution (2006)

Avex Entertainment

Seorang detektif berpengalaman harus menyelidiki pembunuhan seorang wanita tak dikenal yang mengenakan gaun merah tua. Anehnya, semua petunjuk yang ia temukan mengarah pada dirinya sendiri. Si detektif pun mulai mempertanyakan jati dirinya, seraya mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada wanita bergaun merah.

Namun tak lama setelah itu, hantu yang mengenakan gaun merah tua mulai mendatanginya, dan kasus pembunuhan serupa mulai terjadi di beberapa tempat.

Narasi yang kuat jadi senjata ampuh di film karya Kiyoshi Kurosawa yang satu ini. Di beberapa titik, kamu mungkin kesulitan mengikuti memahami ceritanya. Tapi di situlah kamu diajak berpikir dan menafsirkan adegan serta momen tertentu menurut pandanganmu sendiri. Intinya, jangan harap semua yang terjadi di film ini diceritakan dengan tuntas sampai akhir.

Retribution bukanlah film horor biasa yang bisa dinikmati semua orang. Buat penoton yang mendewakan jumpscare dan adegan seram yang bikin bulu kuduk berdiri, ini mungkin bukan film yang cocok buat kamu. Tapi bagi penonton yang lebih mengidamkan alur cerita yang cerdas, Retribution bisa jadi opsi terbaik.

14. Kwaidan (1964)

Toho

Kwaidan terdiri dari empat kisah berbeda (antologi) yang masing-masing diangkat dari cerita rakyat Jepang. Penggemar horor zaman now mungkin nggak terlalu mengenal film ini, tapi ia berhasil meraih tempat khusus di jagat perfilman dunia. Semua itu berkat keartistikan yang terpancar dari berbagai aspek perfilman, seperti sinematografi, narasi, akting, makeup, dan latar tempatnya.

Film karya Masaki Kobayashi ini mengajakmu menelusuri empat kisah rakyat Jepang: Yukki Onna (hantu wanita salju), The Black Hair (legenda rambut hitam), Hoichi the Earless (Hoichi yang tak bertelinga), dan In a Cup of Tea (wajah di cangkir teh). Hebatnya, Kobayashi sanggup menceritakan masing-masing kisah dengan gaya yang artistik, tanpa memudarkan aspek horornya.

Filim ini nggak cuma jadi referensi buat penggemar film horor saja, tapi juga jadi sajian menarik untuk para penikmat seni, serta orang-orang yang menyukai sejarah dan kebudayaan Jepang.

15. Tetsuo: The Iron Man (1989)

Kaijyu Theaters

Tetsuo: The Iron Man adalah film horor garapan Shinya Tsukamoto yang mengangkat tema cyberpunk. Yup, di film ini kamu bakal melihat manusia dan monster besi yang biasanya nongol di film-film sains fiksi, tapi jauh dari kesan canggih atau pun mewah.

Cerita berpusat pada seorang pebisnis yang membunuh The Metal Fetishist (orang yang punya obsesi terhadap metal/besi) dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Sang pebisnis dan pacarnya kemudian mencoba menyembunyikan hasil kejahatan mereka. Tapi entah bagaimana, Metal Fetishist hidup kembali untuk balas dendam. Ia mengutuk pebisnis yang telah membunuhnya dengan cara mengubah wujud korban hingga nampak seperti campuran daging dan logam berkarat yang mengerikan.

Kengerian film ini bakal langsung terasa di adegan pembuka, yakni saat Metal Fetishist membedah kakinya sendiri, lalu memasukkan sebatang besi ke dalam dagingnya. Sungguh adegan horor yang mengerikan sekaligus absurd.

Eits, tapi itu hanya bagian kecil dari seluruh adegan horor absurd yang tersebar di sepanjang cerita. Nuansa kelam pun semakin terasa dengan sinematografi hitam putih dan dialog yang minim. Saya berani jamin, Tetsuo The Iron Man bakal jadi film horor surreal yang nggak mudah kamu lupakan begitu saja.

Penggemar film horor veteran pasti udah familiar dengan beberapa judul film horor Jepang di atas. Tapi buat kamu yang baru menyelami genre film horor, saya sarankan Ringu, Ju-On: The Grudge, dan Audition sebagai tontonan pembuka. Setelah menonton film itu, ada dua kemungkinan yang bakal terjadi. Pertama, kamu bakal makin suka dengan film genre horor. Kedua, kamu malah jadi benci karena dibikin ketakutan setengah mati. Nah lho, kira-kira kamu ada di kategori mana nih? Hasilnya tergantung nyali kamu sih.

The post 15 Film Horor Jepang Terbaik yang Harus Kamu Tonton di Malam Hari appeared first on Selipan.com.

8 Film dengan Jump Scare yang Memang Beneran Seram

$
0
0

Jump scare itu bagai pedang bermata dua. Ia bisa begitu dicintai para penikmat film, tapi ia juga bisa begitu dibenci. Efek berseberangan ini bisa terjadi karena banyak sineas pemalas yang memanfaatkan jump scare dengan asal-asalan.

Padahal nih, kalau digunakan dengan efektif, jump scare itu berguna banget sebagai cara untuk meningkatkan tensi dari suatu film (atau video game). Jump scare yang digunakan di waktu dan tempat yang tepat malah bisa jadi momen memorable dari film.

Karena alasan yang sama, lewat artikel ini saya pengin mengajak kamu buat mengenang jump scare terbaik yang ada dalam film. Daftar ini dibuat berdasarkan pilihan pribadi, tentu saja.

1. Tepuk tangan dalam kegelapan – The Conjuring

The Conjuring adalah film yang mengandung nggak sedikit adegan jump scare. Dan hebatnya James Wan, ia tahu betul bagaimana menggunakan jump scare dengan baik. Seperti dibuktikan dari adegan yang ini nih:

Walaupun sangat minimalis, buat saya ini adegan paling mengerikan sepanjang durasi film. Cukup dengan kesunyian total, yang diikuti dengan tepukan tangan yang muncul dari kegelapan, ini adegan bikin saya selalu waspada kalau sendirian pas rumah lagi dalam keadaan mati listrik.

Kita nggak selalu butuh penampakan hantu untuk dibuat terkejut dan takut secara bersamaan.

2. Hantu merah yang ada di belakang – Insidious

Saya nggak pernah nyangka aja bakal melihat hantu saat Josh (Patrick Wilson) tengah khusyuk mendengarkan ibunya bercerita. Dan hantu itu nongol pas hari masih terang-benderang lagi. Rasa kaget saya makin memuncak karena kamera menggeser fokusnya secara perlahan.

Hey, Josh, hey… kamu beruntung nggak melihat apa yang ada di belakang kamu.

3. Mesin pemotong rumput – Sinister

Adegan simpel pun bisa jadi jump scare yang mengagetkan jika dieksekusi dengan baik.

Apa yang kamu harapkan ketika diperlihatkan mesin pemotong rumput yang tengah berjalan? Hantu tiba-tiba muncul lalu merebut mesin pemotong rumput? Nggak realistis banget lah. Itu makanya saya mengira cuma bakal disuguhkan atmosfer disturbing yang dibangun dari kesunyian saat melihat adegan ini.

Ini adegan makan waktu puluhan detik sebelum mencapai klimaks. Dan selama puluhan detik itu, saya duduk termenung melihat layar, nggak tahu kalau kemudian mesin pemotong rumput itu bakal menggilas tubuh orang yang tergeletak nggak berdaya di tanah.

4. Apa yang ada di balik tembok? – Mulholland Drive

David Lynch bukan sutradara yang terkenal karena hobi memasukkan jump scare di film-filmnya. Mulholland Drive sendiri bahkan bukan film horor; ia termasuk film bergenre thriller/misteri. Biarpun begitu, film ini mengandung jump scare yang sekaligus jadi salah satu adegan favorit saya.

Kita, penonton, tahu dari pembicaraan dua karakternya bakalan ada sesuatu di balik tembok. Eeh, tadinya saya kira mereka bakal ketemu hantu. Tapi saya teringat, ini bukan film horor. Dan benar aja, ternyata itu cuma pria biasa yang kayaknya “berprofesi” sebagai gelandangan.

Maaf, saya koreksi sedikit: gelandangan yang penampilannya sanggup bikin saya mengernyitkan dahi dan berteriak, “WTF is that!?”

5. Amarah Mama – Mama

Saya selalu merasa jijik campur ngeri setiap kali melihat sosok Mama di film Mama (ngerti? Mama di film Mama). Dan dua hal tersebut makin makin saya rasakan saat melihat Mama berdiri mematung di tengah ruangan, sebelum menerjang ke arah kamera. Saya mengerti betul kenapa dua bocah itu berlari  menaiki tangga dengan paniknya.

Satu hal yang paling saya apreasiasi dari jump scare ini: penggunaan kameranya yang diposisikan dengan sangat yahud, pas banget!

6. Si bocah di loteng – REC

Kamera diputar secara perlahan, dan kita pun jadi bisa memerhatikan detail yang ada di dalam ruangan. Kondisi cahaya yang minim turut meningkatkan tensi yang kita dapat saat menatap layar. Tapi saat kita merasa ruangan yang kosong itu aman, BAM!

Muncullah bocah imut yang sepertinya udah nggak sabar buat ikut kesorot kamera.

7. Valak – The Conjuring 2

Ini nih, hantu figuran di The Conjuring 2 yang kemudian dibuatkan filmnya sendiri. Penyebab utamanya nggak lain karena adegan yang hanya berdurasi sekitar empat menit ini. Saya curiga Valak lebih cocok jadi hantu figuran ketimbang hantu utama.

Waktu itu saya nonton The Conjuring 2 di laptop. Ketika lukisan Valak baru diperlihatkan aja, secara perlahan namun meyakinkan, muka saya udah mulai menjauh dari layar. Sekian detik setelah Valak berteriak, saya spontan langsung menekan tombol pause.

Aaah, betapa sial. Saya tekan tombol pause pas banget di momen ketika layar menampilkan mukanya Valak.

8. Mode malam – The Descent

Banyak adegan jump scare memanfaatkan kesunyian total, sebelum mendadak mengagetkan penonton dengan penampakan hantu yang diiringi musik menghentak. Tapi The Descent (yang rilis tahun 2005) sanggup tampil sedikit beda.

Saat kamu melihat adegan ini, mungkin fokus perhatian kamu bakal sepenuhnya tersedot sama debat kusir panas yang dilakukan karakter-karakternya. Kamera pun menyorot para karakter secara bergantian, seolah mau meyakinkan kita betapa takutnya mereka.

Sampai tibalah saatnya ketika kita diperlihatkan sesuatu yang diam-diam menyelinap ke belakang. Dan itu bukanlah pemandangan yang indah, saya jamin.

Itu tadi opini saya. Sekarang, apa adegan jump scare yang paling seram buat kamu?

The post 8 Film dengan Jump Scare yang Memang Beneran Seram appeared first on Selipan.com.

6 Film Keren dengan Kisah di Balik Layar dan Adegan yang ‘Kelewatan’, Mau Tahu Kenapa?

$
0
0

Film, biar bisa dibilang keren, tentunya harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Beberapa kriterianya seperti punya alur cerita yang menarik, aktor yang cocok, dan editing yang bagus. Unsur-unsur tersebut kemudian bakal menyatu sesuai dengan suasana yang dibangun di tiap adegannya. Bahkan terkadang buat bikin adegan yang menarik perhatian penonton, para kru film (termasuk aktornya) bisa melakukan hal-hal yang nggak terduga dan bisa dibilang kelewat batas.

Contohnya bisa kamu lihat di 6 film ini. Meskipun 6 film ini punya adegan-adegan ikonik yang terus menempel di ingatan para penontonnya, kamu mungkin nggak bakal nyangka usaha yang harus dilalui untuk membuat adegan ikonik tersebut. Ada juga adegan yang sepertinya memang sengaja dibuat untuk bikin penontonnya merasa jijik.

Daripada penasaran, yuk langsung kamu simak daftarnya.

1. The Abyss

20th Century Fox

Hanya karena suatu film punya setting tempat 10 meter di bawah air, bukan berarti adegannya mesti benar-benar dilakukan 10 meter di bawah air juga. Tapi kayaknya sutradara James Cameron berpikiran lain. Nggak cuma “menenggelamkan” aktor dan krunya, Cameron juga ikut mendampingi mereka di tiap adegan bawah airnya.

Sekadar info, James Cameron pernah menyelam di Mariana Trench (bagian laut paling dalam di dunia). Jadi mungkin dia berpikir bikin adegan 10 meter di bawah air bukanlah hal yang terlalu sulit.

Hmm, tapi kenyataannya ternyata berbeda. Sebagian kru sampai ada yang mengalami kerontokan rambut dan iritasi kulit. Pengaturan pH air memang lumayan memakan waktu buat sampai di level yang pas, sedangkan para kru bisa menghabiskan waktu yang lebih lama di bawah air, yakni sekitar 15 – 18 jam sehari. Banyak juga kru film yang jatuh sakit akibat terlalu lama berada di dalam air, apalagi waktu itu sedang musim dingin.

Bahkan di film ini, James Cameron sendiri hampir tewas gara-gara asistennya lupa mengingatkan kalau tabung oksigennya udah mau abis. Hasilnya, dia terpaksa berenang naik ke permukaan. Tapi saat dia lagi susah payah berenang tanpa oksigen, dia dicegat oleh kru penyelam yang menawarkan tabung oksigen miliknya. Sialnya, ternyata tabung itu rusak.

Untungnya James Cameron masih bisa selamat, meskipun asisten dan kru penyelamnya kurang beruntung. Mereka langsung dipecat.

2. Pink Flamingos

New Line Cinema

Mungkin selama ini cuma sedikit film yang berisi adegan orang makan kotoran. Tapi sekalinya film semacam itu kamu tonton, kamu pasti beranggapan, “Ah itu mah cuma boongan, bukan pup betulan.”

Yup, sebagian besar film sudah pasti pakai kotoran (baca: tahi) bohongan, tapi lain halnya dengan Pink Flamingos.

Pemeran utama di film ini, Divine, berperan sebagai Babs Johnson yang diceritakan sebagai orang paling menjijikkan di dunia. Pada akhir film, setelah Babs mengeksekusi mati orang-orang yang dibencinya, dia sekali lagi ingin membuktikan kekotorannya dengan memakan kotoran anjing yang masih fresh. Kalau kamu nonton adegan ini, pasti kamu nggak bakal mengira adegan ini bohongan. Soalnya, adegan anjing berak dan kemudian kotorannya dimakan terjadi langsung dalam satu frame.

Bahkan di adegan tersebut, Babs diperlihatkan mengunyah kotoran sambil senyum-senyum genit, walaupun sesekali diselingi ekspresi eneg dan muka masam tanda kotoran anjingnya memang masih segar, hangat, dan bau. Yuck!

Adegan tersebut sengaja dilakukan sedemikian rupa supaya terkesan lebih realistis. Divine pun nggak banyak protes waktu tahu adegan tersebut ada di naskah.

3. The Shining

Warner Bros.

Salah satu faktor yang bikin The Shining mengerikan datang dari ekspresi ketakutan Shelley Duvall yang terlihat asli (bukan akting). Sebagai karakter istri dan korban dari suaminya yang gila, akting Duvall begitu meyakinkan. Kemudian diketahui kalau di film ini, sutradara Stanley Kubrick memang sengaja bikin Duvall benar-benar merasa ketakutan.

Dalam buku biografi The Complete Kubrick, Duvall berkata bahwa Kubrick mendesaknya untuk melakukan adegan-adegan horor The Shining dengan sempurna. “Itu adalah peran yang paling sulit yang pernah kumainkan dalam film,” katanya.

Dan hal itu terbukti di beberapa adegan, khususnya adegan pentungan baseball yang harus diulang 127 kali demi hasil yang sempurna. Di adegan tersebut, Duvall memegang pentungan baseball sambil ketakutan di hadapan Jack Nicholson yang minta dipukul pakai pentungan. Sekarang bayangkan, jika adegan itu diulang 127 kali, berarti Duvall mesti mengeluarkan ekspresi trauma 127 kali dan teriak ketakutan 127 kali pula. Hal ini udah jelas nggak baik buat kondisi mental Duvall. Tapi akhirnya usaha kerasnya terbayar. The Shining pun jadi salah satu film horor tersukses yang pernah dibuat.

