Quantcast
Channel: Movies – Selipan.com
Viewing all 562 articles
Browse latest View live

20 Film Terbaik 2019 yang Wajib Kamu Tonton

$
0
0

(Update Januari 2020)

Tahun 2019 sudah selesai. Itu berarti waktunya bagi Selipan untuk menghimpun kumpulan film terbaik 2019. Artikel ini pun mungkin akan menjadi artikel terakhir yang dipersembahkan oleh tim Selipan. Karena per Januari 2020, Selipan nggak akan aktif lagi memproduksi konten. Yup, ini adalah artikel perpisahan.

Semoga artikel ini bisa bermanfaat sebagai bahan rekomendasi dan pilihan menonton, wahai pembaca setia Selipan (atau kamu yang nemu artikel ini lewat Google). Enjoy!

 1. Us

Universal Pictures

Sutradara Jordan Peele yang sempat menghentak dunia lewat Get Out, kembali menawarkan kita satu sajian horor yang sarat dengan kritik sosial. Dengan mengusung judul Us, kali ini Peele mengajak kita untuk menyelami horor dari doppelganger.

Saat nonton film ini, nggak tahu kenapa saya jadi teringat sama episode-episode klasik serial The Twilight Zone (yeah, saya suka nonton episode jadul yang warnanya masih hitam putih itu). Di beberapa kesempatan saya dibikin sangat nggak nyaman karena atmosfernya yang disturbing. Tapi di sisi lain, nggak jarang juga saya dibikin cekikikan karena, well, keanehan yang ada di dalamnya.

Satu lagi, permulaan film ini kelihatan kayak home invasion. Tapi jangan berharap kamu cuma bakal nonton film home invasion biasa. Us lebih dari itu. Ini film mengundang penontonnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sifat dasar manusia.

~ Dhika

2. John Wick 3: Parabellum

Summit Entertainment

Kamu punya teman yang sering bertingkah laku konyol, dan ia sendiri sadar betul sama kekonyolannya itu? Alih-alih berlagak cool, teman kamu itu malah memanfaatkan kekonyolannya untuk mendapat perhatian orang lain. Dan ajaibnya, orang-orang menyukainya.

Kalau mau dianalogikan, John Wick 3 mirip teman kamu yang konyol itu. Ceritanya konyol, karakter-karakternya konyol, nama-nama karakternya pun ada yang konyol. Bahkan sebagai film action, nggak jarang adegan aksinya dieksekusi dengan cara yang absurd pula.

Menunggang kuda di jalanan Kota New York? Saya sampai ketawa ngakak saat lihat adegan ini.

Tapi mungkin kekekonyolan sederhana itulah yang jadi ciri khas dan daya tarik dari setiap seri John Wick, nggak terkecuali seri ketiganya ini. Dan jangan lupakan juga, sisi aksinya pun layak mengundang decak kagum.

Jangan pernah berubah, John. Tetaplah seperti itu.

~ Dhika

3. Toy Story 4

Walt Disney Pictures

Satu harapan saya, semoga Pixar nggak bikin lagi sekuel dari Toy Story. Biarkan seri keempatnya jadi film terakhir deh. Kecuali… kecuali kalau Pixar sanggup melanjutkan petulangan Woody dkk. dengan lebih emosional di Toy Story 5.

Yup, film ini punya makna emosional lumayan besar buat mereka yang tumbuh besar di era 90-an. Tapi Toy Story 4 tentu nggak akan mengundang banyak pujian kalau hanya mengandalkan nostalgia doang ‘kan? Coba kamu tanya ke diri sendiri, apa kamu dibuat bosan saat menontonnya?

Saya yakin jawabannya nggak. Sedari film pertamanya sampai seri yang keempat ini, Pixar masih sanggup membuat karya yang menghibur lewat lelucon-lelucon jenakanya, penambahan karakter baru yang gampang kita sukai, sekaligus isu filosofis yang disisipkan secara implisit.

~ Dhika

4. Pokemon: Detective Pikachu

Warner Bros. Pictures

Saya pernah menulis artikel yang membahas tentang, kenapa banyak film adaptasi video game yang berakhir mengecawakan? Detective Pikachu jelas merupakan pengecualian. Saya mesti angkat topi terhadap cara film ini diarahkan.

Ceritanya memang nggak terlalu berat buat dicerna, karena memang film ini ditujukan buat ramah keluarga. Tapi yang paling bikin saya nggak nyangka, kisahnya mengandung twist yang diramu dengan cukup meyakinkan. Walaupun sayangnya, cara penceritaan dan struktur plot secara keseluruhan cenderung kurang rapi.

Tapi hey, ini film tentang Pokemon, bukan biografi Einstein. Terlepas dari kekurangannya, beberapa kali saya nggak sadar terbawa suasana saat mantengin layar. Dilihat dari sisi hiburannya, Detective Pikachu udah lebih dari memuaskan.

~ Dhika

5. Avengers: Endgame

Walt Disney Pictures

Kalau nggak dieksekusi dengan apik, film yang durasinya lama itu bisa sangat membosankan buat ditonton. Tapi dengan durasinya yang lebih dari tiga jam, Avengers: Endgame sanggup membuat banyak penonton rela menahan pipis di bioskop.

Apa aja poin keunggulan dari Endgame, itu nggak bakalan muat kalau ditulis di artikel listicle kayak gini. Bila kamu mau baca opini singkat kami tentang Avengers: Endgame, silakan buka artikel ini:

Saya sendiri jadi pengin nonton lagi nih. Tapi saya yakin, kamu yang udah nonton pun nggak bakalan bosan kalau nonton ulang Endgame. Ini film memang layak ditonton berapa kali pun.

~ Dhika

6. Spider-Man: Far From Home

Walt Disney Pictures

Dibandingkan The Amazing Spider-Man yang dibintangi Andrew Garfield, Spider-Man: Far From Home jauh lebih amazing.

Oke, katanya sih, membanding-bandingkan suatu hal dengan hal yang lain tuh bukan perbuatan bagus ‘kan? Jadi, mari kita pandang film ini sebagai film yang berdiri sendiri.

Tapi yaah, sebagai film yang berdiri sendiri pun, Spider-Man: Far From Home tetap amazing.  Semuanya kelihatan seimbang dalam artian yang positif: mulai dari pengembangan ceritanya yang jadi pembuka pasca-End Game, akting para aktornya dan chemistry yang terjalin di antara mereka, humor-humor ala Spider-Man versi komik yang diaplikasikan dengan baik, Jake Gyllenhaal sebagai Mysterio, dan twist mengejutkan di bagian ending.

~ Dhika

7. Once Upon a Time in Hollywood

Sony Pictures

Komedi gelap, kebrutalan yang berlebihan, tragedi, isu kontroversial, semua itu berbaur menjadi satu dalam film kesepuluh dari Quentin Tarantino ini. Walaupun, memang hampir semua film Tarantino pasti mengandung unsur-unsur itu sih.

Mengambil setting di tahun 60-an, Once Upon a Time… in Hollywood menggambarkan bagaimana budaya pop pada masa itu memengaruhi pola pikir individu, khususnya di industri perfilman. Keluarga Manson yang jadi salah satu inspirasi dan bahan untuk film ini (dan juga cara Tarantino menggambarkannya) patut mendapat perhatian lebih. Karena merekalah yang bakal jadi kunci dari bagian klimaksnya yang gila.

Satu poin tambahan: tanpa bermaksud melebih-lebihkan, akting dari duet Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt benar-benar mengagumkan di film ini.

~ Dhika

8. Parasite

CJ Entertainment

Film ini nyaris tanpa cela, kalau nggak bisa disebut sempurna. Di separuh awal durasi, nggak terhitung berapa kali saya dibikin ketawa terpingkal-pingkal oleh sajian komedi gelap dari anggota keluarga Kim. Tapi apa yang paling mengena dari film ini adalah kritik pedasnya terhadap ketimpangan sosial. Dalam sistem kapitalistik yang mendominasi dunia saat ini, seringkali tindakan kriminal yang dilakukan seseorang memang bersumber dari kondisi hidupnya yang diliputi kemiskinan.

Dan lewat Parasite, sutradara Bong Joon-Ho melemparkan realitas kelam dari masyarakat kita yang terbagi-bagi ke dalam kelas sosial… dengan cara yang sangat menohok sekaligus elegan.

Saya nggak pernah kasih skor untuk menilai film (karena saya merasa diri bukan kritikus film profesional). Tapi khusus untuk Parasite, saya pengin membuat pengecualian. Film ini layak banget buat dapat skor 10 dari total skor 10.

~ Dhika

9. Midsommar

A24

Kalau mau diringkas, Midsommar itu punya kemiripan yang kental dengan film Ari Aster sebelumnya, Hereditary. Salah satunya, mereka sama-sama melibatkan sekte.

Midsommar sendiri bukanlah film horor yang mengandalkan jumpscare atau penampakan hantu yang wujudnya, gimanaaa gituh. Ia lebih memilih untuk memancing rasa takut dalam diri penonton dengan cara mempermainkan sisi psikologis kita, membuat kita merasa sangat nggak nyaman saat memandangi layar.

Ini juga bukan film horor yang bisa bikin semua orang terkesan, sekalipun orang itu pada dasarnya merupakan pencinta horor. Tapi Midsommar punya kualitas yang bisa bikin ia berpotensi besar jadi salah satu karya horor klasik.

~ Dhika

10. Booksmart

United Artists Releasing

Olivia Wilde menunaikan tugasnya dengan baik dalam debutnya sebagai sutradara lewat Booksmart. Ia mampu memberi kita film komedi yang memang beneran lucu dan cerdas. Dan ia melakukannya lewat film bertema Anak SMA, tema yang udah sering banget dipakai di genre komedi.

Kalau kita menilik genre komedi secara keseluruhan, Booksmart memang kurang menampilkan sesuatu yang baru. Tapi buat kamu yang lagi butuh hiburan, film ini wajib jadi pilihan utama.