Saat syuting film ini, Duvall mengalami stres sampai jatuh sakit. Dia juga kabarnya mengalami kerontokan rambut akibat depresi gara-gara scene yang hanya lima menit itu. Wah, wah…

4. Oldboy

Show East

Buat yang belum nonton film keren satu ini, kira-kira begini sinopsisnya: seorang pecandu alkohol (Oh Dae-su) diculik dan kemudian dikurung di sebuah kamar hotel kecil selama 15 tahun berturut-turut tanpa alasan yang jelas. Ruangan itu hanya memiliki wastafel, toilet kecil, TV kecil dengan antena rusak, dan tempat tidur kecil. Selama itu pula Dae-su diberi makanan yang sama, yakni pangsit goreng 3 kali sehari.

Kamu pasti menduga film ini bercerita tentang pembalasan dendam ‘kan? Yup! Setelah berhasil meloloskan diri dari kurungan, Dae-su bertemu salah satu orang yang dibayar buat mengurung dia. Dae-su melampiaskan kemarahannya dengan cara menyiksa orang bayaran tadi dengan sebuah palu. Bagian cakar palud ia pakai untuk mencabut gigi orang tersebut satu per satu.

Adegan palu tadi mungkin nggak sesadis adegan-adegan pembunuhan, tapi tingkat kengiluannya patut diacungi jempol. Kamu jago deh kalau bisa nonton adegan ini tanpa menutup mulut dan gigi kamu pake tangan.

5. The Human Centipede

Bounty Films

The Human Centipede tercantum di beberapa situs dalam daftar film yang paling menjijikkan yang pernah dibuat, dan kamu mungkin bakal sepakat.

Film ini bercerita tentang eksperimen yang dilakoni dokter bedah gila asal Jerman. Suatu hari tiga turis dibius dan dipenjara oleh dokter yang ingin menciptakan bentuk kehidupan baru dengan menjahit manusia hingga menyerupai kelabang. Sang dokter berhasil menjahit ketiga turis itu — berturut-turut dari mulut ke dubur — dengan harapan mereka bisa membentuk saluran pencernaan tunggal.

Coba deh tonton langsung dan cari tahu sendiri seberapa menjijikkannya film ini. Tapi kalau dengar sinopsisnya aja kamu udah enek, saya coba ceritakan akhir filmnya:

Turis yang paling depan dan belakang mati, sedangkan yang di tengah masih hidup dengan keadaan terjebak karena mulut dan duburnya masih tesambung dengan kedua temannya yang udah mati.

6. The Exorcist

Warner Bros.

The Exorcist memberikan kengerian yang baru dalam genre horor pada zamannya. Bahkan sampai sekarang, banyak penikmat film horor yang sepakat kalau The Exorcist merupakan film horor terbaik yang pernah dibuat. Di film ini banyak adegan-adegan menakutkan yang belum pernah muncul dalam film-film horor pendahulunya. Kamu yang udah nonton tentunya masih ingat dong adegan ketika Regan MacNeil (12 tahun) yang lagi kesurupan berjalan kayang menuruni anak tangga?

Selain adegan tersebut, ada juga beberapa adegan yang sama menakutkannya. Misalnya saat Regan yang diikat di kasur memberontak, menggelepar, sambil sesekali mengapung dan mengeluarkan suara-suara yang menakutkan. Ada lagi saat Regan memutar kepalanya 360 derajat, adegan muntah, dan pesan yang terukir di perut dari arwah gentayangan yang ditahan iblis Pazuzu.

Tapi itu semua nggak ada apa-apanya dibandingkan bagian yang paling mengejutkan dan kontroversial dari film The Exorcist, yaitu adegan ketika Regan menghunuskan sesuatu yang sakral ke… Hmm… Sebaiknya kamu nonton sendiri deh.

Nah, itulah daftar film yang terkesan berlebihan dan kelewat batas. Apa kamu udah pernah nonton salah satu film di atas? Kalau belum, coba tonton deh, dan buktikan sama kamu sendiri.

The post 6 Film Keren dengan Kisah di Balik Layar dan Adegan yang ‘Kelewatan’, Mau Tahu Kenapa? appeared first on Selipan.com.

6 Karakter Anime dengan Wujud yang Kurang Sedap Dipandang Mata

$
0
0

Berdasarkan pengalaman saya menonton anime dalam belasan tahun belakangan, saya menyadari satu fenomena yang… sebenarnya nggak penting-penting amat sih. Tapi demi kemaslahatan umat manusia, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengungkit fenomena ini.

Apa yang saya temukan adalah lumayan banyak anime yang memberlakukan dua kutub ekstrem dalam menggambarkan fisik karakternya. Coba bandingkan:

Dengan…

Bagai dua kutub yang berseberangan, fisik mereka beda banget ‘kan?

Karakter tipe kedua ini biasanya punya fungsi sebagai antagonis atau figuran. Tapi entah apa pun posisi mereka, yang jelas banyak anime yang membutuhkan kehadiran karakter-karakter unik dan buruk rupa ini. Jadi untuk menghormati mereka, saya memutuskan untuk membuat daftar karakter anime yang paling kurang sedap dipandang.

1. Pandemonium – Gintama

Kamu yang mengikuti manga atau anime Gintama pasti nggak asing sama Pandemonium. Dan entah kenapa saya selalu ketawa-ketawa sendiri kalau mengingat adegan cinta antara Pandemonium dan Shinpachi.

Pandemonium memang layak dikategorikan sebagai karakter anime yang paling nggak saya harapkan merayap di lantai rumah. Gimana nggak? Coba kita perhatikan dengan saksama wujudnya yang antik itu.

Sentai Filmworks

Matanya yang besar melotot berwarna kuning; alih-alih rambut, kepalanya ditumbuhi urat yang menonjol; dan yang paling eksotis adalah bibirnya yang terbuka lebar.

Duh! Nggak cuma masalah mukanya, kamu pasti tahu lah kalau Pandemonium ini punya tubuh larva yang kalau diamati dengan seksama nampak seperti kecoa. Kamu nggak merasa jijik? Gimana kalau kamu lihat Pandemonium ngeluarin lendir?

2. Big Mom – One Piece 

Toei

Charlotte Linlin alias Big Mom adalah salah satu karakter antagonis di One Piece. Yah siapa sih yang bakal lupa sama karakter ini? Dengan wujud perempuan raksasa dan bertubuh bulat (bahkan saking bulatnya, dagu dan lehernya susah banget dibedain), Big Mom pasti meninggalkan jejak mendalam di ingatan penggemar One Piece.

Dengan tubuh raksasanya, kesan nggak banget dari Big Mom diperparah lagi dengan riasan wajahnya yang menor abis: eyeshadow super tebal dan lipstik merah menyala. Oh, belum lagi warna pink dari rambut dan pakaiannya yang bercorak polkadot itu nggak nyambung sama topi bajak lautnya. Mungkin ahli fashion bakal bilang kalau tampilan Big Mom ini fashion disaster!

3. Witch of The Waste – Howl’s Moving Castle

Toho

Kalau sebelumnya ada Big Mom, sekarang ada Witch of The Waste yang sanggup bikin penglihatan kita terasa nggak nyaman. Ia punya tubuh yang penuh lemak, terlebih di bagian lehernya, yang bikin kepalanya jadi terlihat kecil. Ukuran badan dan kepalanya memang nggak proporsional banget, super aneh!

Mirip dengan Big Mom, Witch of The Waste ini doyan banget pakai eyeshadow super tebal dan lipstik dengan warna yang meriah. Eyeshadow super tebalnya juga bikin tatapan mata Witch of The Waste makin terlihat culas. Mirip tatapan ala antagonis di sinetron gitu lho. Ugh!

4. Bon Clay – One Piece

Toei

Karakter yang satu ini berasal dari One Piece (lagi). Memang sih, One Piece itu sarang dari karakter-karakter dengan penampilan yang ajaib. Tapi penampilan Mr. 2 lebih spesial dari karakter-karakter aneh lainnya di One Piece. Bon Clay alias Mr. 2 dari tim Baroque Works ini benar-benar punya penampilan yang menyakiti logika fashion.

Begini, Bon Clay adalah sesosok pria flamboyan yang mengenakan baju balet biru ala kerajaan Eropa era pertengahan, jubah merah muda panjang dengan aksen bola bulu, sepatu balet merah muda, serta sayap dan dua kepala angsa sebagai ‘pemanis’ penampilannya. Satu nilai plus lain dari Mr. 2 bisa dilihat dari bulu kakinya yang nggak dicukur.

Sekarang bayangkan jika kamu punya janji kencan buta dengan seseorang, dan orang itu ternyata punya penampilan mirip Mr. 2. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?

5. Ichiya – Fairy Tail

Funimation

Ini nih, Ichiya dari Fairy Tail. FYI, Ichiya ini termasuk karakter anime yang sering menuai hujatan. Kasihan ya? Cuma ya mau bagaimana lagi, Ichiya punya wajah yang mau diapain juga nggak bakal jadi cakep. Susah deh pokoknya.

Dengan raut wajah yang cenderung tua dan nampak seperti om-om genit, dagu yang berbentuk belahan bokong, lengkap dengan tatapan mata yang mengundang kita untuk menamparnya, membuat Ichiya memenuhi semua komponen karakter yang kurang sedap dipandang mata. Apalagi kalau kamu tahu sihir andalan Ichiya adalah parfum kecantikan.

6. Nakajima – Rave Master

Tokyopop

Yang terakhir namun tak kalah menjijikannya adalah karakter non-manusia dari anime Rave Master, Nakajima! Beliau ini adalah karakter yang bikin kamu nggak bisa berkata-kata, jika sekiranya kamu bertemu langsung sama dia. Bentuknya yang seperti bunga matahari berwarna hijau, ditempeli muka yang gimana pun ekspresinya tetap nggak akan enak dilihat. Ditambah lagi anggota tubuhnya cuma terdiri dari kepala dan tangan.

Konon, Nakajima sebenarnya adalah serangga! Dengan bentuk seperti itu, ternyata ia adalah serangga!?

Itu dia karakter-karakter dalam anime yang penampilannya kurang sedap dipandang. Intinya sih, mereka itu jelek.

Ada karakter yang terlewatkan di daftar ini, nggak?

The post 6 Karakter Anime dengan Wujud yang Kurang Sedap Dipandang Mata appeared first on Selipan.com.


Akan Seperti Apa MCU Tanpa Kehadiran Spider-Man?

$
0
0

Ini adalah artikel opini. Dan sejauh itu menyangkut opini saya, saya agak menyayangkan hengkangnya Spider-Man dari Marvel Cinematic Universe. Seperti yang kita tahu, hal itu disebabkan oleh gagalnya Sony dan Disney menemui titik temu soal pembiayaan bersama untuk film-film Spider-Man berikutnya. Intinya sih, alasannya balik lagi ke duit dan profit.

Tapi hilangnya Spider-Man dari MCU tentu jadi pukulan telak buat penggemar film superhero Marvel. Sejak kemunculan perdananya di Captain America: Civil War, Spider-Man udah diproyeksikan untuk jadi salah satu karakter penting di MCU. Bahkan Tom Holland – pemeran Spider-Man di MCU – masih memiliki kontrak dua film lagi dengan MCU. Jadi dengan keluarnya Spider-Man, sepertinya Disney dan Marvel harus mencari cara untuk tetap membuat jalan cerita film-film yang mereka buat selanjutnya tetap berkaitan dengan Spider-Man: Homecoming dan Far from Home.

Untuk itulah di artikel ini saya pengin membagi beberapa prediksi soal kemungkinan yang bakalan terjadi di jalan cerita MCU setelah kepergian Spider-Man.

Post-credit scene di Far From Home bakal jadi dalih menghilangnya Spider-Man

Marvel Studios

Poin ini bakal berisi sedikit spoiler nih, jadi siap-siap ya.

Di bagian post-credit Far From Home, Mysterio membocorkan identitas asli Spider-Man masyarakat luas dan memfitnahnya sebagai penjahat. Saat berita Sony memutus kontrak dengan Disney belum muncul, para fans MCU menganggap ending tersebut akan membuka jalan cerita baru bagi Spider-Man di MCU. Sayangnya, dengan kondisi antara Sony dan Disney saat ini, ending tersebut kayaknya bakal dimanfaatkan oleh Disney untuk “melenyapkan” si Manusia Laba-Laba.

Logikanya begini:

Setelah difitnah oleh Mysterio, Spider-Man bakal jadi musuh masyarakat. Dan mungkin di film MCU berikutnya, Spider-Man akan bersembunyi sampai nama baiknya pulih. Tapi kita nggak akan pernah diperlihatkan momen-momen saat Spider-Man lagi bersembunyi. Mungkin superhero Marvel lain atau tim Avengers bakal menyebut nama Spider-Man di obrolan mereka. Tapi kita nggak usah terlalu berharap bakalan bertemu lagi dengannya di MCU.

Kita masih harus menunggu momen kematian Peter Parker di MCU

Marvel Comics

Di versi komiknya, Peter Parker udah melalui beberapa momen kematian. Contohnya saat dia dijebak untuk bertukar tubuh dengan Dr. Octopus di komik Dying Wish. Atau saat dia tewas dan digantikan oleh Miles Morales di komik Ultimate Spider-Man. Intinya Peter Parker pasti bakalan mati suatu hari nanti, dan orang lain akan menggantikannya sebagai Spider-Man.

Disney mungkin nggak akan membuat Peter Parker mati saat dia lagi bersembunyi. Momen kematian Peter terlalu penting untuk nggak diperlihatkan secara langsung. Jadi Disney bakal menunda momen kematian Peter Parker untuk waktu yang masih belum bisa ditentukan. Mungkin aja kan Disney masih berharap Spider-Man bakal kembali lagi ke pangkuan mereka?

Lagian bayangkan sama kamu, lebih baik mana:

  • Melihat langsung kematian Peter Parker yang cara kematiannya pasti heroik dan tragis, atau
  • Mendengar Hawkeye bilang, “Hey guys, Peter Parker mati kemarin malam. Siapa yang mau ikut ke pemakamannya?”

Mana yang lebih baik?

Aksi Miles Morales bareng Avengers juga akan tertunda

Marvel Comics

Dari berbagai karakter yang mengenakan topeng Spider-Man, ada satu sosok yang jadi favorit bagi banyak pencinta komik: Miles Morales.

Miles pertama kali muncul di seri komik Ultimate Spider-Man sebagai pengganti Peter Parker yang tewas. Sedangkan di versi filmnya, Miles pernah disebutkan namanya di Homecoming, tepatnya lewat adegan monolog Aaron Davis (Donald Glover). Sebagai penggemar beratnya, jujur aja saya udah nggak sabar menantikan momen ketika Miles Morales bergabung dengan pahlawan super Marvel lainnya, meskipun itu artinya Peter Parker harus mati.

Kita mungkin masih akan melihat Miles di Spider-Man live action hasil godokan Sony. Tapi kita nggak akan pernah melihatnya berinteraksi sama superhero Marvel lain.

Siapa yang akan menggantikan Tony Stark?

Marvel Studios

Sejak Tony Stark merekrut Peter Parker di Captain America: Civil War untuk membantunya menghentikan Captain America, sudah tercium hawa bahwa Tony mempercayai Peter untuk menjadi superhero yang bisa menggantikan posisinya di masa depan. Bahkan di Far From Home, Tony mempercayakan salah satu teknologi penting miliknya pada Peter Parker. Dengan peran Peter Parker yang begitu sentral, sepertinya MCU harus berusaha ekstra keras untuk mencari pengganti Spider-Man yang sebelumnya diproyeksikan sebagai “The Next Tony Stark”.

Dengan banyaknya lisensi karakter Marvel yang Disney kantongi, bisa saja pengganti Spider-Man diambil dari karakter yang pernah muncul sebelumnya. Tapi nggak menutup kemungkinan Disney bakal mengenalkan superhero baru. Satu hal yang saya yakin, posisi Spider-Man pasti bakal diisi sama superhero remaja yang seumuran dengan Peter Parker.

Terus gimana dengan Spider-Man ala Sony

Harus diakui, Sony juga punya rencana besar untuk mengembangkan waralaba Spider-Man. Saya sendiri nggak terlalu suka dengan The Amazing Spider-Man dan The Amazing Spider-Man 2-nya Andrew Garfield. Tapi di sisi lain, kita juga nggak bisa memungkiri pengalaman Sony dalam melahirkan Spider-Man: Into the Spider-Verse. Saya kasih acungan dua jempol buat film itu.

Semoga aja kesuksesan Spider-Man: Into the Spider-Verse bakal menular ke film-film Spider-Man berikutnya. Dan ada kemungkinan juga Sony bakal memunculkan berbagai jenis Spider-Man dari dunia yang berbeda, atau mempertemukan Spidey dengan musuh bebuyutannya, Venom.

Tapi terlepas dari itu, saya masih tetap berharap Spider-Man tetap bertahan di MCU.

Gimana menurutmu? Apakah Spider-Man memang seharusnya tetap berada di MCU? Atau kamu optimis menyongsong masa depan Spider-Man di Sony?