Kalau kamu termasuk tipe orang yang selama ini selalu fokus belajar, sampai lupa caranya bersenang-senang, mungkin kamu bakal lebih merasa terhubung sama apa yang dialami oleh Molly dan Amy.

~ Dhika

11. The Last Black Man in San Fransisco

A24

Apa pesan moral yang pengin disampaikan oleh The Last Black Man in San Fransisco? Mungkin yang paling kentara adalah kisah tentang persahabatan yang diwakili oleh dua karakter utamanya, Jimmie Fails dan Montgomery.

Tapi saya merasakan sesuatu yang lebih dalam dari film ini, sesuatu yang berhubungan dengan pencarian tujuan hidup, sudut pandang orang kulit hitam di Amerika, dan bagaimana sejarah serta lingkungan bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Contoh yang paling bagus bisa kamu lihat dari obsesi Jimmie untuk mengambil alih kembali rumah yang dibangun kakeknya. Tapi begitu kamu lihat gimana ujung dari perjuangan Jimmie, beuh… rasanya sedih nggak terkira. Menusuk ulu hati banget.

~ Dhika

12. The Art of Self-Defense

Bleecker Street

Mungkin sebagian besar pria di planet bumi yang tercinta ini masih menganggap kekuatan adalah kunci agar cowok bisa disebut maskulin. Apa? Kamu juga termasuk orang yang berpikiran kayak begitu?

Tunggu dulu… baiknya kamu tonton The Art of Self-Defense. Ini adalah film satir yang menyindir habis-habisan, bahkan seakan menertawai, pandangan tradisional soal maskulinitas. Dan saya harus bilang, caranya dalam menyindir beneran kocak banget.

Jesse Eisenberg sekali lagi memerankan karakter pria culun penakut yang kemudian berkembang mengalahkan kelemahan dirinya. Dan ia kayaknya memang lebih bisa mengeluarkan potensinya saat memerankan karakter seperti itu deh, seperti yang dilakukannya di film Zombieland.

~ Dhika

13. Crawl

Paramount Pictures

Sebagai penikmat genre horor dan thriller, saya mengagumi film High Tension besutan sutradara asal Prancis, Alexander Aja. Tapi saya juga nggak menyangka ia bisa membuat film seperti Crawl – yang menceritakan teror serangan aligator – jadi begitu menegangkan. Maklum, saya masih teringat sama Piranha 3D, film horor yang juga disutradarai Aja, tapi lebih kelihatan kayak film horor kelas B.

Crawl sebenarnya dibangun dengan simpel banget. Ceritanya berpusat pada ayah dan anak yang berusaha bertahan hidup dari terkaman gigi tajam aligator. Tapi kesederhanaan itu nyatanya mampu menumbukan rasa simpati saat saya melihat perjuangan Haley sang karakter utama. Keputusan untuk memusatkan fokus pada hubungan dua orang manusia dan sekelompok aligator terbukti sangat jitu, meskipun sulit memungkiri performa brilian Kaya Scodelario yang memerankan Haley jadi penggerak utama intensitas film.

~ Dhika

14. Portrait of a Lady on Fire

Pyramide Films

Cinta memang nggak kenal aturan. Sepasang gadis pun pada akhirnya bisa saling mencintai jika takdir berkata demikian. Tapi kisah cinta semacam itu bakalan sulit untuk dipertahankan, khususnya di abad 18, zaman ketika budaya patriarki begitu kental mendominasi. Well, itulah poin yang tercermin dari The Portrait of a Lady on Fire.

Seperti judulnya, film karya Celine Sciamma ini berpusat pada lukisan yang (nggak disangka-sangka) jadi bukti kisah asmara antara pelukis dan objek lukisnya. Tapi menurut saya, film ini adalah lukisan itu sendiri: indah, menyentuh, dan sarat makna. Sesekali saya dimanjakan oleh adegan simbolis yang memberi kesan puitis dalam penyampaian narasinya.

Kalau kamu pengin nonton drama romantis yang nggak biasa, Portrait of the Lady on Fire adalah opsi terbaik dari seluruh film yang rilis tahun 2019.

~ Bayu

15. Knives Out

Lionsgate

Biasanya, film misteri pembunuhan menggoda penonton buat ikut berpikir keras memecahkan teka-teki. Knives Out berbeda dari film miteri atau detektif pada umumnya. Ceritanya cukup ringan buat dicerna, karena penonton bakal lebih sering dihubur oleh adegan komedinya. Kombinasi misteri-komedi yang diramu dengan baik inilah yang bikin Knives Out sangat sayang untuk dilewatkan.

Misteri berpusat pada kematian penulis novel Harlan Thrombey (Christopher Plummer). Ia wafat setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-85 bersama keluarga besar. Investigasi yang dilakukan detektif Benoit Blanc (Daniel Craig) mengungkap kalau masing-masing anggota keluarga Thrombey berpotensi menjadi tersangka. Di sinilah Knives Out menunjukkan karismanya, baik sebagai film misteri maupun komedi.

Di satu sisi, penonton bisa dibuat terhibur oleh interaksi antar karakternya yang mengundang gelak tawa.  Di saat bersamaan, penonton juga bakal terus dibuat penasaran tentang siapa dalang di balik kematian Harlan Thrombey.

~ Bayu

16. The Irishman

Netflix

Martin Scorsese pernah membuat genre film mafia berjaya lewat Goodfellas (1990) dan Casino (1995). Dan nampaknya di tahun ini, Scorsese kembali menyuguhkan pesona genre mafia dalam wujud biopik The Irishman.

The Irishman mengajak kamu menelusuri sisi gelap dunia politik Amerika tahun 70-an yang melibatkan pembunuh bayaran, Frank Sheeran (Robert De Niro); presiden serikat pekerja Teamster Union, Jimmy Hoffa (Al Pacino); dan bos mafia, Russell Bufalino (Joe Pesci). Lewat sudut pandang Frank Sheeran, The Irishman mencoba mengisahkan kembali rentetan skandal politik yang berujung hilangnya Jimmy Hoffa di tahun 1975.

The Irishman nggak bakal memanjakan kamu lewat adegan kekerasan yang berlebihan. Tapi saya berani jamin, kamu bakal terhanyut dalam kisah persahabatan melodramatik antara Sheeran dan Hoffa. Penyampaian narasi yang bagus ditambah akting menawan De Niro, Pacino, dan Pesci, membuat durasi film 3,5 jam jadi terasa singkat.

Oh iya, film ini didukung efek CGI mutakhir yang bikin wajah tiga aktor utama (semuanya udah aki-aki) jadi terlihat muda dan ganteng lagi.

~ Bayu

17. The Farewell

A24

Berbohong itu bukanlah hal yang terpuji. Tapi bagaimana kalau berbohong demi kebaikan nenek yang divonis kanker dan sisa hidupnya nggak bakal lama lagi? Menurut The Farewell, kebohongan semacam itu… boleh banget!

Film drama komedi besutan Lulu Wang ini mengisahkan kebohongan besar yang dilakukan keluarga nenek Nai Nai. Tapi Billi, cucu semata wayang nenek Nai Nai, awalnya menentang keras kebohongan sistematis yang dilakukan keluarganya. Sebagai wanita yang dibesarkan di Amerika, Billi menganut pandangan barat yang cenderung terbuka dan transparan terhadap suatu masalah. Bertolak belakang dengan budaya ketimuran, khususnya Tionghoa, yang dianut ayah, ibu, dan kerabat Billi lainnya.

Perbedaan budaya inilah yang mampu diramu Lulu Wang menjadi drama keluarga yang indah, jenaka, dan menyentuh hati. Lebih dari itu, film ini adalah pengingat betapa pentingnya arti keluarga dalam kehidupan kita.

~ Bayu

18. Joker

Warner Bros Pictures

Mungkin inilah film paling mengundang hype di tahun 2019 setelah Avengers: Endgame. Saking digandrunginya, netizen sempat membikin gaduh dunia maya dengan meme “Orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.” Meski begitu saya yakin, nggak semua orang jahat terlahir dari orang baik yang dizalimi kayak Arthur alias Joker. Tapi bukan itu poin utamanya.

Dari munculnya meme di internet, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Joker punya cerita yang nggak mudah dilupakan penonton. Saya sendiri merasa terhanyut tatkala mengugkap kehidupan pribadi Arthur yang penuh ironi dan tragedi. Lewat alur cerita yang begitu gelap, saya diajak memahami proses terciptanya villain paling ikonis di jagat superhero DC.

Proses terlahirnya Joker secara keseluruhan memang terasa masuk akal. Kecuali satu hal: di film ini saya sulit memahami jalan pikiran Arthur. Saya bisa dengan mudahnya bersimpati terhadap nasib Arthur, tapi nggak bisa mengerti jalan pikirannya. Mungkin karena pada dasarnya Arthur memang udah punya bibit-bibit psikopat (yang jadi daya tarik Joker). Atau mungkin juga karena performa gemilang dari sang aktor, Joaquin Phoenix? Entahlah. Tapi harus diakui, di film ini Joaquin Phoenix terlihat sangat menjiwai karakter Joker.

Saya juga nggak ngerti kenapa Joker sebelumnya nggak ada di daftar film terbaik 2019 ini!? Selera dan opini saya dengan Dhika memang berbeda. Tapi karena dia nggak memasukkan Joker ke dalam film terbaik 2019, saya bakal bakal masukkin semut merah ke kolornya nanti.

~ Bayu

19. Marriage Story

Netflix

Banyak yang bilang, Marrage Story nggak cocok ditonton orang yang mau nikah. Ya, betul sekali. Saya udah nonton dan saya mesti setuju sama apa yang dikatakan orang-orang. Alasannya, konflik yang diangkat Marrige Story cukup relevan dengan problematika pernikahan di kehidupan nyata. Buat saya, film ini seolah memperkuat anggapan umum: pernikahan seringkali nggak seindah yang dibayangkan.

Ironisnya, meski drama romantis ini berjudul Marriage Story (kisah pernikahan), nyatanya ia lebih banyak berbicara soal proses perceraian yang sangat menguras emosi. Mungkin itu alasan mengapa penonton nggak menyarankan film ini ke orang yang hendak membina rumah tangga.

Tapi isu pernikahan yang klise tentu bakal terasa membosankan kalau nggak dieksekusi dengan baik. Untuk mengatasi itu, sutradara Noah Baumbach sudah menyiapkan skenario yang apik, didukung akting jempolan dari Scarlett Johansson dan Adam Driver.

~ Bayu

20. For Sama

PBS Distribution

Sudah hampir delapan tahun sejak Suriah pertama kali diguncang perang saudara. Selama itu pula, banyak sineas (amatir maupun profesional) yang merekam kejadian tragis di Suriah dan mengemasnya dalam bentuk film dokumenter. Dan For Sama disebut-sebut sebagai film dokumenter terbaik tentang penderitaan penduduk sipil Suriah. Film ini direkam lewat kamera seorang wanita bernama Waad Al-Kateab yang tinggal di Kota Aleppo.

For Sama nggak hanya menampilkan keseharian Al-Kateab yang sering diwarnai serangan teroris dan ledakan bom aja. Lebih dari itu, ia menyajikan drama tentang bagaimana Al-Kateab menikah dengan pria pujaannya, melahirkan bayi, dan hidup bersama keluarga kecilnya di zona konflik. Video diari ini didedikasikan untuk anak Al-Kateab yang diberi nama Sama.

Film ini berhasil membuat penonton merasakan apa yang dirasakan penduduk korban konflik Suriah. Kisahnya begitu menegangkan, mengharukan, dan… aaaah, rasanya begitu berat kalau saya mesti mengetikkannya di sini. Mending langsung kamu tonton aja deh filmnya.

~ Bayu

The post 20 Film Terbaik 2019 yang Wajib Kamu Tonton appeared first on Selipan.com.


Ternyata Gundala Nggak Memenuhi Ekspektasi, tapi Hal Itu Bisa Dimaklumi

$
0
0

Masih ingat dengan tulisan mengenai besarnya ekspektasi saya terhadap film Gundala? Ternyata setelah membuktikannya sendiri dengan menonton film tersebut minggu lalu, tidak semua ekspektasi saya terpenuhi dengan baik. Setelah menonton, saya berinisiatif untuk membaca ulasan-ulasan mengenai Gundala dari beberapa media. Dan hasilnya, bukan saya sendiri yang mendapatkan perasaan mengganjal sehabis nonton film pembuka dari proyek ambisius Jagat Sinema Bumilangit itu. Beberapa ulasan dari media tersebut ternyata memiliki beberapa alasan yang saya rasa masuk akal mengenai kenapa film Gundala terasa sangat mengganjal.

Tidak hanya membaca ulasan, saya pun iseng memantau reaksi para netizen karena saking penasaran. Dan ternyata, tidak sedikit dari mereka yang memiliki anggapan seragam dengan saya. Bahwa sebenarnya, film Gundala ternyata tidak memenuhi ekspektasi mereka yang selama ini teryakinkan lewat trailer dan media promosinya.

Beberapa opini netizen tentang film Gundala

 

Sejujurnya, saya tidak merasa sepenuhnya terkhianati karena pada kenyataannya, Gundala memang film superhero yang tidak sempurna – setidaknya untuk saya. Di saat yang bersamaan, saya juga bisa memahami kenapa Gundala terasa kurang maksimal. Padahal, untuk aspek tata kostum dan intensitas aksi laganya, Gundala sudah terasa lebih baik dibandingkan dengan beberapa film superhero asal Indonesia yang sudah pernah tayang sebelumnya. Tapi dari sekian banyak beberapa kekurangan, ada satu kekurangan yang saya bisa maklumi dari film Gundala.

Screenplay Films

Plot yang terlalu padat

Sejak dari awal, Gundala memang diproyeksikan untuk menjadi pembuka rangkaian film-film lainnya di Jagat Sinema Bumilangit. Dengan tugas seperti itu, Gundala memang seharusnya menjadi film dengan konten cerita origin yang utuh dan relevan. Sehingga film-film Bumilangit selanjutnya akan tetap memiliki korelasi satu sama lain karena fondasi jalan ceritanya sudah terbangun baik lewat Gundala.

Namun, saya rasa masalahnya ada di perihal durasi.  Dengan filmnya yang (hanya) berdurasi dua jam, memang sulit bagi Gundala untuk membangun suatu landasan cerita yang akan membangun cerita-cerita lain yang skalanya lebih besar. Saya pun bisa merasakan kalau Joko Anwar memang mencoba untuk membangun landasan tersebut lewat Gundala.

Screenplay Films

Tapi sepertinya, langkah yang diambil Joko untuk membuat cerita landasan yang terlalu detail agak kurang tepat. Karena, setelah menonton filmnya, saya merasakan beberapa transisi antar adegan terkesan terlalu cepat dan dipaksakan. Tapi kembali lagi, kalau memang alasan utamanya adalah durasi yang terlalu pendek untuk menjelaskan sebuah origin story yang komprehensif, hal itu masih masuk akal untuk saya.

Dengan berat hati saya harus kembali membandingkan karya anak bangsa dengan karya internasional dengan tema yang senada. Saya jadi teringat ke film Iron Man yang menjadi pembuka rangkaian film-film MCU. Di film tersebut, saya diajak berkenalan dengan sosok Tony Stark sebelum menjadi Iron Man dan akhirnya memutuskan untuk menjadi superhero dengan pakaian berteknologi canggih tersebut. Namun, pembangunan proyek MCU di film itu terasa tidak dipaksakan. Malahan, film tersebut lebih fokus terhadap ke pengenalan karakter Tony Stark. Baru di postcredit scene, film Iron Man memberikan kisi-kisi kalau ternyata film tersebut bakal memiliki dunia sinematik yang lebih luas.

Kembali ke Gundala, sepertinya karena sudah memiliki beban yang besar sejak awal kemunculannya,  film tersebut malah terasa seperti memasukkan terlalu banyak detail. Gundala terasa sangat sesak dan tidak memberikan kesempatan bagi para penonton untuk menikmati jalan ceritanya secara utuh.

Screenplay Films

Padahal, kalau melihat daftar film-film Jagat Sinema Bumilangit yang akan tayang selanjutnya, hal-hal detail tersebut sebetulnya bisa dibahas di film-film selanjutnya. Mungkin bisa sebagai kilas balik atau memang mengaitkan keberadaan satu karakter dengan karakter lain, semacam teori Peter Parker yang ternyata seorang anak kecil yang Iron Man selamatkan di Iron Man 3.

Saya rasa, Gundala memang menjadi area eksperimen dan pembelajaran bagi Joko Anwar dan tim Jagat Sinema Bumilangit lainnya untuk membuat sebuah film superhero. Karena hal cinematic universe ini terbilang baru di industri film Indonesia, kekurangan tersebut seharusnya bisa dimaklumi oleh para penonton. Malahan menurut saya, seharusnya penonton memberikan dukungan yang lebih banyak untuk tim dibalik film Gundala. Mereka sudah berupaya untuk memberikan film superhero asal Indonesia dengan baik lewat sumber acuan ceritanya dengan detail dan lengkap.

 

The post Ternyata Gundala Nggak Memenuhi Ekspektasi, tapi Hal Itu Bisa Dimaklumi appeared first on Selipan.com.

7 Film Keren yang Diakhiri dengan Kemenangan Penjahatnya

$
0
0

Nggak selamanya kebaikan menang melawan kejahatan. Malahan di beberapa film, cerita yang diakhiri dengan kemenangan antagonis memang terasa lebih realistis. Karena memang, di kehidupan nyata pun kejahatan seringkali menang melawan kebaikan. Iya, nggak?

Maka dari itulah, kali ini saya mau membagikan daftar film keren di mana karakter penjahatnya menang melawan protagonis. Sekali-kali kita juga harus mengapresiasi karakter jahat dong. Jadi penjahat tuh nggak gampang, tapi mereka sukses menuntaskan tugas mereka sebagai penjahat.

Oh iya, karena daftar ini bakal membahas di seputar ending film-filmnya, jadi kalau kamu anti banget sama spoiler, kamu bisa baca artikel kita yang lain aja. Kalau nggak masalah sama spoiler, kamu bisa langsung saja disimak daftarnya di bawah ini.

1. Alien: Covenant

20th Century Fox

Terasa agak wajar sih kalau antagonis di film ini (David) bisa menang. Toh, banyak karakter dalam Alien: Covenant yang mati konyol.

 

Apa jadinya kalau tokoh protagonis yang sejak awal film berjuang mati-matian melawan musuh malah terungkap bahwa selama ini dialah penjahat utama dari filmnya? Itulah yang sebenarnya terjadi di ending film Alien: Covenant.

Ternyata dari awal filmnya berlangsung, David, sang protagonis, telah membawa benih-benih alien bersamanya untuk dikembang biakan di bumi. Jadi, semua tindakan kebaikan David dari awal film itu palsu cuy. Dia cuma mau membuat “surga” yang baru untuk kaumnya sendiri dan membuat bumi menjadi sarang untuk para alien bertahan hidup. Kamu jahat, David!

2. Star Wars Episode V – The Empire Strikes Back

20th Century Fox

Sebagai salah satu seri film fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa, film Star Wars yang satu ini memang bagus. Tapi yang paling ikonik tentunya ada di beberapa adegan ketika para pahlawannya kalah dan penjahatnya menang.

Seenggaknya ada dua adegan paling memorable dari film ini. Pertama, ketika Han Solo disiksa dan akhirnya “mati” sebagai subjek percobaan karbon beku. Kedua, Darth Vader ternyata merupakan ayah dari Luke Skywalker.

Pada akhirnya, Darth Vader berhasil kabur dan Luke tetap kalah di pertarungannya. Apes banget.