The post Akan Seperti Apa MCU Tanpa Kehadiran Spider-Man? appeared first on Selipan.com.

15 Anime Romance Terbaik yang Punya Pesan Bagus soal Hubungan Asmara

$
0
0

Di malam yang dingin dan sepi, sambil sesekali terdengar suara “tek, tek, tek” pertanda tukang nasi goreng lewat, paling enak ngapain ya? Well, sebagian orang memilih untuk beli nasi goreng hangat, namun ada pula yang mencoba menghangatkan suasana dengan nonton film atau serial drama romantis.

Itu makanya kamu buka artikel ini ‘kan, buat nyari rekomendasi anime romance terbaik yang bisa kamu tonton pas lagi gabut!? Haaah, ngaku deh!

Kami juga jadi pengin mengaku nih. Kami di Selipan nggak terlalu suka dengan anime romance atau harem. Tapi tentu saja, ada beberapa anime yang masuk daftar pengecualian. Anime romance yang kami rekomendasikan harus punya pesan mendalam dan asyik buat ditonton, bukan anime yang asal menyajikan kisah cinta-cintaan tapi hampa makna. Anime seperti itulah yang akan kamu temukan di bawah ini.

1. Koe no Katachi (A Silent Voice)

Kyoto Animation

Karma itu bukan konsep yang dipercaya semua orang. Tapi buat Shouya Ishida, mau nggak mau ia harus percaya sama karma.

Saat masih SD, Shouya sering banget melampiaskan rasa bosannya dengan merisak (bully) seorang murid pindahan di sekolahnya, Shouya Nishimiya. Yang lebih parahnya, Nishimiya itu nggak bisa mendengar dan berbicara alias tuna rungu dan tuna wicara. Perisakan yang dilakukan Shouya pun agak keterlaluan buat dilakukan bocah SD. Satu waktu ia sampai tega mencopot alat bantu dengar milik Nishimiya, lalu melemparkannya ke kolam.

Karma pun akhirnya mendatangi Shouya. Saat ibunya Nishimiya mendengar perisakan yang dialami putrinya, semua siswa di kelas menyalahkan Shouya. Situasi pun berbalik, si perisak akhirnya dirisak oleh sahabat-sahabatnya sendiri. Shouya bahkan harus rela untuk terus jadi korban perisakan sampai ia SMA.

Topik yang diangkat oleh A Silent Voice memang tergolong sensitif, yakni tentang perisakan dan penderitaan mental yang dialami korbannya. Tapi justru di situlah letak keistimewaan dari anime ini: ia tak segan mengungkit topik yang sensitif tersebut, lalu membungkusnya dengan cerita romansa yang unik tapi sangat menyentuh hati.

Apa jadinya jika mantan pelaku perisakan jatuh cinta pada korbannya? Mungkin benar kata pepatah yang mengatakan, “Jangan pernah bilang kamu membenci seseorang, karena orang yang kamu benci itu bisa jadi jodoh kamu suatu hari nanti.” Jika tidak, bersiaplah untuk melakukan penebusan dosa.

2. Ore Monogatari!! (My Love Story!!)

Penampilan Takeo Geouda nggak seperti siswa SMA pada umumnya. Perawakannya tinggi besar, ditambah tampang yang mungkin bisa bikin preman pasar sekalipun bergidik ngeri. Ya, ia lebih mirip atlet Smackdown ketimbang pelajar. Dan Takeo pun sadar kalau dirinya nggak mungkin dikejar-kejar cewek seperti sahabatnya yang super duper ganteng, Sunakawa Makoto.

Tapi yang nggak banyak orang tahu, di balik penampilannya yang mirip Big Show, Takeo merupakan bocah lugu dan baik hati. Bahkan ia gampang banget dibikin terharu. Nih buktinya:

Madhouse

Dan kelembutan hati Takeo bukan isapan jempol belaka. Itu terbukti ketika ia menolong gadis kawaii yang digoda berandalan. Nggak disangka, perbuatan mulia Takeo bahkan sanggup membikin gadis bernama Rinko Yamato itu jatuh cinta pada pandangan pertama.

Dari kejadian itulah kisah komedi romantis Ore Monogatari!! dimulai. Setiap karakternya bergerak mengikuti keinginan dan pemikirannya masing-masing. Rinko yang sibuk mencari cara mendekati Takeo, Takeo yang keliru terhadap niat Rinko mendekatinya, dan Sunakawa yang pengin menjodohkan keduanya seraya meluruskan kesalahpahaman sahabatnya.

Pesan yang ingin disampaikan Ore Monogatari!! sebenarnya cukup sederhana: cinta itu soal hati, bukan penampilan fisik. Tapi pesan sederhana itu mampu diramu ke dalam kisah cinta yang manis serta karakterisasi yang unik. Dan yang lebih penting lagi, anime yang cukup kocak ini juga mengajarkan kita bagaimana mempertahankan hubungan cinta dan persahabatan di tengah prasangka buruk orang lain.

3. Yamada-kun to 7-nin no Majo (Yamada-kun and the 7 Witches)

Liden Films

Satu lagi anime yang masuk kategori komedi romantis. Cerita Yamada-kun to 7-nin no Majo berkisar pada usaha siswa SMA berandalan yang udah bertobat untuk menemukan penyihir di sekolahnya.

Seperti yang bisa dilihat dari judulnya yang membawa-bawa penyihir, anime ini sarat dengan unsur fantasi dan supernatural. Karakter utama perempuannya saja punya kemampuan bertukar tubuh. Terlepas dari itu, Yamada-kun to 7-nin no Majo nggak lantas melupakan akar romance-nya kok.

Kamu yang introvert mungkin bakal terhubung sama karakter di anime ini. Melihat gimana usaha Yamada si karakter utama dalam mencari topik obrolan dengan gebetannya, atau gimana bingungnya Yamada saat mencoba menarik perhatian teman-temannya, mungkin kamu bakal bilang dalam hati, “Ini gue banget!”

Berteman dengan seseorang saat di bangku sekolah, lulus, berpisah, lalu saling melupakan. Itu adalah siklus kehidupan yang dialami banyak orang. Tapi Yamada-kun to 7-nin no Majo menghadirkan pengingat yang bagus bagi kita akan arti menjaga hubungan persahabatan.

4. Elfen Lied

Arms

Ini mah bukan anime romance, tapi horor!” mungkin sebagian dari kamu berpikir kayak gitu.

Yup, dugaan kamu nggak salah. Elfen Lied penuh banget sama adegan gore dan kekerasan (fisik dan seksuil), bikin anime ini pantas masuk genre horor atau thriller.

Tapi jangan lupakan juga kalau Elfen Lied itu menceritakan hubungan spesial antara dua insan yang berbeda. Well, lebih tepatnya, cewek dan cowok yang berbeda spesies: yang satunya manusia, yang satunya lagi makhluk yang disebut Diclonius. Dan perbedaan antara kedua karakter utama itu mampu diramu dengan sangat baik dalam Elfen Lied: bagaimana suatu perbedaan yang kemudian disulut oleh prasangka buruk dan dendam bisa jadi jurang pemisah antara satu manusia dengan manusia lainnya.

Satu lagi, ketika saya selesai menonton anime ini, saya jadi berpikir apakah orang yang melakukan dosa besar pada kita pantas untuk dimaafkan, meskipun sebelumnya kita menaruh hati ke orang tersebut? Entah ya reaksi kamu kayak gimana saat menontonnya.

5. Kimi ni Todoke (From Me to You)

Production I.G

Pecinta film horor pasti kenal Sadako dari film Ringu. Nah, karakter utama di anime ini, Sawako Kuronuma, dijuluki Sadako oleh teman-temannya hanya karena rambutnya yang hitam dan panjang. Senyum Sawako yang menyeringai seperti hantu juga sering bikin orang lain takut dan makin salah paham.

Sawako sendiri sejatinya hanyalah gadis pemalu yang merindukan sosok teman. Untungnya, Sawako dipertemukan dengan Shouta Kazehaya, cowok populer yang kepribadiannya disukai teman-teman satu sekolah, termasuk Sawako. Harapan untuk mengubah pandangan orang lain pun muncul saat Sawako mulai mengenal Kazehaya.

Kimi ni Todoke termasuk anime bergenre shojo, alias dibuat untuk kalangan cewek usia remaja. Tapi buat saya yang aslinya cowok tulen ini, label shojo nggak begitu penting. Toh anime ini memang terbukti bisa bikin saya terhanyut ke dalam ceritanya.

Kenapa? Karena Kimi ni Todoke menyampaikan kisah komedi romansa lewat beragam karakter yang begitu nyata. Kamu nggak bakal menemukan karakter lebay dengan tindak-tanduk yang nggak masuk akal. Pada akhirnya, saya pun dibikin senyum-senyum sendiri menyaksikan kisah romantis Sawako dan Kazehaya.

Kimi ni Todoke bisa jadi pengingat bahwa kita butuh orang yang tepat untuk bisa bangkit dari keterpurukan. Tapi hey, terkadang hidup ini memang lebih indah dari yang sebelumnya kita bayangkan lho. Misalnya kayak Sawako yang nggak pernah menyangka takdir bakal mempertemukannya dengan Kazehaya.

6. Toki wo Kakeru Shoujo (The Girl Who Leapt Through Time)

Madhouse

“Waktu tak akan pernah menunggu, waktu tak akan pernah menunda dirinya, waktu… tak pernah peduli terhadap apa pun dan siapa pun.”

Iya, sekalipun kamu punya alat pengendali waktu seperti Makoto Konno, waktu nggak akan peduli.

Di paruh akhir masa SMA-nya, Makoto masih kesulitan menentukan rencana masa depannya. Hidupnya hanya seputar menghabiskan waktu alias hangout bareng dua sahabat lelakinya, Chiaki Mamiya dan Kousuke Tsuda. Kehidupan yang membosankan itu seketika berubah saat Makoto menemukan alat yang memungkinkannya melompati waktu dan kembali ke masa lalu.

Paruh awal Toki wo Kakeru Shoujo berpusat pada tindakan Makoto mempermainkan waktu dengan seenaknya. Barulah di paruh akhir cerita, kita disuguhkan plot twist berwujud kisah cinta tragis yang menyentuh hati.

Di kehidupan nyata kayaknya banyak orang yang pengin memutar waktu untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Tapi begini, meskipun misalnya kamu bisa membalikkan waktu, apa kamu yakin bisa mendapat kebahagiaan? Atau malah tersesat ke dalam jurang ketidakpastian seperti Makoto? Eh, ini nggak termasuk spoiler ‘kan?

7. Byousoku 5 Centimeter (5 Centimeters Per Second)

CoMix Wave Films

Keunggulan anime ini ada di kemampuannya mengubah premis simpel tentang persahabatan masa kecil berubah jadi cinta dengan alur cerita, musik latar, hingga kata-kata yang indah sekaligus menusuk hati. Kenyataan bahwa dua karakter utamanya semakin tumbuh dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing malah makin menambah nuansa kesedihan.

Buat saya sendiri, anime ini bisa membuat penontonnya mengingat kembali keluguan masa sekolah dulu, di saat kita hanya bisa menanggapi gebetan dengan senyum simpul cool yang dibuat-buat. Padahal dalam hati, kita dibuat berbunga-bunga banget.

(Spoiler alert!) Dan akhirnya cinta monyet kita itu pun kandas karena si gebetan udah keburu nikah sama orang lain.

8. Kimi no Na wa (Your Name)

CoMix Wave Films

Hmm… kayaknya pencinta anime udah familiar dengan judul yang satu ini. Yup, Your Name memang sering disebut sebagai film anime romance terbaik yang pernah ada. Sutradara Makoto Shinkai sendiri terbukti jago meracik cerita romansa dramatis yang sanggup mengobang-ambing emosi penonton. Sejauh ini Your Name adalah karya terbaik Makoto-sensei. mengalahkan 5 cm Per Second sekalipun menurut saya.

Kimi no Na Wa sukses membuat banyak penonton terharu lewat upaya dua karakter utamanya, Taki dan Mitsuha yang ingin dipertemukan kembali. Yaah, sesaat saya berpikir Taki dan Mitsuha mungkin memang nggak berjodoh. Toh, banyak orang sering bilang kalau memang berjodoh, pasangan yang sempat berpisah pasti bakal dipertemukan kembali.

Tapi yang lebih penting ialah bagaimana caranya mempertahankan kasih sayang sampai waktu yang diharapkan tiba. Dan film ini jadi contoh manis tentang perjuangan dan penantian cinta.

9. Hotarubi no Mori e (Into the Forest of Fireflies’ Light)

Brain’s Base

Saat berlibur ke rumah pamannya, gadis 6 tahun, Hotaru Takegawa mendengar cerita tentang dewa yang tinggal di hutan. Hotaru yang penasaran kemudian pergi untuk membuktikan cerita tersebut. Apes nian, ia malah tersesat di dalam hutan.

Saat sedang kebingungan, Hotaru bertemu Gin, arwah hutan berwujud pria bertopeng yang kemudian menolong Hotaru. Gin memperingati agar Hotaru jangan menyentuhnya, karena ia bisa menghilang sepenuhnya jika disentuh manusia. Gin juga berpesan agar Hotaru nggak kembali lagi ke hutan tersebut.

Tapi Hotaru menganggap pertemuannya dengan Gin sebagai momen berharga dalam hidupnya. Setiap libur musim panas, ia nggak pernah absen mengunjungi Gin. Seiring waktu usia Hotaru semakin bertambah, sementara Gin masih sama seperti saat Hotaru pertama kali melihatnya. Tapi ya itu tadi masalahnya, hubungan mereka dibatasi oleh aturan dilarang menyentuh.

Well, meski ada bumbu supranatural, saya bisa merasakan dengan jelas manis pahitnya kisah cinta Hotaru dan Gin di Hotarubi no Mori e. Film ini bikin saya bertanya sejauh mana seseorang bisa patuh terhadap aturan yang membatasi hubungan percintaannya. Toh hubungan yang terkekang aturan seringkali nggak berakhir bahagia kan?

Siap-siap aja untuk dimanjakan oleh adegan tragis, tapi juga romantis, di penghujung ceritanya.

10. Shigatsu wa Kimi no Uso (Your Lie in April)

A-1 Pictures

Hati-hati aja kalau kamu belum nonton, Your Lie in April merupakan anime yang menguras air mata.

Kousei Arima, tokoh utama dalam anime ini adalah pianis yang sangat handal. Namun kematian ibunya membuat Arima mengalami trauma yang hebat… sampai ia bertemu Kaori Miyazono, seorang pemain biola berbakat yang menyembunyikan rahasia besar dari Arima. (Dan itu kenapa anime ini berjudul Your Lie in April atau Kebohongan Ente di Bulan April).

Jalan cerita yang nggak mudah ditebak jadi salah satu alasan kenapa anime ini wajib kamu tonton. Ada kalanya kita dibikin bahagia oleh adegan-adegannya, lalu kita dibuat berharap, dan akhirnya perasaan kita dijatuhkan hingga hancur berkeping-keping.

Mengingat ini adalah anime yang berkaitan dengan musik, kamu juga akan dimanjakan dengan sajian musik yang berkualitas. Musik yang hadir di dalam anime ini nggak cuma jadi pemanis, tapi juga jadi penguat cerita yang memengaruhi emosi. Pilihan musiknya pun bikin kamu serasa nonton drama musikal.

11. Lovely Complex

Toei Animation

Lovely Complex bercerita tentang kisah cinta nggak biasa yang dialami dua pelajar SMA, Risa Koizumi dan Atsushi Otani. Kenapa nggak biasa? Karena keduanya punya perbedaan mencolok dari segi penampilan.

Yup, Risa adalah gadis jangkung dengan tinggi 172 cm, sedangkan tinggi badan Otani cuma 156 cm. Kalau kamu jadi cowok cebol kayak Otani, apa kamu pede pacaran dengan cewek yang tingginya jauh di atas kamu?

Tentu saja kisah mereka nggak dimulai dengan saling jatuh cinta, terus pacaran. Nggak sesimpel itu. Awalnya Otani dan Risa hanya berteman karena punya banyak kecocokan. Lucunya, perbedaan tinggi badan sering bikin mereka ribut dan sering dijadikan senjata saat beradu argumen.

Rasanya tepat kalau menyebut cerita Lovely Complex sebagai cerminan pepatah “Tak kenal maka tak sayang.” Semakin seseorang mengenal lawan jenisnya, semakin berkembang pula rasa kasih sayang tulus yang nggak mengenal perbedaan. Yaah, memang nggak semua orang pernah merasakan hal itu. Tapi ada kemungkinan hal itu bisa terjadi pada siapa pun, termasuk kamu.

Oh iya, kalau kamu pengin nonton anime romantis yang agak santai dan bikin ngakak, Lovely Complex bisa jadi opsi utama.

12. Sakurasou no Pet no Kanojo (The Pet Girl of Sakurasou)

J.C. Staff

Sorata Kanda punya kebiasaan memungut kucing liar untuk dipelihara di asrama sekolahnya. Tapi sayang, aturan asrama nggak memperbolehkan penghuni membawa hewan peliharaan. Itulah sebabnya Sorata dipindahkan ke Sakurasou, asrama campuran yang dibangun khusus untuk siswa-siswi bermasalah. Awalnya Sorata nggak betah tinggal di Sakurasou karena penghuninya aneh-aneh semua. Tapi saat Shiina Mashiro bergabung di Sakurasou, Sorata terpaksa harus menunda kepergiannya.

Alasannya, Shiina hanyalah gadis cantik nan polos yang nggak berguna. Chihiro-sensei yang merupakan tantenya Shiina terpaksa minta bantuan Sorata untuk mengurus ponakannya itu. Lagian Chihiro-sensei tahu cuma Sorata satu-satunya penghuni Sakurasou yang agak waras.

Hubungan antara Sorata dan Shiina memang nunjukkin kalau anime ini bergenre komedi romantis. Tapi karakter utamanya nggak cuma mereka berdua, melainkan keseluruhan penghuni Sakurasou yang masing-masing punya tujuan hidup berbeda.

Pada intinya, Sakurasou no Pet no Kanojo berhasil mengkombinasikan romance dengan persahabatan, impian, dan passion lewat perjalanan karakter-karakter uniknya. Kisahnya dipenuhi adegan komedi ala anak SMA, tapi juga punya sisi mengharukan yang bisa bikin penonton terbawa suasana. Anime ini pun nggak sepenuhnya tentang cinta, cinta, dan cinta. Cuma mau ngingetin aja, pasti ada hal dalam hidup kamu yang lebih penting dari segala sesuatu yang berhubungan dengan C.I.N.T.A. Cita-cita mungkin?

13. Mirai Nikki (Future Diary)

Asread

Satu lagi pilihan aneh untuk dimasukkan dalam kategori anime romance terbaik. Mirai Nikki memang lebih tepat berada dalam kategori thriller, survival, dan action.

Tapi kita juga nggak bisa memungkiri percikan asmara yang terjalin antara dua karakter utamanya, Yukiteru Amano dan si psikopat gila Yuno Gasai. Well, lebih tepatnya sih, hubungan asmara mereka didasari sama obsesi Yuno yang morbid, abnormal.

Memang, keinginan memiliki dan obsesi berlebihan pada pasangan pasti nggak akan membuahkan hasil yang manis, justru jauh dari itu. Seperti terlihat dari akhir petualangan Yukiteru dan Yuno yang bakal menghadiahi kamu dengan pemandangan tragis.

14. 5-Toubon no Hanayome (Quintessential Quintuplets)

Tezuka Productions

Pintar, tapi kere, dan susah bergaul. Tiga kata sifat itu cukup buat menggambarkan sang karakter utama Futaro Uesugi. Karena kondisi keluarganya yang kurang mampu, ditambah lagi ayahnya punya utang yang cukup besar, Uesugi pun langsung menerima tawaran untuk mengajar les privat. Semuanya demi uang!

Tapi ia nggak tahu kalau murid-murid lesnya merupakan anak kembar lima. Kelima-limanya merupakan teman satu sekolah Uesugi, dan mereka semua bodohnya nggak ketulungan.

Secara sekilas, Quintessential Quintuplets terlihat mirip anime harem lainnya. Dan seakan nggak terhindarkan, berbagai klise genre harem pun bakalan kamu temukan saat menontonnya. Tapi itu nggak akan jadi masalah besar. Kenyataannya, Quintessential Quintuplets sanggup menyedot atensi saya untuk terus mantengin setiap episodenya. Sebagian karena sisi komedinya yang memang kocak, sebagian karena misteri siapa cewek yang bakal dinikahi Uesugi, sisanya karena karakter kembar lima yang mudah untuk disukai (dan memanjakan mata juga). Kepribadian mereka benar-benar dieksplorasi, sehingga kita bisa menaruh kepedulian pada perkembangan karakter si kembar lima.

Suatu hubungan yang baik itu harus berjalan dua arah. Baik cowok atau ceweknya harus bisa mengembangkan kualitas diri dari pasangan mereka. Jika hubungan hanya menguntungkan satu pihak tertentu, berarti ada yang salah dari hubungan tersebut. Itulah kiranya pesan yang saya dapat saat nonton Quintessential Quintuplets.

15. Isshuukan Friends (One Week Friends)

Brain’s Base

“Maukah kamu jadi temanku?” tanya Yuuki Haase pada Kaori Fujimiya. Yuuki terus mengulangi pertanyaan itu setiap pekan, karena Kaori mengidap penyakit yang membuatnya selalu kehilangan ingatan setiap hari Senin.

Jangan harapkan kisah cinta menye-menye dari One Week Friends. Anime ini lebih memusatkan fokusnya pada jalinan pertemanan yang didramatisasi. Kita biasanya nggak pernah bilang “Kamu mau nggak jadi temen aku?” jika ingin ngajak orang lain kenalan. Nggak, kita nggak perlu minta izin segala. Kalimat yang diawali dengan “Kamu mau nggak jadi…” selalu dipakai saat pengin nembak gebetan.

Dan di sinilah One Week Friends memperlihatkan sentuhannya, dengan menunjukkan pada kita gimana usaha cowok remaja yang pengin berteman dengan cewek yang disukainya – suatu proses yang sering dianggap natural dalam keseharian.

Nggak semua hal di dunia ini bisa kita dapatkan, sekalipun kita udah berusaha sekuat tenaga. Terkadang, kita harus puas untuk sekadar berteman dengan orang yang kita suka.

Jadi, untuk menyederhanakannya, ini adalah anime tentang friendzone.

Lumayan panjang ya. Ya sudahlah, saya tutup artikel ini dengan ucapan selamat aja. Selamat menonton!

The post 15 Anime Romance Terbaik yang Punya Pesan Bagus soal Hubungan Asmara appeared first on Selipan.com.

5 Film Horor Populer yang Hampir Punya Ending Jauh Lebih Kelam dan Tragis

$
0
0

Jika selama ini kamu suka nonton film horor, kamu pasti sadar ada dua jenis ending yang bisa kita temukan di dalamnya: happy ending dan dark ending. Dalam ending jenis kedua, karakter protagonis yang sepanjang durasi film berjuang mempertahankan hidupnya bakal menemui nasib yang kelam, suram, tragis, dan memilukan. Tapi masalahnya, penonton seringkali nggak begitu suka melihat ending jenis kedua.

Oleh karena itulah dalam beberapa film, sineas memutuskan buat mengenyampingkan ending yang gelap, lalu menggantinya dengan happy ending. Padahal kalau kita perhatikan, di film horor, ending yang kelam terkadang lebih realistis dibandingkan ending yang membahagiakan.

Coba kamu cek ending alternatif dari 5 film horor populer ini. Terus kamu pilih, mana ending yang lebih kamu suka. Itu juga kalau kamu udah nonton filmnya. Kalau belum, ya kamu tonton dulu dong!

1. Get Out

Universal Pictures

Ending di filmnya:

Chris sang protagonis utama berhasil kabur dari keluarga rasis yang pengin mencuci otaknya. Seolah belum puas, Chris juga mencekik mati pacarnya yang biadab. Setelah pacarnya itu mati, Chris dikejutkan oleh sinar lampu merah biru yang mendekat, pertanda kedatangan polisi.

Tapi, eehhh… ternyata itu cuma temannya Chris yang datang buat menyelamatkannya. Film pun selesai, menunjukkan pada kita kalau sang protagonis selamat dari nasib sial yang hampir merenggut kesadarannya sebagai manusia.

Sedangkan di ending alternatifnya:

Polisi benar-benar datang ke TKP. Mereka lalu menangkap Chris dan menjebloskannya ke balik jeruji penjara dengan tuduhan pembunuhan massal. Tapi Chris nggak mampu membuktikan kalau dia nggak bersalah.

Adegan akhir menunjukkan Chris berada di penjara dengan kostum oranyenya. Mungkin juga dia dapat hukuman mati atau kurungan penjara seumur hidup. Meskipun begitu, dia merasa ikhlas udah menghentikan rencana busuk keluarga pacarnya yang pengin mencuci otak orang kulit hitam.

2. The Butterfly Effect

New Line Cinema

Ending di filmnya:

Evan sukses mengubah masa lalunya yang traumatis dan kelam. Tapi di sisi lain, dia juga mengubah sejarah di mana dia seharusnya bertemu dengan cinta pertamanya. Yup, karena mereka nggak pernah ketemu, cewek yang disukainya jadi nggak kenal sama Evan.

Sedangkan di ending alternatifnya:

Evan kembali jauuuuh ke masa lalu. Dia bahkan kembali ke masa ketika dia masih dikandung oleh ibunya. Di dalam rahim yang gelap itu, Evan kemudian mencekik dirinya sendiri sampai mati.

Selain ending yang satu ini, The Butterfly Effect punya tiga ending alternatif lain. Tapi ending “rahim” ini jelas yang paling kelam dibandingkan ending lainnya.

3. Hostel

Lionsgate/Screen Gems

Ending di filmnya:

Setelah diculik dan disekap di semacam penjara terbengkalai, Paxton berhasil kabur dari orang kaya yang menyiksanya dengan sadis. Tapi di stasiun kereta, Paxton kebetulan bertemu lagi dengan si penyiksanya. Tanpa buang waktu, dia pun membalas dendam dengan cara menggorok leher mantan penyiksanya itu.

Sedangkan di ending alternatifnya:

Paxton tetap membalas dendam pada orang yang telah menyiksa dirinya. Tapi, alih-alih membalas dendam secara langsung, Paxton memutuskan untuk menculik anak perempuan si penyiksa.

Kita nggak diperlihatkan gimana nasib selanjutnya dari si gadis seusai diculik Paxton. Tapi secara implisit, penulis naskah Hostel kayaknya pengin menunjukkan kalau metode balas dendam Paxton adalah dengan cara menyiksa anak dari orang yang telah menyiksanya.

Dan akhirnya Paxton pun nggak ubahnya kayak karakter antagonis yang menculik dan menyiksa dia sebelumnya.

4. You’re Next

Lionsgate

Ending di filmnya:

Para pembunuh bertopeng yang menginvasi rumah berhasil dibasmi seutuhnya oleh Erin si protagonis. Dan seperti film-film India, polisi pun selanjutnya datang untuk mengecek. Erin jadi satu-satunya karakter yang selamat di film ini (final girl).

Sedangkan di ending alternatifnya:

Para polisi yang datang terlambat itu menggerebek TKP, melihat Erin, lalu menembaknya tepat di kepala. Mungkin para polisi itu mengira Erin adalah penjahatnya. Jadi setelah kita melihat Erin berjibaku mati-matian dalam mempertahankan nyawanya, di akhir film dia meregang nyawa karena peluru dari polisi yang salah sangka.

5. Paranormal Activity

Paramaount Pictures

Ending di filmnya:

Katie sang protagonis tiba-tiba berdiri dari tempat tidur dan menatap suaminya, Micah, selama dua jam. Katie lalu keluar dari kamar dan berteriak dengan suara yang memekakkan telinga. Micah pun bangun untuk kemudian menghampiri Katie. Tapi setelah beberapa detik, tubuh Micah terlempar dan menghantam kamera yang jatuh terpelanting.

Katie pun masuk lagi ke dalam kamar, dengan darah segar menghiasi bajunya. Dia lalu merangkak ke arah mayat Micah, sebelum memandang ke arah kamera dengan senyuman jahat menghiasi mukanya.

Sedangkan di ending lainnya:

Paranormal Activity punya lumayan banyak ending sebelum Paramount memutuskan setan dan korban kerasukan (Katie) harus tetap hidup untuk kepentingan pembuatan sekuel. Di dalam ending lainnya,

  1. Katie yang kerasukan setan akhirnya membunuh Micah. Lalu dia mengurung diri di dalam kamar, dengan tubuh yang berlumuran darah. Saat setan keluar dari tubuhnya, polisi akhirnya datang memasuki rumah demi menemukan mayat Micah. Karena panik, Katie pun berlari menuruni tangga sebelum polisi menembaknya mati.
  2. Katie memasuki kamar dengan tenang. Dia lalu mendekat ke arah kamera dan tersenyum, sebelum menggorok lehernya sendiri dan jatuh ke lantai tanpa bernyawa lagi.
  3. Katie yang kerasukan setan memukul Micah dengan kameranya sampai mati. Tapi ending yang ini cuma mentok sebatas wacana.

Jadi, mana yang lebih kamu suka untuk menutup film horor? Ending yang bahagia, atau ending yang kelam?

The post 5 Film Horor Populer yang Hampir Punya Ending Jauh Lebih Kelam dan Tragis appeared first on Selipan.com.

Mari Berandai-andai, Gimana Jadinya kalau 3 Film Distopia Ini Terjadi di Dunia Nyata?

$
0
0

Dalam karya fiksi, distopia bisa diartikan sebagai kondisi kehidupan yang sama sekali nggak diidamkan manusia. Cerita distopia seringkali menunjukkan penderitaan masyarakat, entah itu karena negara yang otoriter, teknologi canggih, bencana dahsyat, atau bahkan serangan alien.

Sisi menariknya, kisah distopia selalu bikin kita tergoda buat membayangkan gimana jadinya jika kita termasuk ke dalam masyarakat distopia itu sendiri. Kamu yang pernah nonton Hunger Games pasti sempat berkhayal jadi salah satu tokoh jagoan di dalam ceritanya.

Oke, sekarang kita coba berkhayal lebih jauh lagi lewat 4 kisah distopia berikut ini. Kira-kira kalau kekacauan di empat cerita berikut terjadi di dunia nyata, apa yang mesti kamu lakukan supaya bisa bertahan hidup?

1. The Purge 

via imdb.com

Kondisi distopia:

Tingkat pengangguran dan kriminalitas di Amerika Serikat menurun drastis semenjak pemerintah mencantumkan purge day (hari pembersihan) di kalender nasional. Yup, itulah hari di mana pemerintah membebaskan masyarakatnya melakukan segala jenis tindak kriminal, termasuk pembunuhan.

Penyusupnya di belakang mbak!/via gifer.com

Menurut saya, alangkah indahnya negeri kita jika jumlah pengangguran berkurang drastis atau bahkan nggak ada sama sekali. Tapi kalau mesti dibayar dengan mengorbankan nyawa di purge day, kira-kira gimana ya jadinya?

Oke, pertama saya nggak sanggup bayangin Pak Jokowi berpidato tentang pelegalan kriminalitas kayak di film The Purge. Kalau pun purge day terjadi di Indonesia, jutaan rakyat yang tertindas kemungkinan besar bakal meluapkan amarahnya ke para pemimpin yang melegalkan peraturan bodoh seperti purge day. Ya, mungkin bakal ada kerusuhan besar yang sebelumnya nggak pernah terjadi di Indonesia.

Tapi itu baru kemungkinan yang terjadi di perkotaan.

Sekarang coba kamu bayangin purge day di pedesaan. Korban-korban purge day di desa nggak bakal jauh dari orang kaya yang pelit tapi suka pamer harta (kayak di sinetron), preman kampung, atau lintah darat yang sering nipu rakyat miskin.

Sementara di jalanan, motor-motor berknalpot nyaring bakal bebas kebut-kebutan buat memeriahkan suasana kerusuhan. Ini bagian paling nyebelin memang.

2. Battle Royale

via imdb.com

Kondisi distopia:

Murid-murid sekolahan yang sering bikin onar dipaksa pemerintah diktatorial Jepang buat mengikuti Battle Royale, atau permainan yang mewajibkan pesertanya saling membunuh satu sama lain hingga cuma tersisa satu orang.

“Hari ini kita belajar saling bunuh ya, guys!”/via dosegifs.tumblr.com

Kelas 3-B di film Battle Royale kebanyakan dihuni siswa pemalas dan begajulan, atau bahasa gaulnya, madesu (masa depan suram). Bagi siswa 3-B, belajar itu hal yang paling membosankan di dunia. Jadi pemerintah Jepang sengaja bikin suasana belajar mereka lebih “seru” dan “menantang” dengan battle royale. Hayo, siapa di sini yang (dulu) suka bolos dan nggak pernah merhatiin guru di kelas?

Kalau skenario distopia ini terjadi di dunia nyata, kayaknya jumlah anak-anak putus sekolah di Indonesia bakal meningkat pesat. Siapa juga yang mau sekolah kalau akhirnya mereka disuruh buat membunuh satu sama lain?