3. Avengers: Infinity War

Marvel Studios

Di film ini, Thanos punya satu misi utama untuk menghapus setengah dari populasi makhluk hidup di alam semesta. Dan karena Thanos itu hebat, dia pun berhasil menuntaskan misinya dengan hanya menjetikkan jari. Miliaran nyawa umat manusia lenyap begitu saja, termasuk beberapa superhero yang sebelumnya rajin tampil di film-film MCU.

Walaupun di Avengers: Endgame semua karakter yang Thanos lenyapkan berhasil dihidupkan lagi, tapi di Infinity War dia berhasil dengan sukses menyelesaikan misinya. Patut diapresiasi sih.

4. Watchmen

Apa jadinya kalau ternyata teman seperjuanganmu pada akhirnya terungkap kalau dia lah dalang dari semua kekacauan yang kamu hadapi selama ini? Kurang lebih, hal itu yang jadi premis utama dari ending film noir-superhero Watchmen.

Ozymandias yang selama ini dikira oleh teman-temannya berjuang di pihak yang sama, ternyata memiliki misi pribadi untuk menyatukan Amerika dan Soviet. Hal itu dia lakukan untuk melawan “musuh bersama” yakni Dr. Manhattan, yang kekuatannya dapat menghancurkan seluruh umat manusia di bumi. Ozymandias pun berhasil mengusir Dr. Manhattan ke luar angkasa dan menghilangkan Rorsoarch yang akan mengungkapkan kejahatannya.

5. Basic Instinct

TriStar Pictures

Mungkin istilah “lawan jadi kawan” cukup cocok untuk menjelaskan ending film ini. Diceritakan seorang detektif bernama Nick Curran memiliki tugas untuk menyelesaikan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang penulis novel bernama Catherine Trammel.

Sebenarnya seluruh bukti sudah mengacu kuat kepada Catherine sebagai pelakunya, tapi Nick selalu kehilangan momen untuk menangkapnya. Pada akhirnya, Catherine berhasil meluluhkan hati Nick dan mereka pun malah menjadi pasangan. Hadeh.

6. The Dark Knight

Film kedua di trilogi Batman milik Christopher Nolan ini punya akhir cerita yang membingungkan sekaligus terkesan sebuah cerita yang Batman banget, kelam dan bikin tambah penasaran sama kelanjutan ceritanya. Gimana nggak? Diceritakan pada akhir filmnya kalau Batman harus rela menanggung beban atas kejahatan yang telah dilakukan Joker dan Harvey Dent.

Kacau nggak sih? Setelah semua kekacauan yang telah Joker lakukan, malah Batman yang harus berkorban demi menjaga citra baik Harvey Dent di kota Gotham. Padahal dia ‘kan jahat juga. Bebas deh, gimana Batman ajaaaa~

7. Saw

Lionsgate Film

Kalau film yang satu ini mah hampir semua karakternya sial banget, kecuali satu karakter yang jadi otak di balik jebakan maut, Jigsaw. Nggak bisa dipungkiri kalau cara dia untuk mengingatkan korban-korbannya tentang arti kehidupan memang agak sinting.

Ending film ini juga mengandung plot twist. Karakter yang bernama Adam nggak tahu kalau ternyata dia masih ada di dalam jebakan Jigsaw. Dan sebenarnya, Jigsaw ada dari awal sampai akhir film memantau Adam selama di ruangan tersebut. Tebak dengan cara apa? Dengan menyamar jadi mayat. Gilaaaaaaaa.

Gimana menurutmu? Apa ada film lain dimana penjahatnya yang menang?

The post 7 Film Keren yang Diakhiri dengan Kemenangan Penjahatnya appeared first on Selipan.com.

15 Film Thriller Terbaik yang Paling Jago Memacu Adrenalin Penonton

$
0
0

Ada banyak faktor yang menentukan bagus atau tidaknya film thriller. Tapi menurut saya sebagai penikmat film, film thriller terbaik itu yang bisa bikin jantung berdebar kencang pas menontonnya. Nggak cukup sampai di situ, film thriller jempolan juga wajib punya penokohan yang kuat, jalan cerita yang nggak disangka-sangka, dan kalau perlu, plot twist yang bisa bikin penonton terperanjat dari tempat duduknya sambil bilang, “Oh my God!” atau “Duh, Gusti nu Agung!“.

Nah, daftar film thriller ini dibuat berdasarkan kriteria yang saya sebutkan di atas. Ibaratnya, kalau meminjam bahasa pekerja quality control, 15 film berikut udah memenuhi persyaratan dan layak buat direkomendasikan ke pembaca Selipan. Yuk, langsung aja kita simak satu per satu!

1. Oldboy (Korea Selatan; 2003)

Show East

Awalnya Oh Dae Su hanyalah seorang pebisnis biasa yang gemar mabuk-mabukan. Hingga suatu ketika, si pemabuk ini diculik oleh orang tak dikenal. Ia lalu dikurung selama 15 tahun di sebuah hotel misterius. 15 tahun ia dikurung sebelum tiba-tiba dikeluarkan tanpa penjelasan apa pun! Yup, Oh Dae Su sama sekali nggak tahu dosa apa yang telat ia perbuat.

Premis yang cukup menarik untuk sebuah film thriller.

Tapi film ini jauh lebih menarik kalau kamu lihat bagaimana ceritanya dikembangkan, dijamin. Bagian yang paling saya kagumi terlihat dari bagaimana Oh Dae Su berkembang dari seorang ahjussi (paman) yang hobi mabuk-mabukan menjadi pria yang dipenuhi hasrat balas dendam. Dan semua itu terasa masuk akal.

Oldboy juga menyajikan banyak kejutan tanpa memudarkan rasa penasaran saya yang udah terbangun semenjak awal film bergulir. Saya nggak henti-hentinya menunggu langkah apa yang bakal diambil Oh Dae Su buat mengungkap misteri di balik 15 tahun masa pengurungannya.

Bagian puncak itu pun tiba saat film memasuki penghujung ceritanya, ketika Dae Su bertemu dengan Lee Woo Jin, orang yang bertanggung jawab atas semua penderitaannya selama 15 tahun.

2. Silence of the Lambs (AS; 1991)

Orion Pictures

Ngomongin film thriller terbaik, kayaknya kurang lengkap kalau nggak menyebut Silence of the Lambs. Ini adalah karya masterpiece peraih Oscar, sekaligus film yang mengukuhkan nama Hannibal Lecter di jajaran karakter antagonis paling ikonik dalam sejarah perfilman.

Banyak pula kritikus yang menobatkan Silence of The Lambs sebagai film thriller terbaik sepanjang masa. Umumnya sih, mereka menyanjung alur cerita dan karakter-karakternya yang dibangun dengan kuat, serta adegan-adegan disturbing khas film kriminal yang dikemas secara jenius.

Yaah, tapi kalau prestasi yang udah dijelaskan tadi belum cukup meyakinkan kamu buat menonton film ini, saya kasih satu adegan gila Silence of the Lambs yang bisa mengubah pikiran kamu (spoiler alert!).

Bayangkan seorang narapidana yang kabur dengan menyamar jadi polisi. Tapi biar penyamarannya lebih meyakinkan, si narapidana terlebih dahulu membunuh dan menguliti wajah polisi yang bertugas mengawalnya. Kemudian ia pakai kulit wajah polisi malang tersebut sebagai topeng. Dan voila! Ia pun melenggang ke luar menuju kebebasan.

3. The Chaser (Korea Selatan; 2003)

Showbox

Jujur, saya merasa terusik saat mengetahui karakter utama di film ini adalah mantan polisi yang beralih profesi jadi mucikari. Ayolah, apa yang bisa diharapkan dari polisi korup yang udah meninggalkan kehormatannya demi terjun ke bisnis gelap?

Tapi bukan saya saja yang merasa terusik, si mucikari pun merasa terusik karena gadis malamnya hilang satu per satu setiap melayani pelanggan yang sama. Dari situlah saya mulai berharap ada kejutan yang berdatangan di sisa cerita. Dan benar saja, hampir di sepertiga durasi, saya nggak berhenti dibikin deg-degan oleh aksi kejar-kejaran si mantan polisi dengan pembunuh berantai yang jadi dalang hilangnya gadis-gadis malam.

Elemen thriller terbaik di film ini terletak di pembangunan suasananya yang terkesan orisinil. Adegan-adegan kekerasan disajikan senyata mungkin, seolah-olah aktornya benar-benar disakiti saat syuting.

Kerennya lagi, seiring adegan-adegan ngeri bermunculan, alur ceritanya pun semakin menggelitik rasa penasaran saya tentang bagaimana semua kekacauan dalam cerita akan berakhir. Nggak disangka, saya ditampar oleh ending yang menyayat hati.

4. Gone Girl (AS; 2014)

20th Century Fox

Film karya David Fincher ini berfokus pada konflik antara suami istri, Amy Dunne (Rosamund Pike) dan Nick Dunne (Ben Affleck). Suatu hari sepulang kerja, Nick nggak bisa menemukan istrinya yang hilang entah ke mana. Kasus hilangnya Ammy kemudian mendapat sorotan media, dan masyarakat menuduh Nick telah membunuh Amy.

Misteri hilangnya Amy dan alur mundur yang perlahan mengungkap konflik antara dua sejoli tersebut, mengantarkan kita ke pertanyaan yang lebih besar lagi: siapakah sebenarnya Amy? Di sinilah Gone Girl memperlihatkan pesonanya, yakni lewat pembeberan jawaban soal misteri Amy.

Di satu adegan, film ini bahkan sanggup menjungkirbalikkan anggapan tentang siapa yang baik dan yang jahat.

5. Cold Fish (Jepang; 2010)

Nikkatsu

Film ini bercerita tentang Shamoto, seorang pemilik toko ikan yang pendiam, kurang ambisius dalam berbisnis, dan nggak pintar bergaul. Saat putrinya tertangkap basah mencuri di sebuah toko kelontong, Shamoto bertemu dengan Murata, pedagang ikan hias yang jauh lebih sukses darinya. Dengan tutur kata yang ramah dan karismanya, Murata pun mengajak Shamoto dan istrinya bekerja di toko ikan miliknya.