Sekalipun para orang tua masih ngotot memasukkan anak mereka ke sekolah, mereka nggak akan pilih sekolah negeri atau swasta. Mereka bakal lebih milih masukin anak ke pesantren. Lebih bagus lagi kalau pesantrennya kayak pesantren di film The Santri arahan Livi Zheng.

Selain pesantren, mungkin ada juga orang tua yang masukin si anak ke home schooling. Pada akhirnya, sekolah-sekolah negeri dan swasta bakalan gulung tikar. Pengangguran bakal semakin meningkat, dan keahlian sumber daya manusia di Indonesia semakin tertinggal dari negara tetangga.

Entah apa RUU yang bakal diusulkan DPR versi dunia distopia jika kondisinya sekacau itu.

3. Planet of the Apes 

via riotheatre.com

Kondisi distopia:

Sekelompok astronot mendarat di planet yang didominasi oleh spesies kera dengan peradaban dan teknologi canggih. Sebaliknya, bangsa manusia di planet itu tergolong masih primitif (belum mengenal bahasa lisan) dan sering diperlakukan layaknya hewan oleh kaum kera.

Saycheese!’/via rebloggy.com

Di kisah Planet of the Apes, kehidupan manusia dan kera jadi terbalik. Kira-kira gimana ya jadinya kalau situasi distopia semacam itu terjadi di dunia nyata?

Hmm… pertama, mungkin pertunjukan Topeng Monyet yang biasa kita lihat di lampu merah bakal ganti nama jadi Topeng Orang. Kamu nggak mau ‘kan jadi topeng orang? Mempertunjukkan berbagai atraksi di tengah perempatan jalan dengan leher terikat tali, capek, keringetan, tapi nggak ada kera yang merhatiin penampilan kamu. Kok rasanya sedih banget ya.

Di Planet of the Apes, kera memang suka bertindak semena-mena pada manusia. Dan kamu nggak punya pilihan selain jadi buruan di hutan, terus diajari berbagai trik pertunjukan Topeng Orang oleh kera. Yah, kalau kamu beruntung, kamu bisa tampil di acara sirkus yang ditonton ratusan kera gitu deh.

Sementara itu di kebun binatang, bakal ada kandang khusus manusia. Di laboratorium penelitian, manusia bakal jadi kelinci percobaan para ilmuwan kera. Terus tokoh utama di film King Kong bukan lagi gorila raksasa, tapi manusia primitif raksasa (yang jatuh cinta sama kera cantik).

Dan yang terpenting, nggak ada bakal ada lagi umpatan, “Dasar monyet!” Umpatan itu bakal diganti sama, “Dasar manusia!”

Ah, sudah cukup berkhayal tentang dunia distopia. Sekarang kita balik lagi deh ke dunia nyata. Kira-kira dunia distopia mana yang paling nggak kamu harapkan terjadi di dunia nyata?

The post Mari Berandai-andai, Gimana Jadinya kalau 3 Film Distopia Ini Terjadi di Dunia Nyata? appeared first on Selipan.com.

6 Contoh Ketika Film Sekuel Tampil Lebih Baik dari Karya Orisinalnya

$
0
0

Sebagai karya yang melanjutkan cerita dari film orisinalnya, film sekuel biasanya menanggung beban yang cukup berat. Terutama kalau film orisinalnya banjir respons positif, orang-orang pasti mengharapkan sekuelnya bisa tampil lebih baik dari berbagai segi. Idealnya sih memang seperti itu.

Tapi kenyataan kadang terasa kejam. Nggak sedikit sekuel yang berakhir gagal, baik dari sisi kritik maupun pendapatan. Yup, itu bisa jadi bukti, membikin sekuel dari film sukses tuh kerjaan yang nggak bisa dianggap remeh.

Oleh karena itu, kita wajib mengapresiasi film sekuel yang mampu memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi. Semisal kayak 6 film di bawah ini nih.

1. The Raid 2 (2014)

Sony Picture Classics

Sebagai film laga Indonesia yang berhasil membawa pulang dua penghargaan di ajang Asian Movie Awards, The Raid 2 unggul dari berbagai sisi dari film pertamanya, khususnya dari aspek pengembangan ceritanya yang dikemas lebih dalam. Seperti terlihat dari konfliknya yang lebih kompleks, suatu peningkatan dari The Raid pertama yang cenderung lebih bertumpu pada aksi laganya. Pun dengan karakter-karakternya yang karakterisasinya dibuat lebih beragam.

Ngomong-ngomong, ending The Raid 2 kerasa nanggung, nggak? Semoga suatu hari nanti ini film dibuat lanjutannya deh, penasaran banget soalnya!

2. Toy Story 2 (1996)

Walt Disney Animation

Meskipun semua film Toy Story meraup kesuksesan, sekuel keduanya ini merupakan film yang paling membekas di hati saya. Selain karena film ini melengkapi cerita film pertamanya, karakter-karakternya yang merupakan mainan hidup pun dibuat lebih manusiawi sekaligus sadar kalau mereka itu cuma mainan. Paradoks yang unik, karena saya sebagai penonton jadi merasa lebih terikat dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan para karakter di film ini.

Jangan lupakan juga peningkatan kualitas CGI yang lebih oke. Atau penambahan karakter baru seperti Jessie yang gampang disukai penonton, Toy Story 2 seolah melengkapi apa yang kurang dari film pertamanya.

3. Terminator 2: Judgement Day (1991)

TriStar Pictures

Saat muncul di tahun 1984, Terminator dianggap sebagai film fenomenal. Jalinan cerita dan efek visualnya menuai banyak pujian, membuat film tersebut dianggap salah satu film sci-fy terbaik sepanjang masa. Tapi siapa sangka, Terminator ternyata menemukan pesaing kuat dalam wujud sekuelnya yang berjudul Terminator 2: Judgement Day. Mulai dari visual, action, sampai ceritanya, semuanya mengalami peningkatan.

Tapi yang paling nggak disangka-sangka adalah perubahan dari karakterisasi T-800 yang diperankan Arnold Schwarzenegger. Ia yang di film pertamanya merupakan antagonis, berubah menjadi protagonis. Dan perubahan itu dilakukan dengan sangat baik tanpa harus menghilangkan aura badass dari T-800.

4. Thor: Ragnarok (2017)

Marvel Studios

Keputusan yang diambil Marvel Studios ketika menunjuk Taika Waititi untuk menyutradarai Thor: Ragnarok memang terbukti jitu. Waititi-lah yang berhasil mengubah Thor yang awalnya terkesan sebagai karakter super serius, menjadi karakter serius yang punya sisi konyol. Perjudian besar yang untungnya berhasil, karena di komik Marvel sekalipun, Thor itu karakter yang selalu serius dan nggak punya kemampuan melawak.

Nggak hanya Thor malah, hampir semua karakter di Ragnarok mengalami pengembangan yang bersinergi dengan jalan cerita. Perubahan karakterisasi mereka nggak dibuat asal jadi. Bruce Banner contohnya. Dalam film-film MCU sebelumnya, di mana ia berkesempatan buat muncul, Banner digambarkan sebagai orang yang kaku dan canggung. Tapi di Ragnarok, kecanggungannya bisa dimanfaatkan jadi pancingan humor yang pas ketika dipadukan dengan celotehan Thor.

Kalau harus membandingkan Ragnarok dengan dua film Thor sebelumnya, kamu bisa merasakan kalau karakter Thor yang serius itu sangat membosankan. Ampun, Kevin Feige!

5. Star Wars: The Empire Strikes Back (1980)

20th Century Fox

Berkat pengenalan jalan cerita dan setting yang cukup komprehensif di New Hope, Empire Strikes Back berhasil menyempurnakan dan mematangkan jalan cerita di film sebelumnya. Lewat beberapa adegannya yang fenomenal, Empire Strikes Back pun selalu menjadi film yang selalu dikunjungi kembali oleh penonton untuk memperjelas konteks cerita dari film-film setelahnya.

Plusnya lagi, plot twist dan ending dari Empire Strikes Back merupakan yang terbaik dari semua seri Star Wars!

6. The Godfather Part II (1974)

Paramount Pictures

Entah apa yang ada di benak Francis Copolla saat menulis naskah dan menyutradarai The Godfather Part II. Ketika The Godfather pertama aja sukses gila-gilaan, sekuelnya The Godfather Part II lebih sukses sukses lagi dengan mendapat lebih banyak penghargaan dan nominasi Oscar.

Setelah menonton The Godfather Part II, akhirnya saya mengerti kenapa film ini dianggap sekuel yang berhasil. Lewat beberapa adegan kilas baliknya, film ini mampu memberikan kita latar belakang dari Don Vito Corleone muda yang diperankan dengan apik oleh Robert de Niro. Kemampuan akting yang top dari Al Pacino juga sanggup bikin penonton percaya seperti itulah jalan pikiran dan perilaku dari dedengkot mafia kelas kakap.

Apa kamu punya versi lain dari film sekuel yang mengungguli film aslinya?

The post 6 Contoh Ketika Film Sekuel Tampil Lebih Baik dari Karya Orisinalnya appeared first on Selipan.com.

8 Film Horor-Thriller Menegangkan yang Mungkin Belum Kamu Dengar Sebelumnya

$
0
0

Pencinta karya-karya horor dan thriller biasanya selalu haus mencari film yang memuaskan dahaga mereka akan tontonan berkualitas, sekalipun film tersebut kurang terekspos. Untungnya karena saya termasuk orang yang kurang kerjaan, saya jadi punya banyak waktu untuk nyari dan nonton film thriller yang termasuk golongan kurang dikenal. Dan kamu nggak perlu ragukan gimana kerennya film-film yang akan saya sebutkan di bawah ini, dijamin mantap deh.

Oh ya, kamu nggak akan nemu sosok hantu dalam deretan film ini. Jadi, kalau kamu pengin ditakut-takutin sama penampakan hantu, daftar ini bukan untuk kamu.

1. Secuestrados (Kidnapped)

Kidnapped
via filmcomment.com

Kelihatan dari judulnya, film ini berasal dari tanah Spanyol. Kalau dalam judul bahasa Inggrisnya, Secuestrados diterjemahkan jadi Kidnapped.

Yup, Kidnapped memang menceritakan tentang keluarga yang ditawan di rumah mereka oleh tiga kawanan maling yang menyusup masuk di tengah malam. Latar tempatnya kebanyakan terjadi di dalam rumah keluarga tersebut, tapi bukan berarti nggak ada unsur ketegangan yang bisa kamu temukan.

Ketiga pencuri tersebut tentu nggak akan membiarkan tawanan mereka lolos keluar rumah begitu aja. Sebaliknya, keluarga yang ditawan pun nggak akan tinggal diam menunggu nasib tragis menimpa mereka.

2. A L’interiur (Inside)

12_8_Totaro_big
via offscreen.com

Dari Spanyol, kita berpindah ke Prancis. Tapi sebelumnya, saya sekadar kasih tahu kalau film ini bukan tontonan yang cocok untuk semua orang. Adegan-adegan gore yang bisa bikin ngilu lumayan banyak berserakan di dalamnya.

Inside menceritakan tentang seorang janda yang tengah hamil. Karena suaminya sudah tiada, ia pun harus melewati malam natal sendirian di rumahnya. Teror dimulai ketika ia melihat ada seorang wanita yang mengamatinya dari luar rumah. Apa yang terjadi selanjutnya udah bisa ditebak. Wanita itu berhasil menerebos masuk rumah. Tujuannya? Ia mau mengeluarkan si jabang bayi dari perut ibunya.

Jujur, saya yang cenderung udah terbiasa nonton film berjenis seperti ini pun agak merinding pas nonton Inside.

3. The Collector

The Collector_1
via gamespot.com

Seorang pencuri yang lagi butuh uang, memasuki rumah milik orang kaya di suatu malam. Rumah tersebut kelihatan kosong, dan si pencuri sepertinya bakal menunaikan misinya dengan sukses tanpa hambatan. Tapi…

Beberapa menit setelah si pencuri tersebut memasuki rumah, ia sadar ada orang lain yang bersamanya di dalam rumah itu. Bukan, sosok misterius itu bukan pemilik rumah, melainkan psikopat gila yang ternyata mau membunuh keluarga si pemilik rumah.

Si pencuri pun akhirnya terjebak di dalam rumah yang asalnya mau dijadikan target operasinya. Untuk kabur keluar rumah pun bukan perkara gampang, karena si penjahat misterius itu udah menebarkan banyak perangkap di seluruh penjuru rumah.

4. Honeymoon

honeymooon
via thedissolve.com

Masa bulan madu seharusnya jadi masa paling menyenangkan buat sepasang pengantin baru. Alasannya… nggak usah dikasih tahu juga kamu pasti udah tahu.

Tapi gini deh, gimana kalau misalnya orang yang kamu nikahi itu bukan seperti sosok yang kamu kira selama ini? Apa kamu yakin udah mengenal betul siapa sebenarnya pasangan hidup kamu itu? Hal itulah yang diangkat dalam Honeymoon. Kamu bakal dibuat bertanya-tanya tentang tingkah laku aneh dari si karakter perempuannya.

Bayangin aja kalau kamu lihat pasangan kamu tiba-tiba keluar rumah pas tengah malam. Dan sewaktu kamu menemukannya di tengah hutan, kamu merasa ia seperti orang yang berbeda.

Mungkin kamu bakal merasa was-was saat bulan madu kamu nanti gara-gara efek nonton Honeymoon.

5. Hard Candy

hard-candy-51bccfaf7716e
via pophorror.com

Sebelum Ellen Page menunjukkan kebolehan aktingnya lewat Juno dan Inception, ia pernah memerankan karakter gadis berumur 14 tahun yang berkenalan dengan seorang pedofil (Patrick Wilson) di Hard Candy. Setelah perkenalan tersebut, kedua insan berbeda usia itu pun akhirnya janjian untuk kopi darat. Nggak lama berselang, keduanya sepakat untuk melanjutkan obrolan mereka di rumah sang pedofil.

Jalan cerita film ini lumayan nggak tertebak. Karakter yang sebelumnya kamu dukung mungkin bakal kamu benci saat film udah mencapai bagian klimaksnya.

6. Triangle

Triangle-DI-1
via tasteofcinema.com

Film ini mengisahkan sekelompok teman yang berpesiar mengarungi lautan. Di tengah perjalanan, mereka menemukan kapal besar yang kelihatannya ditinggalkan sama penghuninya. Begitu mereka menginjakkan kaki ke kapal tersebut, di situlah kamu akan menemukaan berbagai kejanggalan yang mengundang rasa penasaran.

Ide dasar ceritanya mungkin bakal mengingatkan kamu sama cerita tentang kapal hantu pada umumnya. Tapi, kalau kamu tertarik buat nonton film ini, kamu harus sabar. Tonton sampai tamat, dan kamu bakal lihat gimana misteri yang ada dalam kapal tersebut akhirnya terpecahkan.

Saran saya, kamu harus konsentrasi waktu nontonnya. Simpan dulu smartphone kamu pas nonton film ini.

7. 13 Beloved

13_game_of_death
via bloody-disgusting.com

Karakter utama dalam film asal Thailand ini orang yang nasibnya sial banget. Namun di tengah hidupnya yang malang itu, ia menerima tantangan dari sosok misterius yang menawarkannya hadiah ratusan juta. Syaratnya, ia harus menyelesaikan 13 tantangan.

13 tantangan itu punya level yang bervariasi. Awalnya sih, tantangannya masih gampang buat diselesaikan. Tapi lama kelamaan, tantangan yang diterimanya makin susah dan nggak masuk akal.

Nasib sial sepertinya belum lepas dari si tokoh utama.

8. Bone Tomahawk

Bone-Tomahawk
via puregaming.es

Bone Tomahawk mengisahkan empat orang pria yang harus menghadapi suku Indian primitif yang masih punya tradisi kanibalisme. Bukan tanpa alasan, mereka melakukan perbuatan nekad itu karena ingin menyelamatkan istri dari salah satu pria dalam kelompok tersebut.

Walaupun kamu bisa melihat hal-hal menarik di sepanjang perjalanan mereka semenjak berangkat dari kota tempat tinggalnya, puncak dari film ini terjadi saat mereka menyusup masuk dalam teritori suku kanibal. Orang-orang kanibal itu ternyata jauh lebih mengerikan dari yang mereka duga sebelumnya.

Kalau kamu penyuka adegan gore, film ini sayang banget buat kamu lewatkan. Ini salah satu film thriller terbaik yang bisa kamu tonton.

Dari 8 film di atas, mana nih yang paling pengin kamu tonton? Atau jangan-jangan kamu udah pernah nonton semuanya?

The post 8 Film Horor-Thriller Menegangkan yang Mungkin Belum Kamu Dengar Sebelumnya appeared first on Selipan.com.

10 Aktor Hollywood yang Rela Dibayar Kecil untuk Peran yang Bikin Mereka Terkenal

$
0
0

Berapa sih pendapatan yang diperoleh aktor papan atas dalam satu film?

Beda dengan nilai kontrak pesepakbola atau “artis” Tik Tok, kita cenderung jarang dapat kabar tentang besaran nilai kontrak aktor. Tapi, jika kita lihat  penampilan mewah plus ingar-bingar kehidupan dari aktor-aktor Hollywood, kita bisa menebak penghasilan yang didapat mereka sangatlah besar. Belum lagi kalau aktor tersebut sering main iklan, punya bisnis, atau nyambi jadi artis Tik Tok (kebayang Morgan Freeman main Tik Tok?).

Menurut Hollywood Reporter, sebagian besar aktor yang mendapat predikat sebagai “A-List celebrity” rata-rata mendapat penghasilan sebesar $15 juta (sekitar Rp213 miliar) untuk setiap film yang mereka mainkan. Itu perhitungan pukul rata, karena nilai tersebut masih bisa meningkat. Contohnya saja Dwayne Johnson dan Jennifer Lawrence yang pernah mendapat hingga $20 juta (sekitar Rp284 miliar).

Meskipun begitu, ada juga kok aktor yang memperoleh pendapatan yang sangat kecil kalau diukur dari pendapatan rata-rata aktor Hollywood. Padahal keuntungan yang diperoleh film yang mereka bintangi sangatlah besar. Tengok saja bayaran yang didapat 10 aktor ini. Bahkan upah yang mereka terima nggak sebanding dengan peran yang mereka mainkan.

1. Katie Featherston dan Micah Sloat di Paranormal Activity

via filmcomment.comtap

Paranormal Activity dikenal sebagai film horor yang bermodal pas-pasan. Untuk produksinya saja cuma makan biaya $15.000 atau sekitar Rp213 juta jika mengacu ke kurs saat ini. Tapi keuntungan yang didapatnya dong… sampai menembus angka $200 juta (sekitar Rp2,8 triliun)!

Wow, kira-kira aktornya dapat berapa ya? Pasti kamu nggak nyangka sama jawabannya deh.

Yup, uang yang masuk ke kantong dua aktor utama film ini cuma berkisar $500 (sekitar Rp7 juta). Jumlah segitu mungkin bakal habis dipakai bayar satu-dua bulan kostan yang ada AC dan kamar mandi dalam. Untungnya mereka diberi kesempatan untuk negosiasi ulang setelah melihat kesuksesan yang diraih Paranormal Activity.

2. Hilary Swank (Boys Don’t Cry)

via blu-ray.com

Hilary Swank mungkin nggak mengira kerja keras serta akting apiknya dalam memerankan sosok Brandon Teena di Boys Don’t Cry bakal membawanya meraih penghargaan Oscar sebagai Aktris Terbaik di tahun 2000.

Meskipun demikian, penghargaan yang ia terima nggak sebanding dengan jumlah pundi-pundi yang diterimanya dari film tersebut. Swank hanya dibayar $3.000 (sekitar Rp42,6 juta).

3. Harrison Ford (Star Wars Episode IV: A New Hope)

via cheatsheet.com

Siapa sih yang nggak kenal dengan Han Solo? Hmm, kamu nggak kenal? Payah…

Walaupun karakter ini pernah diperankan oleh Alden Ehrenreich di Solo: A Star Wars Movie, tapi sosok Solo yang begitu karismatik dan flamboyan nggak bisa terlepas dari diri Harrison Ford.

Dan jika kamu pengin tahu nilai kontrak yang diterima aktor ini di Star Wars: A New Hope, ia hanya menerima $10.000 (sekitar Rp141 juta). Angka ini memang masih wajar jika melihat kiprah Ford pada saat itu yang masih merupakan wajah baru di dunia perfilman.

4. Daisy Ridley dan John Boyega (Star Wars Episode VII: The Force Awakens)

via bustle.com

Sama halnya seperti Harrison Ford, Star Wars kayaknya lebih suka mengorbitkan aktor baru. Lihat saja dua aktor asal Inggris ini yang langsung mendapat peran utama di film sekuel, Star Wars: The Force Awakens. Ditambah lagi, upah yang diperoleh keduanya dari film tersebut hanya berkisar $100.000 (Rp1,4 miliar) dan $300.000 (Rp4,2 miliar).

5. Ryan Gosling (Half Nelson)

via nytimes.com

Aktor yang pernah tampil di Blue Valentine (2010), La La Land (2016), dan Blade Runner 2049 (2017) ini jelas nggak bisa dianggap remeh kemampuan aktingnya. Bahkan di film Half Nelson, perannya sebagai seorang guru dan juga pecandu narkoba berhasil membawa dirinya masuk nominasi sebagai aktor terbaik di ajang Oscar tahun 2006.

Pencapaian dari Gosling nggak bikin dirinya menjadi aktor termahal pada saat itu. Gosling bahkan hanya memperoleh bayaran $1.000 (sekitar Rp14,1 juta) per pekan untuk berakting di film itu.

6. Jeff Daniels (Dumb and Dumber)

via youtube.com

Memerankan sosok pria bodoh dan kekanak-kanakan tentu bukan persoalan yang sulit bagi Jeff Daniels. Apalagi bayaran yang dia dapat dari perannya tersebut cukup besar pada saat itu, yakni $50.000 (sekitar Rp709,9 juta).

Tapi tunggu sebentar. Coba kita dengar dulu berapa bayaran yang diterima rekan duet Jeff di Dumb and Dumber, Jim Carrey. Atas perannya yang lebih bodoh, Jim Carrey dibayar $7 juta (sekitar Rp99,4 miliar).

Saya jadi curiga kalau semakin bodoh peran yang didapat seorang aktor, nilai kontrak yang didapat justru makin besar. Hmm… harus diselidiki kayaknya nih!

7. Gal Gadot (Wonder Woman)

via uproxx.com

Dibandingkan dengan beberapa film yang dibuat oleh DC, kamu pasti setuju kalau film yang dibintangi oleh Gal Gadot ini adalah film adaptasi komik DC yang paling keren. Untuk mengapresiasi usaha Gadot, pihak produser tentu wajib membayar upah yang diterima Gadot di film tersebut, yakni $300.000 (sekitar Rp4,3 miliar).

Jumlah yang cukup fantastis ‘kan? Apalagi kalau dikonversi ke rupiah.

Tapi sayangnya, upah yang diterima Gadot nggak ada apa-apanya jika dibandingkan nilai kontrak yang diterima Ben Affleck untuk perannya sebagai Bruce Wayne di film Batman v Superman. Di film itu, Affleck mendapat $43 juta (Rp610,5 miliar).

8. Mel Gibson (Mad Max)

via amazon.com

Nggak jauh beda dengan apa yang dialami oleh Ford, Mel Gibson pertama kali mulai dikenal secara luas lewat perannya sebagai Max Rockatansky di film seri Mad Max. Gibson bahkan sukses membintangi dua sekuel lanjutannya sebelum Tom Hardy menggantikan dirinya di Mad Max: Fury Road (2015).

Berkat aktingnya sebagai Ksatria Jalanan yang cukup brutal di film itu, Gibson hanya menerima upah sebesar $15.000 (sekitar Rp212,9 juta).

9. Sean Astin (The Lord of the Rings)

via fanpop.com

Aktor yang berperan jadi teman berpetualang Frodo Baggins di Middle-Earth ini berhasil menyabet banyak penghargaan lewat film LotR. Sean Astin pernah mendapat penghargaan sebagai pemeran pendukung di Chicago Film Critics Association dan Saturn Award.

Namun, jika bicara tentang penghasilan yang diperoleh Astin dari LotR, ia hanya meraup $250.000 (sekitar Rp3.5 miliar) lewat perannya di keseluruhan trilogi. Nilai kontrak yang didapat Astin memang terhitung kecil, apalagi jika kita melihat bujet yang dikeluarkan New Line Cinemas sebesar $281 juta (sekitar Rp3,9 triliun).

10. Chris Evans (Captain America: The First Avenger)

via theplace2.ru

Sebagai salah satu aktor yang dapat peran sebagai anggota awal Avengers, Chris Evans memperoleh upah $200.000 (sekitar Rp2,8 miliar) di film perdananya.

Tapi jika kita membandingkannya dengan bayaran $500,000 (Rp7 miliar) yang diterima Robert Downey Jr. di film Iron Man, pendapatan yang diterima Evans jelas kelihatan mini. (Dan itu mungkin jadi alasan tersembunyi kenapa perpecahan Avengers terjadi di Civil Wars).

Bagaimana menurut kamu tentang nilai gaji yang diterima oleh para aktor di atas? Apa nominal gaji yang diterima aktor tersebut wajar atau nggak?

Sumber: Boredom Therapy

The post 10 Aktor Hollywood yang Rela Dibayar Kecil untuk Peran yang Bikin Mereka Terkenal appeared first on Selipan.com.


10 Kostum Superhero Marvel Versi Film yang Kalah Keren ketimbang Versi Komiknya

$
0
0

Kamu pasti tahu kalau kebanyakan film superhero dari Marvel itu sebenarnya hasil adaptasi dari komik. Tapi yang namanya adaptasi, pasti ada yang sukses dan ada pula yang gagal. Begitu juga saat kita membicarakan tentang kostum dari para pahlawan super ketika diadaptasi jadi film. Pernah membayangkan gimana jadinya kalau Captain America cuma pakai kaus oblong dan celana boxer (lengkap dengan handuk di bahu) ketika lagi beraksi? Nah, kira-kira seperti itulah kostum hasil adaptasi yang gagal.

Meskipun daftar kostum adaptasi milik superhero Marvel ini nggak seekstrem ilustrasi di atas, tetap saja penampakannya nggak bisa dibilang bagus. Dengan kata lain, ini adalah daftar kostum adaptasi yang buruk. Penasaran lihat penampakannya? Ini dia daftarnya seperti yang dilansir dari Ranker. Enjoy…

1. Doctor Strange – Dr. Strange (1978)

via cineenserio.com

Mungkin masih teringat oleh kamu aksi keren Bennedict Cumberbatch yang tampil dengan kostum penyihir dan jubah ajaibnya di film Doctor Strange. Nah, kostum Doctor Strange di film tersebut ternyata nggak beda jauh dengan komiknya.

Tapi, jika kita membandingkan dengan versi serial televisinya yang tayang di tahun 1978, kekerenan Doctor Strange yang kita tahu selama ini seakan sirna. Lihat tuh kostumnya pada foto di atas. Jubah sutra kasual, perhiasan yang mencolok, lengkap dengan senyum manja yang genit-genit basah. Wah, jangan-jangan ini alasan lain kenapa ia dinamakan Doctor Strange (Doktor Aneh).

2. Captain America – Captain America (1970)

via denofgeek.com

Hmm… kalau mesti membandingkan degan versi komiknya, tentu Captain America di acara televisi tahun 1970 ini kalah gagah kalau dilihat dari kostumnya. Helmnya kelihatan ngeganggu banget nggak sih? Apa nggak ribet melawan penjahat kalau pakai helm motor kayak gitu? Kesannya kok Captain America kayak terpaksa beli helm di pinggir jalan karena takut ada razia.

3. Red Skull – Captain America (1990)

via govosopifu.100.mu

Banyak yang setuju kalau kostum Red Skull di film Captain America kurang menggigit. Terutama karena ukuran kepalanya yang kebesaran. Menurut kamu gimana? Kalau saya sih, serasa lagi lihat cilok yang dilumuri saos.

4. Bullseye – Daredevil (2003)

via marvel-movies.wikia.com

Awal tahun 2000 adalah masa ketika film Matrix mulai terkenal. Lalu entah mengapa film superhero seakan tertular sindrom kostum “jas hujan” ala Matrix. Salah satunya yaitu kostum jas Bullseye yang terbuat dari kulit buaya. Kalau dibandingkan dengan karakter komiknya, pasti semua penggemar Marvel lebih memilih kostum Bullseye versi komik deh ketimbang filmnya.

Jadi bisa dibilang, Bullseye versi film = endorser jas hujan?

5. Juggernaut – X Men 3

via ranker.com

Kamu setuju nggak kalau pemilihan kostum Juggernaut di film X-Men 3 gagal total? Helmnya kayak terbuat dari batu. Belum lagi baju kulitnya kelihatan nanggung banget, cuma nutupin sebagian dadanya aja. Juggernaut sepertinya malu kalau putingnya kelihatan, meskipun ia nggak masalah memperlihatkan pusar dan bulu perutnya yang seksi.

Ayolah, nggak semua superhero yang kekar itu mesti buka-bukaan ‘kan? Seandainya kamu karakter penjahat, kebayang nggak kalau kamu dikejar-kejar Juggernaut yang pakai kostum kayak gitu? Kalau saya sih, saya bakal ketawa ngakak di hadapan Juggernaut. Nggak apa-apa dah diseruduk, asalkan saya bisa puas menertawainya.

6. Rogue – X-Men

via ranker.com

Bila saya sebelumnya nggak tahu apa-apa soal Rogue, saya mungkin bakal menyangka wanita dalam foto di atas sebagai mbak-mbak biasa yang kebetulan lagi pakai baju kulit. Lebih tepatnya, mbak-mbak yang lagi pakai baju kulit sedang berpose di depan kamera.

Coba kamu perhatikan sendiri deh. Kostumnya cenderung hambar, sama sekali nggak nunjukkin ciri-ciri superhero. Padahal di komiknya, Rogue digambarkan sebagai wanita yang memiliki daya tarik tersendiri.

7. The Punisher – The Punisher

via ranker.com

Dari sudut mana pun kamu melihatnya, ini cuma Dolph Lundgren yang mengenakan pakaian hitam abu dengan pistol di tangannya. Nggak ada bau-bau superhero atau simbol tengkorak yang jadi ciri khas The Punisher. Awalnya saya kira pria dalam foto tersebut cuma polisi yang lagi nyamar jadi preman.

8. Rhino – The Amazing Spiderman 2 (2014)

via screencrush.com

Asal-muasal karakter Rhino di komik Marvel berpusat pada terperangkapnya ia di dalam kostum badak. Tapi di film The Amazing Spiderman 2, karakter Rhino berubah drastis menjadi… hmm… Transformer?

9. Deadpool – X-Men Origins: Wolverine (2009)

via technobuffalo.com

Penggemar komik Marvel pasti sadar kalau Deadpool itu yang karakter paling banyak bacot di antara superhero. Di balik kostum merahnya yang khas, ia seakan bisa “membunuh” orang dengan lidah tajamnya. Dan kalau misalnya kamu seorang penjahat yang terkejut melihat penampilan cacat Deadpool, ia dengan senang hati akan menceritakan kisah masa lalunya ke kamu.

Tapi di film X-Men Origins: Wolverine, Deadpool tampil dengan mulut terjahit rapat. Penggemar Deadpool pasti kecewa karena tokoh yang pintar bersilat lidah itu tiba-tiba jadi bisu.

10. Captain America – Captain America (1944)

via six-shooter.de

Nah, ini dia “nenek moyang” Captain America versi layar kaca. Kostumnya simpel banget. Dan bisa jadi yang dikenakan di kepalanya itu cuma masker ski dengan huruf A.

Jikalau huruf A di masker skinya itu dihilangkan, Captain America terlihat nggak ubahnya seperti perampok bank di film-film.

Itu dia 10 adaptasi kostum karakter komik Marvel yang dinilai paling mengecewakan. Apa kamu sependapat dengan daftar di atas? Atau kamu punya referensi kostum superhero lain yang nggak kalah mengecewakannya?

The post 10 Kostum Superhero Marvel Versi Film yang Kalah Keren ketimbang Versi Komiknya appeared first on Selipan.com.

10 Anime Sedih yang Boleh Ditonton setelah Kamu Menyiapkan Tisu

$
0
0

Seringkali ada saja orang yang menganggap kalau menangis adalah sikap yang lemah. Tapi apa kamu tahu kalau sebetulnya menangis juga adalah ungkapan paling jujur yang dimiliki oleh manusia ketika dia merasakan hal yang sebenarnya sulit untuk dihadapi.

Jadi ketika kamu ingin meluapkan emosi lewat tangisan, itu adalah hal yang sangat wajar. Dan nggak hanya mengenai masalah dalam kehidupan sehari-hari, kamu pun bisa saja menangis saat menonton anime.