Berharap bisa belajar metode ampuh berbisnis ikan dari Murata, Shamoto malah menemui kejanggalan dalam diri pria tua itu. Murata dan istrinya yang selama ini dikenal Shamoto sebagai orang ramah dan humoris ternyata adalah komplotan penipu sekaligus pembunuh berantai yang gemar memutilasi korban.

Agak berbeda dengan film lain dalam daftar, Cold Fish punya unsur komedi gelap yang jadi daya tariknya. Hal itu terlihat dari perbedaan kelas sosial dan watak antar tokoh yang begitu menonjol. Kepribadian Shamoto pun lambat laun berubah karena terus dipaksa melakukan hal yang berlawanan dengan hati nuraninya.

Oh iya, film ini punya ending brilian yang bakal mengajari kamu arti filosofis tentang kehidupan. Ada kata-kata Shamoto yang masih terngiang di telinga saya: “Hidup adalah tentang rasa sakit.”

6. Confessions (Jepang; 2010)

Toho Company

Saat pertama kali melihat Yuko-sensei, saya nggak menyangka ia bakal melakukan aksi balas dendam yang jenius sekaligus brutal terhadap dua orang muridnya.

Confessions dibuka dengan suasana kelas Yuko-sensei yang terkesan membosankan bagi siswanya. Tapi tak lama berselang, Yuko membuat pengakuan mengejutkan kalau dirinya akan berhenti menjadi guru. Alasannya? Karena beberapa hari sebelumnya, anak perempuan Yuko dibunuh dua orang muridnya, “siswa A” (Shuya) dan “siswa B” (Naoki).

Jadi untuk membalaskan dendamnya, Yuko mencampurkan darah almarhum suaminya yang terkontaminasi virus HIV. Dari pengakuan (confession) inilah drama thriller bernuansa kelam selanjutnya dimulai. Karena nggak cuma Yuko-sensei saja, di sepanjang cerita para tokoh utama mengutarakan pengakuannya masing-masing.

7. I Saw the Devil (Korea Selatan; 2010)

Showbox

Film garapan Kim Jee Won ini sarat akan adegan-adegan kekerasan yang sulit dicerna. Tapi jika kita mengkategorikannya ke dalam sub genre gore, berarti I Saw the Devil adalah film gore yang paling sulit saya lupakan. Sebagian besar karena akting Lee Byung Hun dan Choi Min Sik yang begitu meyakinkan, dengan masing-masing berperan sebagai Kim Soo Hyeon, agen rahasia, dan Kyung Chul, si pembunuh berantai.

I Saw the Devil punya premis yang sebenarnya nggak asing bagi penggemar film thriller Korea. Kim Soo Hyeon mendapati tunangannya yang tengah hamil dibunuh dengan keji oleh Kyung Chul. Tapi Soo Hyeon nggak membalaskan dendamnya secara langsung. Ia lebih memilih untuk mempermainkan dan menyiksa Kyung Chul, sebelum melepasnya pergi. Lalu ia akan mengejar Kyung Chul untuk menyiksanya kembali. Siklus itu terus berulang hampir sepanjang durasi film.  

Namun siklus tersebut hanyalah pengantar menuju jalan cerita yang mendebarkan dan penokohan yang kuat, sampai-sampai saya menganggap film ini terlalu spesial dan berkelas. Buktinya sampai detik ini, saya kesulitan menyebut protagonis di film thriller lain yang sependendam dan sebrutal Kim Soo Hyeon.

8. Se7en (AS; 1995)

New Line Cinema

Sering disebut sebagai salah satu film crime terbaik era 90-an, Se7en berpusat pada kasus pembunuhan berantai yang terinspirasi dari 7 Deadly Sins (7 dosa besar), di mana pelaku membunuh para korban berdasarkan jenis dosa yang mereka perbuat. Kasus tersebut diselidiki oleh dua detektif yang diperankan oleh Brad Pitt dan Morgan Freeman.

Keunggulan Se7en terletak pada bagaimana sutradara David Fincher berhasil meracik plot bernuansa gelap yang berujung pada plot twist yang bakal menempel di benak penonton. Ya, di film ini kamu bakal menyaksikan salah satu plot twist sebagai terbaik yang ada di film.

9. Kill List (Inggris; 2011)

Optimus Relelasing

Jay, yang seorang mantan tentara, kesulitan menafkahi istrinya sejak delapan bulan terakhir. Karena itu ia sering bertengkar dengan istrinya. Tapi akhirnya Jay menemukan solusi dari temannya, Gal. Caranya, yakni dengan menjadi pembunuh bayaran.

Paruh pertama film ini mungkin terkesan agak sedikit membosankan. Alurnya cenderung lambat, bikin kamu nggak sabar buat lompat ke bagian aksinya. Tapi mohon bersabar. Justru di bagian awallah kamu diajak menyelami karakter-karakternya. Toh kesabaranmu bakal terbayar di paruh keduanya yang sangat intens dan juga ending-nya yang gila.

Film bertema pembunuh bayaran karya Ben Wheatley ini memang nggak terlalu terkenal. Tapi saya berani jamin, Kill List bakal memuaskan hati para penggemar violence-movie dengan adegan-adegan brutalnya yang dramatis.

10. Funny Games (Austria; 1997)

Castle Rock Entertainment

Dua remaja, Peter dan Paul, menyusup ke keluarga Georg yang baru mereka kenal. Dan begitu mereka berada di dalam rumah, duo psikopat ini menyiksa Georg beserta istri dan anaknya, memaksa mereka memainkan permainan sadis yang mematikan.

Funny Games berhasil menyuguhkan tokoh remaja psikopat dengan gaya yang berkelas. Di usia yang masih muda, Peter dan Paul paham betul bagaimana “cara paling menyenangkan” untuk menyiksa orang lain. Mereka adalah tipe psikopat yang tega menembak anak kecil tanpa alasan yang jelas!

Penyiksaan yang Peter dan Paul lakukan terhadap keluarga Georg ditampilkan dengan gamblang, membuat film ini mendapat predikat the most disturbing alias terlalu mengganggu untuk ditonton. Tapi di sisi lain, nuansa menegangkan itu bikin saya harap-harap cemas kalau situasi akan berbalik memihak keluarga Georg.

Sayangnya, setiap kali harapan itu terlihat, datang adegan sadis yang baru. Dan pola tersebut terus berulang sampai saya akhirnya merasa putus asa. Meskipun, keputusasaan itu lebih terasa sebagai pertanda kalau film ini akan terus membekas di benak saya dalam beberapa hari ke depan.

11. Housebound (Selandia Baru; 2014)

Semi-Professional Pictures

Kyle Bucknell dipaksa kembali ke rumah masa kecilnya setelah tertangkap melakukan aksi kriminal. Ia harus rela jadi tahanan rumah selama enam bulan sembari diawasi oleh Ibu dan ayah tirinya. Tanpa disangka, di rumah itu Bucknell mendapat gangguan-gangguan misterius yang entah dari mana datangnya.

Dari sinopsis singkatnya, kamu mungkin mengira ini film horor hantu. Oh, kamu terlalu naif kalau berpikir seperti itu…

Menurut saya, Housebound layak masuk daftar ini karena punya cerita yang unik. Ia satu-satunya film thriller dalam daftar ini yang kaya akan adegan komedi slapstick dan karakter lucu, tapi juga punya unsur misteri yang menggelitik rasa penasaran.

12. Infernal Affairs (Hong Kong; 2002)

Media Asia Distribution

Mungkin inilah film Hong Kong terbaik sepanjang masa. Infernal Affairs bercerita tentang polisi (Tony Leung) yang menyamar menjadi anggota mafia, dan seorang anggota mafia yang menyamar jadi polisi (Andy Lau).

Buat kamu yang kurang suka film aksi polisi-mafia, jangan dulu berpikiran skeptis. Saya berani jamin Infernal Affairs bakal jadi film mafia paling berkesan yang pernah kamu tonton. Jangan salahkan saya kalau kamu terpukau dengan aksi-aksi spionase yang ditawarkan film ini.

Bagi saya sendiri, kerumitan alur cerita Infernal Affairs membenturkan saya pada pertanyaan mana pihak yang harus saya dukung. Film ini memberi saya lebih banyak pesan (moral) dibanding sekadar aksi baku tembak, membuat saya fokus menyelami perkembangan dua tokoh utamanya.

13. Nightcrawler (AS; 2014)

Open Road Films

Cerita Nighcrawler berpusat pada seorang pencuri, Lou Bloom (Jake Gyllenhaal), yang hidupnya berubah drastis setelah menemukan pekerjaan baru sebagai jurnalis lepas. Lou mencari uang dengan cara merekam peristiwa kriminal di jalanan Los Angeles, lalu menjualnya ke stasiun TV.

Beruntung, Lou bertemu Nina Romina, produser TV yang rela melakukan apa pun demi rating. Kesempatan tersebut tak disia-siakan Lou yang kian hari kian nekat melakukan cara “kotor” (baca: melanggar hukum) untuk mendapat rekaman yang menarik. Seiring cerita menekankan obsesi Lou terhadap uang, semakin terungkap pula kepribadian asli Lou yang nggak lebih dari psikopat manipulatif.

Delapan koma lima jempol saya berikan untuk Jake Gyllenhaal yang berhasil membawakan karakter Lou dengan sangat fantastis.

14. Prisoners (AS; 2013)

Warner Bros Pictures

Mengetahui sang buah hati diculik adalah mimpi buruk bagi semua orang tua. Begitupun bagi Keller Dover (Hugh Jackman) yang kehilangan Anna, putri semata wayangnya.

Film besutan Dennis Villaneuve ini berfokus pada upaya Dover dan detektif Loki (Jake Gyllenhaal) menemukan Anna dan temannya yang telah diculik. Satu-satunya petunjuk yang mereka punya adalah mobil van tua yang terparkir di pinggir jalan di sekitar lokasi kejadian. Tapi si supir van (Paul Dano) nggak bisa diadili karena kurangnya bukti.

Prisoners menggabungkan ikatan emosional keluarga dengan kepingan misteri. Kerennya, untuk merangkai kepingan misteri tersebut, penonton dipaksa menyaksikan adegan suspense yang menantang nilai-nilai kemanusiaan.

Merasa depresi anaknya nggak kunjung ditemukan, Dover mencoba mengambil jalan pintas dengan cara kekerasan. Targetnya siapa lagi kalau bukan satu-satunya tersangka di cerita ini. Yup, si supir van.

15. Rear Window (AS; 1954)

Paramount Pictures

Sekarang saatnya saya memasukkan salah satu karya dari Alfred Hitchcock, sutradara legendaris yang sering disebut sebagai Master of Suspense. Oke, mungkin di antara kamu ada yang menganggap film ini terlalu lawas untuk ditonton di zaman now. Ayolah, buktikan kalau kamu memang moviegoer sejati!

Rear Window bercerita tentang fotografer bernama Jeff yang baru saja mengalami patah kaki, membuat ia harus “terjebak” di kursi roda. Dengan kondisi seperti itu, Jeff terpaksa menghabiskan hari-hari di dalam apartemen miliknya. Jadi untuk mengobati rasa bosan, Jeff kerap memantau aktivitas tetangganya lewat jendela apartemen dengan kamera. Tindakan yang berawal dari keisengan semata berubah jadi momen menegangkan saat Jeff mendapati tetangganya melakukan tindak kriminal.

Menurut saya, Rear Window seperti mengaburkan batas antara cerita dan penonton. Kita harus terus melihat Jeff terkurung di satu tempat, dan itu juga yang bisa bikin kita seakan terus berada di sampingnya dan ikut terlibat ke dalam cerita. Kita nggak akan merasa aktivitas memata-matai yang dilakukan Jeff sebagai suatu hal aneh, karena kita tahu apa yang dirasakan Jeff.

Seperti halnya Jeff, saya pun dibuat menantikan hal-hal apa lagi yang akan dilakukan tetangga Jeff di seberang apartemen, nggak peduli apakah aktivitas tetangganya itu penting atau nggak (kayak menjemur ikan asin misalnya).

Dan bukan Alfred Hitchcock namanya kalau nggak bisa meracik ending yang sempurna. Rear Window punya adegan klimaks yang membuatnya layak disebut sebagai karya masterpiece.

Dari 15 film thriller di atas, mana yang udah dan yang belum kamu tonton? Apa kamu punya judul recommended lain yang nggak sempat masuk dalam daftar? Atau kamu punya ulasan sendiri mengenai 15 film thriller di atas? Boleh dong share di kolom komentar.

The post 15 Film Thriller Terbaik yang Paling Jago Memacu Adrenalin Penonton appeared first on Selipan.com.

Mari Berandai-andai, Gimana Jadinya kalau 3 Film Distopia Ini Terjadi di Dunia Nyata?

$
0
0

Dalam karya fiksi, distopia bisa diartikan sebagai kondisi kehidupan yang sama sekali nggak diidamkan manusia. Cerita distopia seringkali menunjukkan penderitaan masyarakat, entah itu karena negara yang otoriter, teknologi canggih, bencana dahsyat, atau bahkan serangan alien.

Sisi menariknya, kisah distopia selalu bikin kita tergoda buat membayangkan gimana jadinya jika kita termasuk ke dalam masyarakat distopia itu sendiri. Kamu yang pernah nonton Hunger Games pasti sempat berkhayal jadi salah satu tokoh jagoan di dalam ceritanya.

Oke, sekarang kita coba berkhayal lebih jauh lagi lewat 4 kisah distopia berikut ini. Kira-kira kalau kekacauan di empat cerita berikut terjadi di dunia nyata, apa yang mesti kamu lakukan supaya bisa bertahan hidup?

1. The Purge 

via imdb.com

Kondisi distopia:

Tingkat pengangguran dan kriminalitas di Amerika Serikat menurun drastis semenjak pemerintah mencantumkan purge day (hari pembersihan) di kalender nasional. Yup, itulah hari di mana pemerintah membebaskan masyarakatnya melakukan segala jenis tindak kriminal, termasuk pembunuhan.

Penyusupnya di belakang mbak!/via gifer.com

Menurut saya, alangkah indahnya negeri kita jika jumlah pengangguran berkurang drastis atau bahkan nggak ada sama sekali. Tapi kalau mesti dibayar dengan mengorbankan nyawa di purge day, kira-kira gimana ya jadinya?

Oke, pertama saya nggak sanggup bayangin Pak Jokowi berpidato tentang pelegalan kriminalitas kayak di film The Purge. Kalau pun purge day terjadi di Indonesia, jutaan rakyat yang tertindas kemungkinan besar bakal meluapkan amarahnya ke para pemimpin yang melegalkan peraturan bodoh seperti purge day. Ya, mungkin bakal ada kerusuhan besar yang sebelumnya nggak pernah terjadi di Indonesia.

Tapi itu baru kemungkinan yang terjadi di perkotaan.

Sekarang coba kamu bayangin purge day di pedesaan. Korban-korban purge day di desa nggak bakal jauh dari orang kaya yang pelit tapi suka pamer harta (kayak di sinetron), preman kampung, atau lintah darat yang sering nipu rakyat miskin.

Sementara di jalanan, motor-motor berknalpot nyaring bakal bebas kebut-kebutan buat memeriahkan suasana kerusuhan. Ini bagian paling nyebelin memang.

2. Battle Royale

via imdb.com

Kondisi distopia:

Murid-murid sekolahan yang sering bikin onar dipaksa pemerintah diktatorial Jepang buat mengikuti Battle Royale, atau permainan yang mewajibkan pesertanya saling membunuh satu sama lain hingga cuma tersisa satu orang.

“Hari ini kita belajar saling bunuh ya, guys!”/via dosegifs.tumblr.com

Kelas 3-B di film Battle Royale kebanyakan dihuni siswa pemalas dan begajulan, atau bahasa gaulnya, madesu (masa depan suram). Bagi siswa 3-B, belajar itu hal yang paling membosankan di dunia. Jadi pemerintah Jepang sengaja bikin suasana belajar mereka lebih “seru” dan “menantang” dengan battle royale. Hayo, siapa di sini yang (dulu) suka bolos dan nggak pernah merhatiin guru di kelas?

Kalau skenario distopia ini terjadi di dunia nyata, kayaknya jumlah anak-anak putus sekolah di Indonesia bakal meningkat pesat. Siapa juga yang mau sekolah kalau akhirnya mereka disuruh buat membunuh satu sama lain?

Sekalipun para orang tua masih ngotot memasukkan anak mereka ke sekolah, mereka nggak akan pilih sekolah negeri atau swasta. Mereka bakal lebih milih masukin anak ke pesantren. Lebih bagus lagi kalau pesantrennya kayak pesantren di film The Santri arahan Livi Zheng.

Selain pesantren, mungkin ada juga orang tua yang masukin si anak ke home schooling. Pada akhirnya, sekolah-sekolah negeri dan swasta bakalan gulung tikar. Pengangguran bakal semakin meningkat, dan keahlian sumber daya manusia di Indonesia semakin tertinggal dari negara tetangga.

Entah apa RUU yang bakal diusulkan DPR versi dunia distopia jika kondisinya sekacau itu.

3. Planet of the Apes 

via riotheatre.com

Kondisi distopia:

Sekelompok astronot mendarat di planet yang didominasi oleh spesies kera dengan peradaban dan teknologi canggih. Sebaliknya, bangsa manusia di planet itu tergolong masih primitif (belum mengenal bahasa lisan) dan sering diperlakukan layaknya hewan oleh kaum kera.

Saycheese!’/via rebloggy.com

Di kisah Planet of the Apes, kehidupan manusia dan kera jadi terbalik. Kira-kira gimana ya jadinya kalau situasi distopia semacam itu terjadi di dunia nyata?

Hmm… pertama, mungkin pertunjukan Topeng Monyet yang biasa kita lihat di lampu merah bakal ganti nama jadi Topeng Orang. Kamu nggak mau ‘kan jadi topeng orang? Mempertunjukkan berbagai atraksi di tengah perempatan jalan dengan leher terikat tali, capek, keringetan, tapi nggak ada kera yang merhatiin penampilan kamu. Kok rasanya sedih banget ya.

Di Planet of the Apes, kera memang suka bertindak semena-mena pada manusia. Dan kamu nggak punya pilihan selain jadi buruan di hutan, terus diajari berbagai trik pertunjukan Topeng Orang oleh kera. Yah, kalau kamu beruntung, kamu bisa tampil di acara sirkus yang ditonton ratusan kera gitu deh.

Sementara itu di kebun binatang, bakal ada kandang khusus manusia. Di laboratorium penelitian, manusia bakal jadi kelinci percobaan para ilmuwan kera. Terus tokoh utama di film King Kong bukan lagi gorila raksasa, tapi manusia primitif raksasa (yang jatuh cinta sama kera cantik).

Dan yang terpenting, nggak ada bakal ada lagi umpatan, “Dasar monyet!” Umpatan itu bakal diganti sama, “Dasar manusia!”

Ah, sudah cukup berkhayal tentang dunia distopia. Sekarang kita balik lagi deh ke dunia nyata. Kira-kira dunia distopia mana yang paling nggak kamu harapkan terjadi di dunia nyata?

The post Mari Berandai-andai, Gimana Jadinya kalau 3 Film Distopia Ini Terjadi di Dunia Nyata? appeared first on Selipan.com.