Beberapa anime memang ada yang niatnya dibikin untuk membangkitkan emosi penontonnya. Sama halnya dengan 10 serial anime sedih ini yang berhasil bikin banyak orang ikut merasakan tearjerker. Penasaran ‘kan apa saja daftarnya? Langsung deh kita bahas.

1. Ano Hi Mita Hana no Namae o Bokutachi wa Mada Shiranai (Anohana: The Flower We Saw That Day)

A-1 Pictures

Sebagai pembukaan, saya ingin mengenalkan salah satu anime yang mempunyai tema pertemanan antar remaja. Anohana mengisahkan tentang remaja bernama Jinta yang bertemu kembali dengan teman-teman di masa kecilnya. Meskipun mereka adalah teman dari masa kecil, kini mereka dihadapkan pada perasaan bersalah satu sama lain terhadap apa yang pernah terjadi di masa lalu.

Anime ini mungkin cocok buat kamu yang penyendiri. Selain menghadirkan cerita yang sedih (saya sendiri nangis pas episode awalnya), anime ini juga punya pesan moral tentang persahabatan, beban masa lalu, dan rasa bersalah.

Apa kamu masih ingat teman masa kecilmu dulu? Mungkin saja mereka merindukan kamu lho.

2. Code Geass: Hangyaku no Lelouch (Code Geass: Lelouch of the Rebellion)

Sunrise

Sebagai salah satu anime terbaik yang pernah dibuat, Code Geass punya cerita yang cukup rumit tapi tetap mengasyikkan untuk kamu tonton. Anime ini bercerita mengenai petualangan Lelouch Lamperouge dalam melawan tirani yang dilakukan oleh Britannia kepada Jepang. Dengan kekuatan Geass yang dimilikinya, ia mampu memerintah siapa pun sesuai kehendaknya.

Kalau melihat secara sekilas, kamu mungkin menganggap Code Geass cuma sekadar anime mecha yang pada umumnya memakai robot raksasa sebagai alat perang. Tapi anime ini sebetulnya mengandung unsur bittersweet dalam jalan ceritanya.

Kamu akan diajak mempertanyakan bahwa suatu hal yang dianggap benar itu nggak selamanya baik, dan begitu pun sebaliknya. Apalagi ada beberapa adegan yang mampu bikin kamu merasa terharu terhadap motivasi dari karakter-karakternya.

3. Angel Beats!

P.A. Works/Aniplex

Penyesalan, trauma, dan kematian adalah tema yang diangkat dari anime ini. Bercerita di dunia afterlife, Otonashi Yuzuru tiba-tiba berada di sebuah sekolah di mana ia bertemu dengan Yuri Nakamura. Pertemuan mereka akhirnya akan membuka sedikit memori mengenai alasan kenapa Yuzuru berada di sekolah tersebut.

Pertama kali menonton anime ini, saya pun dibuat bingung dengan jalan ceritanya. Di episode pertama saja tiba-tiba kita langsung bertemu murid sekolah yang memegang senjata api dan band yang tampil di kantin. Tapi setelah mengenal beberapa karakter dan duduk permasalahannya, kita bisa langsung bersimpati pada mereka. Dan jujur saja, perasaan saya campur aduk ketika mengetahui beberapa alasan dari karakter tersebut hingga mereka bisa berada di sekolah tersebut.

4. Zankyou no Terror (Terror in Resonance)

MAPPA

Terror in Resonance bisa dibilang anime yang anti-mainstream. Gimana nggak, jarang lho anime yang mengangkat tema sensitif seperti tindakan terorisme. Yup, anime ini berkisah tentang serangan teroris di kota Tokyo oleh dua remaja yang menamakan diri mereka Sphinx. Tapi alih-alih digunakan untuk menakuti masyarakat, dua remaja ini membawa misi lain: membangunkan dunia melalui tindakan teror mereka.

Secara keseluruhan, Terror in Resonance ini bukan anime sembarangan. Melalui aksi yang menegangkan dan plot yang sangat berkualitas, ditambah musik dan visualisasi yang indah, kamu pasti betah menontonnya. Dan jangan lupakan juga bagian akhir anime ini yang mungkin akan bikin kamu tanpa sadar menitikkan air mata.

5. Plastic Memories

Doga Kobo

Pernah dengar istilah unconditional love? Cinta tak bersyarat sebenarnya nyata dan ada, seperti yang ditunjukkan di anime yang bercerita tentang kisah cinta dari manusia dan android ini.

Tsukasa Mizugaki yang bekerja di Terminal Service One mulai memiliki perasaan suka kepada Isla si android, setelah ia ditugaskan untuk menjadi spotter (pengasuh) bagi Isla yang hanya mempunyai sisa masa hidup kurang dari 2.000 jam.

Plastic Memories memang menitikberatkan kisah hubungan antar pribadi. Komunikasi menjadi tema yang penting dalam anime ini, seperti ditunjukkan lewat perkembangan setiap karakternya yang dibangun dengan sangat baik. Tapi sayangnya, kamu nggak bisa membayangkan pertemuan Tsukasa dan Isla berakhir dengan bahagia. Penyebabnya apalagi kalau bukan waktu hidup Isla yang terbatas.

6. Fullmetal Alchemist: Brotherhood

Bones

Fullmetal Alchemist: Brotherhood adalah pilihan yang bagus jika kamu pengin dapat paket komplet dari satu anime. Perkembangan karakter yang ciamik, konflik cerita yang pas, sampai beberapa adegan yang pastinya menyentuh kepekaan kamu adalah gambaran betapa hebatnya anime yang mendapatkan peringkat terbaik di My Anime List ini.

Inti cerita dari Fullmetal Alchemist: Brotherhood berkisar pada ambisi Edward dan Alphonse Elric dalam mengembalikan kutukan yang merasuki tubuh mereka. Banyak banget kisah yang bisa mengaduk emosi kamu di anime ini, mulai dari eksperimen dari Nina Tucker, heroiknya Maes Hughes dan pengorbanan Envy. Untuk membuktikan apakah anime ini mampu membuat kamu sedih, saya sarankan kamu langsung tonton.

7. Boku Dake ga Inai Machi (Erased)

A-1 Pictures

Apa sih rasanya jika kamu mengetahui kabar seseorang yang kamu kenal sudah tiada. Kamu mungkin akan meninggalkan rasa penyesalan, serupa dengan apa yang dirasakan oleh karakter utama di anime ini, Satoru. Ia pun memiliki pengalaman menyedihkan ketika ditinggal oleh temannya semasa kecil.

Anime ini mengusung konsep butterfly effect, di mana sekecil apa pun kejadian yang terjadi pada suatu saat, bisa saja punya andil besar terhadap apa yang terjadi di masa depan. Lewat pendekatan konsep butterfly effect ini pula kita ditunjukkan betapa pentingnya rasa kasih sayang, khususnya bagi orang-orang terdekat.

8. Tokyo Magnitude 8.0

Bones/Kinema Citrus

Dari judul dan gambar di atas saja kamu bisa langsung menebak kalau anime ini bercerita tentang bencana alam. Tokyo Magnitude 8.0 bisa dibilang berhasil menggambarkan secara realistis peristiwa yang terjadi akibat gempa bumi. Selain itu, anime ini juga dibungkus dengan cerita yang mengharukan dari Mirai, Yuuki dan Mari yang menjadi korban dari bencana. Kamu pasti nggak bakal bisa menahan tangis dan haru saat menontonnya.

9. Shigatsu wa Kimi no Uso (Your Lie in April)

A-1 Pictures

Pertama kali saya menonton Your Lie in April, saya menebak kalau anime ini kayaknya cuma punya tema romantisme biasa. Bercerita tentang Arima si pianis jenius yang kehilangan kemampuannya setelah kejadian tragis menimpa ibunya. Setelah itu Arima pun menjadi orang yang pesimis. Walaupun, perlahan tapi pasti, ia bisa berubah ketika bertemu dengan Kaori yang berhasil memompa semangatnya kembali.

Sesungguhnya anime ini punya plot yang nggak bisa ditebak kelanjutannya. Hal tersebut memang menjadi kejutan tersendiri dari anime ini. Your Lie in April menjual kisah cinta sebagai fokus utamanya, tapi kamu juga akan diajak untuk merasakan betapa pentingnya arti hidup selama ini.

Dan coba kamu tonton episode akhirnya deh, kira-kira gimana perasaan kamu saat lihat Arima membacakan surat dari Kaori.

10. Clannad: After Story

Kyoto Animation

Sebenarnya anime ini adalah sekuel dari serial Clannad. Fokus cerita berpusat mengenai kehidupan Nagisa Furukawa dan Tomoya Okazaki setelah mereka lulus sekolah dan memutuskan untuk hidup bersama. Dan lika-liku yang dialami oleh dua insan ini berhasil bikin saya menangis lepas saat menontonnya. Anime ini benar-benar sukses menggambarkan sulitnya untuk menghadapi masalah hidup, seperti masalah pribadi hingga keluarga. Konflik-konflik yang ada di dalamnya pun dipecahkan secara mengharukan, bikin kita terbawa suasana.

via gifer.com

Nah dari 10 anime tersebut, anime mana saja yang sudah kamu tonton? Kalau kamu belum pernah menontonnya, saya cuma mau menyarankan untuk jangan lupa menyiapkan tisu atau sapu tangan ya.

The post 10 Anime Sedih yang Boleh Ditonton setelah Kamu Menyiapkan Tisu appeared first on Selipan.com.

Jump Scare dalam Film Horor: Antara Cara Efektif Buat Menakuti Penonton dan Kemiskinan Kreativitas

$
0
0

Di artikel sebelumnya, saya udah pernah bilang kalau jump scare itu sebenarnya salah satu cara buat meningkatkan tensi film. Ia juga cara yang ampuh buat bikin penonton terkaget-kaget dan ketakutan setengah mampus kalau dieksekusi dengan baik.

Sementara permasalahannya, banyak sineas yang menyisipkan jump scare ala kadarnya dan asal-asalan. Mereka seperti memandang jump scare sebagai metode yang paling gampang, paling murah, untuk menakuti penonton, tanpa pedulli apa yang membuat jump scare bisa jadi cara efektif untuk menakuti penonton. Mungkin karena kemudahannya pula, akhirnya ada banyak film horor yang isinya nggak lebih dari parade jump scare.

via storyboardfilm.wordpres.com

Dan itu, sobat, yang bikin sebagian orang jengah sama film yang terlalu mengandalkan jump scare. Mereka umumnya beropini, “Ada acara lain yang bisa dipakai untuk membuat film horor jadi seram. Jadi kenapa harus memaksakan jump scare? Karena alih-alih dibikin takut atau kaget, gendang telinga saya sakit karena terus-terusan diperdengarkan suara yang volumenya gila-gilaan.”

(Ingat, banyak jump scare yang disertai dengan musik menggelegar, biar bisa lebih bikin kaget)

Saya pun termasuk orang yang nggak suka kalau melihat tontonan yang terlalu mengandalkan dan/atau memaksakan jump scare. Saya kurang bisa menikmati tontonan kayak gitu. Itu karena…

Nggak sedikit Jump scare di film horor yang gitu-gitu aja

Coba ingat-ingat seberapa sering kamu lihat adegan seperti ini di film horor:

Karakter utama (atau karakter nggak penting) tengah memandang/mengagumi bayangannya sendiri di depan cermin wastafel. Mungkin di dalam hati ia berpikir, “Ya Tuhan, kenapa Engkau menciptakan diriku seindah ini?”

Jujur, apa yang ada dalam pikirannya nggak begitu penting sih. Yang harus diperhatikan adalah ia lagi sendirian ketika memandangi cermin.

Merasa situasi aman terkendali, ia pun membuka laci kotak obat yang ada di atas wastafel. Tapi alangkah terkejutnya ia ketika menutup laci tersebut beberapa detik kemudian. Ia memandang kembali cermin untuk menemukan ada sosok (hantu, monster, atau manusia) yang tiba-tiba berada di belakangnya! Nggak lupa juga, musik bernada tinggi nan dramatis pun diputar untuk mengiringi adegan tersebut.

Bila imajinasi kamu kurang kuat, kamu bisa lihat contoh adegannya lewat video ini:

Sekali lagi, coba ingat-ingat seberapa sering kamu lihat adegan seperti ini di film horor?

Saya nggak bermaksud buat menuntut orang lain biar menciptakan jenis jump scare baru yang belum pasaran. Jump scare cermin atau jump scare penampakan hantu yang muncul tiba-tiba pun bisa terasa mengerikan. Problem utamanya, banyak jump scare yang mengandalkan pola terlalu mirip dengan jump scare yang sebelumnya udah terbukti sukses menakuti penonton. Gimana kita bisa terkejut kalau udah bisa menebak apa yang akan terjadi?

Adegan yang seharusnya biasa aja kadang dipaksa untuk disisipi jump scare

Inilah yang saya maksud dengan terlalu memaksakan jump scare.

Jump scare sendiri bakal terasa efektif jika diterapkan di waktu dan tempat yang tepat. Jika terlalu dipaksakan, hasilnya mungkin bakal jadi menyebalkan. Bayangkan kalau saya lagi berbicara topik membosankan dengan seorang teman, lalu di tengah-tengah obrolan tiba-tiba terdengar musik bernada tinggi.

“Hey, kemarin saya sarapan pakai Koko Crunch lho. Enak banget.” *Jeng, jeng, jeng, jeng! Beletaaak! Wiiiiiiiiwwww!

(Kata-kata yang dibubuhi * itu merupakan efek suara jump scare)

Rasanya nggak pas banget ‘kan? Kalau obrolan kayak gitu dijadikan adegan dalam film, itu bukan adegan yang cocok buat disisipi/dijadikan jump scare. Tapi beberapa film horor merasa perlu mengubah (atau memaksakan) adegan biasa jadi jump scare.

Biar lebih jelas, izinkan saya buat menceritakan adegan jump scare terburuk favorit saya. Adegan itu ada di film Silent Hill: Revelation.

Jadi ceritanya, Heather Mason sang karakter utama tengah bermimpi buruk. Di mimpinya itu, ia melihat ayahnya mati. Heather pun terbangun, lalu menyadari semua itu hanyalah mimpi buruk. Jika kamu melihat adegan seperti itu, apa yang selanjutnya kamu harapkan bakal terjadi?

  1. Heather keluar dari kamarnya, mendobrak kamar ayahnya, lalu menceritakan mimpi buruknya itu
  2. Heather nggak bisa tidur. Tubuhnya menggigil hebat karena teringat akan mimpi buruknya
  3. Waktu langsung melompat ke keesokan harinya, dan kita diperlihatkan bagaimana Heather ketakutan sembari memandang ayahnya, berharap ayahnya itu nggak akan pergi meninggalkannya seorang diri

Apa kamu memilih salah satu dari tiga pilihan ganda di atas? Berarti tebakan kamu salah, karena adegan selanjutnya adalah ini:

Yup, jump scare pop-tart! Lewat film ini, saya baru tahu kalau pop-tart pun bisa dipakai sebagai jump scare. Bukan hantu, bukan monster, tapi pop-tart!

Terlalu banyak jump scare, efek kejutnya bakal semakin berkurang

Sejauh pengetahuan saya yang sejatinya nggak tahu apa-apa ini, adegan klimaks atau adegan yang paling mengerikan dalam film jarang banget ditaruh di awal. Adegan semacam itu biasanya disimpan di pertengahan atau akhir durasi film.

Sekarang bayangkan kalau kamu diberi lebih dari 10 jump scare dalam satu film? Satu sampai empat jump scare pertama mungkin bakal kerasa seram. Tapi begitu kamu melihat jump scare ketujuh atau kesembilan, mungkin kamu udah mulai capek buat berteriak dan melompat dari kursi. Terus, saat film mencapai adegan klimaks, kamu malah terlalu sibuk meneguk minuman berenergi buat mengembalikan tenaga yang kamu keluarkan saat teriak-teriak.

Yeah, antusiasme yang seharusnya kamu keluarkan saat klimaks udah terlanjur tergerus, karena kamu harus melihat 20 jump scare dalam waktu kurang dari satu jam.

“Saya pengin teriak, tapi saya terlalu capek. Sedih rasanya.”/Universal Pictures

Oke, mungkin pengandaian yang saya buat terlalu lebay. Tapi kamu juga pasti punya pengalaman nonton film dengan bejibun jump scare. Iya ‘kan? Kamu lupa? Coba tonton Pet Semetary rilisan tahun 2019. Itu contoh yang bagus dari film horor yang terlalu mengandalkan jump scare, sampai-sampai teknik tersebut memenuhi film.

Saat nonton horor, saya sendiri nggak pernah berharap buat dibikin kaget setiap 5-10 menit sekali. Bahkan jika suatu film cuma punya satu atau dua momen mengejutkan, itu masih lebih baik ketimbang memaksakan delapan jump scare yang sama sekali nggak punya efek kejut.