3 Hal yang Bisa Kamu Lakukan agar Terhindar dari Nasib Tragis ala Film-Film Thriller

$
0
0

Gimana kalau misalkan hidup kamu adalah sebuah film thriller? Pasti menyebalkan sih. Walau pun film thriller seru buat ditonton, tapi kalau diri sendiri yang jadi karakter utama di sebuah film thriller kayaknya bakal mengesalkan banget. Contohnya, tiba-tiba dikejar penjahat bayaran atau makhluk dari alam lain, bakal serba salah dengan segala pilihan yang diambil, dan tipikal adegan-adegan film thriller lainnya yang pasti nggak seindah adegan film-film romantis yang manis banget.

Tapi kalau memang hidup kamu sudah terasa seperti ditakdirkan sebagai film thriller, jangan khawatir! Saya punya 3 tips agar kamu terhindar dari nasib tragis ala karakter di film-film thriller. Semua tips ini saya dapatkan setelah semedi menonton beberapa film thriller dan mengambil pelajaran dari keapesan para karakter utamanya. Terjamin pokoknya!

Tulisan ini nggak bermaksud untuk membuat kamu parno atau khawatir sama hidupmu sendiri. Tapi, yang namanya hidup kan ya, nggak ada yang tahu apa yang bakal terjadi di masa depan. Mungkin saja akan lebih baik atau malah akan muncul cobaan. Toh, tidak ada yang salah dengan melakukan persiapan kalau memang hal yang tidak diinginkan akan terjadi dalam hidup. Oke, langsung saja disimak.

1. Nggak perlu terlalu penasaran kalau kamu melihat ada sesuatu yang mencurigakan

Nah ini memang tabiat utama dari kebanyakan karakter film-film thriller. Biasanya, karena saking penasaran akan kebenaran suatu hal yang misterius, pasti bakal langsung dicari tahu kebenarannya. Nggak salah sih, tapi kalau terlalu kepo itu nggak bagus juga.

“Ayo kita cari anak yang membocorkan rahasia password PUBG kita!”/via truthisscary.com

Gimana kalau hal misterius yang kamu cari tahu itu ternyata rahasia sebuah kelompok mafia yang berbahaya? Kalau ketahuan, ya ambyar dong. Pahit-pahitnya kamu bisa diburu dan dibunuh! Atau ternyata hal misterius itu adalah suatu rahasia dari badan intelejen pemerintahan. Siap-siap deh buat ngerasa nggak tenang hidupnya. Jadi, mending kalau menemukan hal yang semacam itu, dibiarkan saja. Cari aman saja deh.

2. Jangan langsung mudah terbuai sama lawan jenis tanpa mengetahui siapa dia

Di zaman maraknya dating apps seperti sekarang ini, kayaknya kegiatan kopi darat alias ketemuan sama lawan jenis yang ditemukan dari internet sudah dianggap lumrah. Tapi apa jadinya kalau ternyata orang yang diajak ketemuan itu punya latar belakang yang menyeramkan dan bisa membahayakan hidup kamu? Pasti bete banget.

Mendingan kamu periksa dulu leh latar belakang orang yang bakal kamu ajak ketemu. Nggak perlu stalking mendalam, cek-cek dulu aja sosmednya secara sekilas biar ketahuan kayak gimana orangnya. Kalau sudah ketemu, coba ajak ngobrol dulu yang mendalam. Kalau nggak sreg ‘kan bisa baik-baik menghilang. Dari pada nanti menyesal ternyata orang yang kamu ajak ketemu itu adalah seorang pembunuh berantai dengan modus cari pacar? Hiiiii~

“Ternyata cowok yang kemarin ketemu itu pekerjaannya adalah tukang menyelundupkan korek kuping ilegal…”/via mirror.co.uk

3. Bertanya ke orang yang penampilannya mencurigakan saat kamu tersesat

via shutterstock

Sebenarnya, poin ini sudah cukup usang tapi nggak sedikit juga yang masih melakukannya. Kalau kepepet banget atau baterai smartphone sudah habis, satu-satunya hal yang bisa kamu lakukan yakni bertanya ke orang yang posisinya sedang berada di dekatmu. Tapi, kalau ternyata orang tersebut penampilannya aneh, perawakannya menyeramkan, dan senyumnya bikin pengen peluk perasaan kamu nggak enak, mending nggak usah jadi nanya deh!

Gimana jadinya kalau saat kamu menanyakan arah tujuan awalmu, tapi malah diberi tahu ke tujuan yang bukan sebenarnya? Malah menyesatkan ‘kan! Bayangin hal yang terburuk deh, gimana kalau ternyata kamu diarahkan untuk pergi ke suatu perkumpulan pemuja hal mistis dan kamu tiba-tiba kan dijadikan pengorbanan? Amit-amit! Jadi, kalau pun kamu kepepet buat bertanya, mending pilih-pilih orang deh. Cuma sebagai antisipasi saja, arah hidup siapa yang tahu ‘kan?

Tulisan ini memang terkesan konyol dan ngaco. Tapi, sekali lagi saya ingatkan. Tidak ada yang salah dengan persiapan. Bukan maksud saya untuk mengajarkan berburuk sangka kepada orang lain, tapi biasanya di film-film thriller, hal buruk akan muncul kalau kamu nggak berhati-hati saat bertemu orang atau hal baru di hidupmu. Waspadalah!

The post 3 Hal yang Bisa Kamu Lakukan agar Terhindar dari Nasib Tragis ala Film-Film Thriller appeared first on Selipan.com.

6 Karakter Anime dengan Wujud yang Kurang Sedap Dipandang Mata

$
0
0

Berdasarkan pengalaman saya menonton anime dalam belasan tahun belakangan, saya menyadari satu fenomena yang… sebenarnya nggak penting-penting amat sih. Tapi demi kemaslahatan umat manusia, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengungkit fenomena ini.

Apa yang saya temukan adalah lumayan banyak anime yang memberlakukan dua kutub ekstrem dalam menggambarkan fisik karakternya. Coba bandingkan:

Dengan…

Bagai dua kutub yang berseberangan, fisik mereka beda banget ‘kan?

Karakter tipe kedua ini biasanya punya fungsi sebagai antagonis atau figuran. Tapi entah apa pun posisi mereka, yang jelas banyak anime yang membutuhkan kehadiran karakter-karakter unik dan buruk rupa ini. Jadi untuk menghormati mereka, saya memutuskan untuk membuat daftar karakter anime yang paling kurang sedap dipandang.

1. Pandemonium – Gintama

Kamu yang mengikuti manga atau anime Gintama pasti nggak asing sama Pandemonium. Dan entah kenapa saya selalu ketawa-ketawa sendiri kalau mengingat adegan cinta antara Pandemonium dan Shinpachi.

Pandemonium memang layak dikategorikan sebagai karakter anime yang paling nggak saya harapkan merayap di lantai rumah. Gimana nggak? Coba kita perhatikan dengan saksama wujudnya yang antik itu.

Sentai Filmworks

Matanya yang besar melotot berwarna kuning; alih-alih rambut, kepalanya ditumbuhi urat yang menonjol; dan yang paling eksotis adalah bibirnya yang terbuka lebar.

Duh! Nggak cuma masalah mukanya, kamu pasti tahu lah kalau Pandemonium ini punya tubuh larva yang kalau diamati dengan seksama nampak seperti kecoa. Kamu nggak merasa jijik? Gimana kalau kamu lihat Pandemonium ngeluarin lendir?

2. Big Mom – One Piece 

Toei

Charlotte Linlin alias Big Mom adalah salah satu karakter antagonis di One Piece. Yah siapa sih yang bakal lupa sama karakter ini? Dengan wujud perempuan raksasa dan bertubuh bulat (bahkan saking bulatnya, dagu dan lehernya susah banget dibedain), Big Mom pasti meninggalkan jejak mendalam di ingatan penggemar One Piece.

Dengan tubuh raksasanya, kesan nggak banget dari Big Mom diperparah lagi dengan riasan wajahnya yang menor abis: eyeshadow super tebal dan lipstik merah menyala. Oh, belum lagi warna pink dari rambut dan pakaiannya yang bercorak polkadot itu nggak nyambung sama topi bajak lautnya. Mungkin ahli fashion bakal bilang kalau tampilan Big Mom ini fashion disaster!

3. Witch of The Waste – Howl’s Moving Castle

Toho

Kalau sebelumnya ada Big Mom, sekarang ada Witch of The Waste yang sanggup bikin penglihatan kita terasa nggak nyaman. Ia punya tubuh yang penuh lemak, terlebih di bagian lehernya, yang bikin kepalanya jadi terlihat kecil. Ukuran badan dan kepalanya memang nggak proporsional banget, super aneh!

Mirip dengan Big Mom, Witch of The Waste ini doyan banget pakai eyeshadow super tebal dan lipstik dengan warna yang meriah. Eyeshadow super tebalnya juga bikin tatapan mata Witch of The Waste makin terlihat culas. Mirip tatapan ala antagonis di sinetron gitu lho. Ugh!

4. Bon Clay – One Piece

Toei

Karakter yang satu ini berasal dari One Piece (lagi). Memang sih, One Piece itu sarang dari karakter-karakter dengan penampilan yang ajaib. Tapi penampilan Mr. 2 lebih spesial dari karakter-karakter aneh lainnya di One Piece. Bon Clay alias Mr. 2 dari tim Baroque Works ini benar-benar punya penampilan yang menyakiti logika fashion.

Begini, Bon Clay adalah sesosok pria flamboyan yang mengenakan baju balet biru ala kerajaan Eropa era pertengahan, jubah merah muda panjang dengan aksen bola bulu, sepatu balet merah muda, serta sayap dan dua kepala angsa sebagai ‘pemanis’ penampilannya. Satu nilai plus lain dari Mr. 2 bisa dilihat dari bulu kakinya yang nggak dicukur.

Sekarang bayangkan jika kamu punya janji kencan buta dengan seseorang, dan orang itu ternyata punya penampilan mirip Mr. 2. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan?

5. Ichiya – Fairy Tail

Funimation

Ini nih, Ichiya dari Fairy Tail. FYI, Ichiya ini termasuk karakter anime yang sering menuai hujatan. Kasihan ya? Cuma ya mau bagaimana lagi, Ichiya punya wajah yang mau diapain juga nggak bakal jadi cakep. Susah deh pokoknya.