Akhir kata

Di tahun 2019 ini, saya masih suka menemukan orang yang berkomentar: “Ngomong doang mah gampang. Gue yakin kalau elu disuruh bikin film, elu nggak akan bisa!”

Well, saya punya pertanyaan buat orang yang suka mengeluarkan pernyataan jenius seperti itu. Gimana ya pendapat mereka kalau mendengar ada politisi ngomong:

“Kalian ini cuma rakyat jelata. Elu-elu pada nggak pernah merasakan langsung gimana rasanya mengurus negara. Begini, Bung, menjalankan roda pemerintahan itu nggak gampang. Jadi kalian lebih baik diam dan nggak usah sok-sokan mengkritik. Biarkan kami yang berpikir, karena otak kalian terlalu lemah buat memikirkan hal-hal yang rumit. Saya yakin kalau kalian jadi pejabat negara, kalian nggak bakalan becus!”

Hahaha, saya nggak kebayang kalau memang ada politisi yang secongkak itu.

Kritikan adalah hal penting yang diperlukan agar peradaban manusia bisa berkembang. Bila seseorang mengkritik pembuat roti karena merasa roti bikinannya nggak enak, orang itu nggak harus punya kemampuan untuk membuat roti. Ia mengkritik si tukang roti dari sudut pandang sebagai penikmat roti, bukan produsen roti. Kritikannya boleh saja terdengar pedas, dan orang lain bisa saja nggak setuju sama kritikannya, tapi ia melakukannya semata-mata karena ingin si tukang roti itu bisa membuat roti yang lebih enak di masa depan.

Melarang orang untuk mengkritik adalah buah dari pemikiran banal yang membahayakan. Karena ketika budaya kritik-mengkritik dilarang, daya kritis kita akan tersumbat dan nggak terasah. Ketika daya kritis kita nggak terasah, kita akan berevolusi menjadi manusia yang hanya bisa manggut-manggut saat disodorkan karya nggak bermutu.

Eeeh, kenapa saya jadi bahas soal kritik ya? Bukannya saya lagi bahas soal jump scare? Oh iya, maaf, saya memang pengin sekalian nyindir orang-orang yang suka ngomong, “Gue yakin kalau elu disuruh bikin film, elu nggak akan bisa!”

Terima kasih udah membaca tulisan opini yang sok-sokan mengkritik ini.

The post Jump Scare dalam Film Horor: Antara Cara Efektif Buat Menakuti Penonton dan Kemiskinan Kreativitas appeared first on Selipan.com.

11 Cara Simpel untuk Bisa Bertahan Hidup di Film Horor

$
0
0

Film horor tuh sebenarnya masih kalah seram dari horor di dunia nyata. Pikir-pikir lagi deh, mana yang lebih seram: Ketemu hantu, atau ketemu penagih utang pas lagi nggak punya duit? Kerasukan, atau dipecat dari pekerjaan di saat krisis ekonomi?

Biarpun begitu, nggak ada salahnya bila kita tahu cara-cara untuk bertahan hidup di situasi film horor. Siapa yang tahu, mungkin selanjutnya giliran kamu didatangi Freddy Krueger, Jason Voorhees, atau Michael Myers. Semuanya memang monster-monster luar negeri, karena memang Indonesia masih kekurangan karakter pembunuh berantai ikonik. Kita baru punya pahlawan super dalam diri Gundala.

Anyway, ini dia cara-cara untuk bertahan hidup di film horor.

1. Jangan pernah sendirian di rumah

Telepon teman-teman kamu dan undang mereka ke rumah. Jika mereka menolak, rayu mereka dengan pizza, brownies, cakue, odading, atau apa pun itu sampai mereka sanggup datang ke rumah kamu. Kalau bisa, sekalian adakan party.

Tips ini nggak cuma berlaku kalau kamu lagi ada di rumah. Bila situasi mengharuskan kamu buat mendatangi rumah sakit terbengkalai atau rumah angker demi menemukan petunjuk maha penting, ajak juga teman kamu ke sana. Perbanyak stok cakue dan odading untuk menyogok teman-teman kamu.

2. Jangan pernah berpencar dalam situasi apa pun!

Blinding Edge Pictures

Karena di saat satu kelompok memutuskan buat berpencar, mereka bakalan mati satu per satu. Jadi, jika ada orang yang ngotot mengusulkan kalian untuk berpencar, jotos saja orang itu tepat di mukanya sampai ia pingsan. Jadikan ia contoh dan katakan, “Jika ada yang mengusulkan lagi agar kita berpencar, nasib kamu bakal sama kayak dia.”

Pastikan nada suara dan bahasa tubuh kamu menunjukkan dominasi atas mereka, biar mereka sadar siapa yang jadi bos dalam grup. Ingat, kamu udah mengeluarkan banyak dana buat beli cakue dan odading.

3. Jangan pernah mengecek suara-suara mencurigakan

Seseksi apa pun suaranya, hiraukan saja. Suara itu pasti berasal dari pembunuh sinting yang siap mengayunkan kapaknya begitu ia melihat bokong kamu yang gemetaran.

Kalaupun kamu terlalu penasaran, jangan mengecek sendirian. Minta teman kamu buat ngecek bareng. Jadi kalau memang benar ada pembunuh berdarah dingin yang bersembunyi di sudut gelap, kamu bisa sodorkan teman kamu itu sebagai tameng di hadapan si pembunuh. Sebelum kamu mendengar teman kamu mengeluarkan jeritan terakhirnya, segera lari dan cari tempat yang aman.

Tapi karena ini film horor, kemungkinan besar sih kamu bakal berlari ke arah hutan.

4. Hati-hati saat berlari

Lionsgate

Sekali lagi, karena ini film horor, kemungkinan besar kamu bakal sering terjatuh saat berlari. Mungkin dalam kurun waktu 10 menit, kamu bakalan tersandung sebanyak 77 kali.

Jangan menyerah. Teruslah berlari, tapi jangan berlari sambil teriak-teriak. Teriakan kamu mungkin bisa didengar sama orang lain yang berniat menolong. Tapi di sisi lain, teriakan kamu juga pasti bisa didengar oleh si pembunuh. Jadi, jangan teriak. Lari saja dengan hati-hati dan tetap cool. Jangan sampai rasa panik bikin muka kamu kelihatan kusam dan berminyak.

Oh ya, kalau ada teman kamu yang berlari sambil teriak, segera ambil sebongkah kayu, lalu hantam kakinya sampai jatuh tersungkur. Dengan begitu, kamu bisa mengulur waktu karena si pembunuh bakal fokus sama teman kamu yang lagi terkapar tak berdaya.

5. Nggak usah coba-coba merekam video di saat kondisi genting

Saya tahu banyak karakter di film horor suka banget merekam. Meskipun mereka lagi lari karena dikejar-kejar hantu, mereka masih sempat-sempatnya merekam. Tapi kamu nggak usah tiru-tiru mereka. Mereka bukan contoh siswa teladan dan berprestasi. Karena orang yang berprestasi itu menghormati guru dan menyayangi teman. Itulah tandanya murid berprestasi~

Saat kamu lagi lari, fokuskan pikiran kamu untuk berlari. Saat kamu sembunyi, fokuskan pikiran kamu untuk sembunyi. Nggak semua orang handal dalam multitasking.

6. Rajin-rajinlah servis motor atau mobil kamu

Jangan sampai motor atau mobil kamu susah dinyalakan pas mau kabur. Belum lagi sebelum sempat dicolok, kamu pasti bakal menjatuhkan kuncinya terlebih dahulu. Namanya juga film horor.

Columbia Pictures

Dan yang lebih bikin geregetnya lagi, di saat-saat genting kamu pasti bakal susah menemukan kunci yang jatuh itu. Setelah membuang begitu banyak waktu, alangkah bagusnya bukan kalau kendaraan kamu langsung hidup begitu dinyalakan?

7. Selalu siapkan power bank

Kamu nggak mau ‘kan, gara-gara kebanyakan main Mobile Legend, smartphone kamu jadi kehabisan baterai pas mau telepon polisi? Makanya, di semesta film horor, power bank itu harus selalu siap sedia. Walaupun, kedengarannya bakalan ribet banget.

“Astaga, teman-temanku sudah mati semua. Dasar pembunuh nakal! Awas ya, aku telepon polisi baru tahu rasa lu! Halooow…? Heeeloooow! Duh, baterai udah mau habis lagi. Cas dulu ah.

“Iiiiih, ini kok kabelnya nggak masuk-masuk sih!? Hmm, hmm… GYAAAAA!!!”

8. Tahan libido kamu, jangan berhubungan seks

New Line Cinema

Kebanyakan karakter yang nggak bisa menahan hasrat berahinya pasti bakalan mati. Saya nggak tahu apakah hantu, pembunuh, atau monster di film horor memang pada nggak suka sama pelaku zinah atau gimana. Intinya, tahan libido kamu. Lagian zinah itu kan dosa.

9. “Orang gila” di film horor biasanya tahu tentang rahasia-rahasia gaib, dengarkan nasihat mereka

“Orang gila” yang saya maksud itu selalu coba memperingati karakter utama tentang marabahaya yang akan menimpa mereka. Tapi karena “orang gila” itu biasanya berwujud orang tua yang bersuara aneh, berwajah seram, berpakaian lusuh, dan tiba-tiba suka tertawa melengking, si karakter utama pasti nggak bakal mempedulikan omongannya.

Coba kalau si “orang gila” itu secantik Megan Fox, mungkin ceritanya bakal sedikit berbeda.

Jangan menilai buku dari sampulnya. Dengarkan kata-kata “orang gila” itu. Meskipun ia kelihatan sedikit nggak beres, ia tahu apa yang tak kamu tahu.

10. Jangan pernah jadi orang yang paling seksi dalam grup

Alasannya sederhana: orang yang paling seksi biasanya jadi salah satu orang yang paling duluan mati. Matinya pun dengan cara yang brutal pula.

Lebih baik jadi karakter yang B aja. Biar B aja, asal selamat.

11. Hantu selalu mengganggu kamu di rumah? Jangan buang waktu, langsung minggat!

Saat barang-barang di rumah kamu mulai bergerak dengan sendirinya, kamu nggak perlu pasang 20 kamera CCTV cuma buat membuktikan eksistensi makhluk halus. Buang-buang duit.

Paramount Pictures

Hantu di film horor suka banget melempar barang-barang semenjak awal sampai pertengahan durasi. Mungkin itu pertanda kalau mereka pengin korbannya segera minggat dari rumah. Gimana nggak baik itu hantu. Mereka udah meluangkan waktu buat kasih tanda-tanda ke manusia, walaupun saya tahu mereka itu sibuk banget. Eeeh, ini manusianya malah pasang kamera.

Lho, kamu kira hantu itu nggak punya kerjaan? Gimana mereka bisa hidup kalau sehari-harinya cuma nganggur?

The post 11 Cara Simpel untuk Bisa Bertahan Hidup di Film Horor appeared first on Selipan.com.

Scary Stories to Tell in the Dark, Film yang Membawa Kembali Mimpi Buruk Masa Kecil

$
0
0

Monster dan hantu selalu jadi sumber ketakutan saya waktu masih kecil. Saya nggak pernah berani pergi ke toilet sendirian pas tengah malam. Takut aja pas lagi asyik-asyiknya nongkrong, tiba-tiba ada hantu yang mengetuk pintu toilet. Nggak lucu juga ‘kan kalau saya sampai panik waktu cebok!?

Kenapa saya begitu penakut pas masih kecil dulu? Salah satu alasannya, karena saya suka baca buku Scary Stories to Tell in the Dark.

Scary Stories to Tell in the Dark karya Alvin Schwartz adalah buku yang berisikan kumpulan cerita horor. Sedikit informasi aja nih, Scary Stories sempat dilarang beredar di tahun 2000-an di Amerika Serikat karena cerita-ceritanya dianggap nggak cocok buat anak-anak. Wajar sih, Schwartz memasukan tema satanisme dan kekerasan ke beberapa ceritanya. Jadi beralasan banget kalau para orang tua nggak mau anak mereka yang masih kecil sampai bertanya, “Mama, Papa, boleh nggak aku gabung kelompok pemuja setan? Mereka keren kayaknya.”

Tapi kita kesampingkan dulu cerita dari buku itu. Satu hal yang paling bikin Scary Stories to Tell in the Dark menyeramkan adalah ilustrasinya yang dibuat oleh Stephen Gammel. Sesudah saya lihat ilustrasinya, pikiran saya pasti selalu dipenuhi sama hantu dan monster dari ilustrasi tersebut.

Nih, saya kasih contoh ilustrasi di Scary Stories to Tell in the Dark.

Buat anak kecil sih, ini serem banget/Harper & Row

Berkat ilustrasi dari Gammel pula, Scary Stories terasa jauh lebih mengerikan dibanding salah satu buku horor lain favorit saya waktu kecil, Goosebumps. Scary Stories memberikan apa yang Goosebumps nggak bisa berikan: kengerian yang muncul karena melihat penampakan hantu.

The Jangly Man dan Guillermo del Torro

Begitu saya dengar Guillermo del Torro terlibat dalam produksi film Scary Stories to Tell in the Dark, rasa optimis langsung membubung tinggi dalam hati saya. Buat saya, del Torro yang udah dalam film-film seputar monster dan horor memang cocok banget buat Scary Stories. Monster di film-film del Torro selalu punya ciri khas; menyeramkan tapi masih punya sisi estetis. Kamu bisa lihat buktinya di film semacam The Shape of Water atau Pan’s Labyrinth, film yang berisi monster favorit saya…

Ci luk baaaaa/Warner Bros.

Untungnya, tradisi dari del Torro tersebut masih berlanjut di Scary Stories. Malahan hantu dan monster dalam versi film Scary Stories melampaui ekspektasi saya. Well, mungkin saya agak terlalu melebih-lebihkan peran del Torro. Ada banyak orang yang terlibat dalam membuat film Scary Stories ini nampak begitu menyeramkan, terutama sutradara André Øvredal.

Secara keseluruhan, keseraman hantu-hantunya udah sesuai banget dengan ilustrasi di buku sumbernya. Saya ambil contoh dari The Jangly Man.

Ini ilustrasi di bukunya/via b87fm.com

Sementara di filmnya, The Jangly Man terlihat seperti ini…

Lions Gate

Detail seperti tata warna dan tekstur kulitnya menjadikan The Jangly Man di versi film sama seramnya dengan ilustrasi bukunya. Dan itu juga yang bikin adegan saat The Jangly Man muncul untuk membunuh salah satu karakter utama jadi adegan favorit saya.

Menurut Troy James, aktor yang berperan sebagai The Jangly Man, bentuk fisik hantu tersebut terinspirasi dari ilustrasi yang muncul untuk beberapa cerita di buku Scary Stories to Tell in the Dark. Dan dari referensi tersebut, del Torro berhasil menciptakan karakter The Jangly Man yang lebih seram dan menjijikan di film adaptasinya. Asli bentuk hantunya syeerem, bosku!

Kenapa saya menyebut Scary Stories sebagai film yang membawa kembali mimpi buruk masa kecil

Kekuatan dari buku Scary Stories memang nggak terletak di jalan ceritanya yang tergolong simpel, ringan, dan kadang konyol. Ilustrasinyalah yang bikin Scary Stories jadi buku horor favorit anak-anak. Mungkin karena itu juga versi film dari Scary Stories punya rating PG-13; film ini memang ditujukan untuk bisa ditonton anak-anak dan remaja. Jadi kamu nggak usah terlalu berharap film ini bakal menyajikan adegan sekejam film horor dewasa. Sama seperti bukunya, film ini lebih lebih mengandalkan bentuk dan penampakan menjijikan dari hantu dan monsternya.

Dan, oh ya, film ini juga mengandung jump scare yang lumayan bikin saya kaget dan pengin buang air besar di celana cemas dag dig dug. Tapi selain itu, film Scary Stories to Tell in the Dark kurang punya sesuatu yang spesial, faktor yang membuat film ini bisa disejajarkan dengan horor-horor klasik.

Saya menulis di judul artikel ini kalau Scary Stories to Tell in the Dark sebagai film yang mampu membangkitkan kembali mimpi buruk masa kecil. Dan memang itulah yang saya rasakan ketika nonton film ini. Film Scary Stories mengingatkan saya pada masa-masa ketika saya rajin baca novel-novel horor dulu, seperti Goosebumps dan, well, Scary Stories to Tell in the Dark.

The post Scary Stories to Tell in the Dark, Film yang Membawa Kembali Mimpi Buruk Masa Kecil appeared first on Selipan.com.

Viewing all 562 articles
Browse latest View live