Dengan raut wajah yang cenderung tua dan nampak seperti om-om genit, dagu yang berbentuk belahan bokong, lengkap dengan tatapan mata yang mengundang kita untuk menamparnya, membuat Ichiya memenuhi semua komponen karakter yang kurang sedap dipandang mata. Apalagi kalau kamu tahu sihir andalan Ichiya adalah parfum kecantikan.

6. Nakajima – Rave Master

Tokyopop

Yang terakhir namun tak kalah menjijikannya adalah karakter non-manusia dari anime Rave Master, Nakajima! Beliau ini adalah karakter yang bikin kamu nggak bisa berkata-kata, jika sekiranya kamu bertemu langsung sama dia. Bentuknya yang seperti bunga matahari berwarna hijau, ditempeli muka yang gimana pun ekspresinya tetap nggak akan enak dilihat. Ditambah lagi anggota tubuhnya cuma terdiri dari kepala dan tangan.

Konon, Nakajima sebenarnya adalah serangga! Dengan bentuk seperti itu, ternyata ia adalah serangga!?

Itu dia karakter-karakter dalam anime yang penampilannya kurang sedap dipandang. Intinya sih, mereka itu jelek.

Ada karakter yang terlewatkan di daftar ini, nggak?

The post 6 Karakter Anime dengan Wujud yang Kurang Sedap Dipandang Mata appeared first on Selipan.com.

10 Kostum Superhero Marvel Versi Film yang Kalah Keren ketimbang Versi Komiknya

$
0
0

Kamu pasti tahu kalau kebanyakan film superhero dari Marvel itu sebenarnya hasil adaptasi dari komik. Tapi yang namanya adaptasi, pasti ada yang sukses dan ada pula yang gagal. Begitu juga saat kita membicarakan tentang kostum dari para pahlawan super ketika diadaptasi jadi film. Pernah membayangkan gimana jadinya kalau Captain America cuma pakai kaus oblong dan celana boxer (lengkap dengan handuk di bahu) ketika lagi beraksi? Nah, kira-kira seperti itulah kostum hasil adaptasi yang gagal.

Meskipun daftar kostum adaptasi milik superhero Marvel ini nggak seekstrem ilustrasi di atas, tetap saja penampakannya nggak bisa dibilang bagus. Dengan kata lain, ini adalah daftar kostum adaptasi yang buruk. Penasaran lihat penampakannya? Ini dia daftarnya seperti yang dilansir dari Ranker. Enjoy…

1. Doctor Strange – Dr. Strange (1978)

via cineenserio.com

Mungkin masih teringat oleh kamu aksi keren Bennedict Cumberbatch yang tampil dengan kostum penyihir dan jubah ajaibnya di film Doctor Strange. Nah, kostum Doctor Strange di film tersebut ternyata nggak beda jauh dengan komiknya.

Tapi, jika kita membandingkan dengan versi serial televisinya yang tayang di tahun 1978, kekerenan Doctor Strange yang kita tahu selama ini seakan sirna. Lihat tuh kostumnya pada foto di atas. Jubah sutra kasual, perhiasan yang mencolok, lengkap dengan senyum manja yang genit-genit basah. Wah, jangan-jangan ini alasan lain kenapa ia dinamakan Doctor Strange (Doktor Aneh).

2. Captain America – Captain America (1970)

via denofgeek.com

Hmm… kalau mesti membandingkan degan versi komiknya, tentu Captain America di acara televisi tahun 1970 ini kalah gagah kalau dilihat dari kostumnya. Helmnya kelihatan ngeganggu banget nggak sih? Apa nggak ribet melawan penjahat kalau pakai helm motor kayak gitu? Kesannya kok Captain America kayak terpaksa beli helm di pinggir jalan karena takut ada razia.

3. Red Skull – Captain America (1990)

via govosopifu.100.mu

Banyak yang setuju kalau kostum Red Skull di film Captain America kurang menggigit. Terutama karena ukuran kepalanya yang kebesaran. Menurut kamu gimana? Kalau saya sih, serasa lagi lihat cilok yang dilumuri saos.

4. Bullseye – Daredevil (2003)

via marvel-movies.wikia.com

Awal tahun 2000 adalah masa ketika film Matrix mulai terkenal. Lalu entah mengapa film superhero seakan tertular sindrom kostum “jas hujan” ala Matrix. Salah satunya yaitu kostum jas Bullseye yang terbuat dari kulit buaya. Kalau dibandingkan dengan karakter komiknya, pasti semua penggemar Marvel lebih memilih kostum Bullseye versi komik deh ketimbang filmnya.

Jadi bisa dibilang, Bullseye versi film = endorser jas hujan?

5. Juggernaut – X Men 3

via ranker.com

Kamu setuju nggak kalau pemilihan kostum Juggernaut di film X-Men 3 gagal total? Helmnya kayak terbuat dari batu. Belum lagi baju kulitnya kelihatan nanggung banget, cuma nutupin sebagian dadanya aja. Juggernaut sepertinya malu kalau putingnya kelihatan, meskipun ia nggak masalah memperlihatkan pusar dan bulu perutnya yang seksi.

Ayolah, nggak semua superhero yang kekar itu mesti buka-bukaan ‘kan? Seandainya kamu karakter penjahat, kebayang nggak kalau kamu dikejar-kejar Juggernaut yang pakai kostum kayak gitu? Kalau saya sih, saya bakal ketawa ngakak di hadapan Juggernaut. Nggak apa-apa dah diseruduk, asalkan saya bisa puas menertawainya.

6. Rogue – X-Men

via ranker.com

Bila saya sebelumnya nggak tahu apa-apa soal Rogue, saya mungkin bakal menyangka wanita dalam foto di atas sebagai mbak-mbak biasa yang kebetulan lagi pakai baju kulit. Lebih tepatnya, mbak-mbak yang lagi pakai baju kulit sedang berpose di depan kamera.

Coba kamu perhatikan sendiri deh. Kostumnya cenderung hambar, sama sekali nggak nunjukkin ciri-ciri superhero. Padahal di komiknya, Rogue digambarkan sebagai wanita yang memiliki daya tarik tersendiri.

7. The Punisher – The Punisher

via ranker.com

Dari sudut mana pun kamu melihatnya, ini cuma Dolph Lundgren yang mengenakan pakaian hitam abu dengan pistol di tangannya. Nggak ada bau-bau superhero atau simbol tengkorak yang jadi ciri khas The Punisher. Awalnya saya kira pria dalam foto tersebut cuma polisi yang lagi nyamar jadi preman.

8. Rhino – The Amazing Spiderman 2 (2014)

via screencrush.com

Asal-muasal karakter Rhino di komik Marvel berpusat pada terperangkapnya ia di dalam kostum badak. Tapi di film The Amazing Spiderman 2, karakter Rhino berubah drastis menjadi… hmm… Transformer?

9. Deadpool – X-Men Origins: Wolverine (2009)

via technobuffalo.com

Penggemar komik Marvel pasti sadar kalau Deadpool itu yang karakter paling banyak bacot di antara superhero. Di balik kostum merahnya yang khas, ia seakan bisa “membunuh” orang dengan lidah tajamnya. Dan kalau misalnya kamu seorang penjahat yang terkejut melihat penampilan cacat Deadpool, ia dengan senang hati akan menceritakan kisah masa lalunya ke kamu.

Tapi di film X-Men Origins: Wolverine, Deadpool tampil dengan mulut terjahit rapat. Penggemar Deadpool pasti kecewa karena tokoh yang pintar bersilat lidah itu tiba-tiba jadi bisu.

10. Captain America – Captain America (1944)

via six-shooter.de

Nah, ini dia “nenek moyang” Captain America versi layar kaca. Kostumnya simpel banget. Dan bisa jadi yang dikenakan di kepalanya itu cuma masker ski dengan huruf A.

Jikalau huruf A di masker skinya itu dihilangkan, Captain America terlihat nggak ubahnya seperti perampok bank di film-film.

Itu dia 10 adaptasi kostum karakter komik Marvel yang dinilai paling mengecewakan. Apa kamu sependapat dengan daftar di atas? Atau kamu punya referensi kostum superhero lain yang nggak kalah mengecewakannya?

The post 10 Kostum Superhero Marvel Versi Film yang Kalah Keren ketimbang Versi Komiknya appeared first on Selipan.com.


6 Teknologi Canggih yang Awalnya Cuma Ada di Film, tapi Kini Udah Jadi Kenyataan

$
0
0

Ada satu alasan yang bikin saya selalu tertarik buat nonton film sains fiksi (atau science fiction bahasa English-nya). Bukan karena aktor-aktornya cantik aduhai, melainkan karena benda-benda futuristik yang sering hadir di film bergenre itu.

Mobil terbang, mobil yang bisa berubah jadi robot, mobil selam, mobil yang disimpan dalam kapsul dan tiba-tiba bisa keluar kalau kapsulnya dilempar, semuanya serba canggih. Saking canggihnya teknologi yang ada di film sci-fi, waktu saya kecil saya pikir benda-benda itu mustahil bisa ada di dunia nyata. Apalagi Capsule Corporation cuma ada di dunianya Dragon Ball.

Tapi dengan perkembangan teknologi yang pesat, satu per satu benda futuristik yang asalnya cuma ada dalam film, sekarang udah eksis di dunia nyata. Nih, saya sudah buatkan daftar berisi beberapa teknologi dari film Hollywood yang udah jadi nyata. Monggo disimak.

1. Komputer tablet di 2001: A Space Odyssey (1968)

Di zaman sekarang, tablet sudah jadi barang umum. Tapi apa kamu sadar kalau sutradara Stanley Kubrick sudah memprediksi kemunculan teknologi tersebut sejak beberapa dekade lalu?

Metro Goldwyn Mayer

Berlatarkan kehidupan luar angkasa, 2001: A Space Odyssey menggambarkan banyak benda-benda futuristik di hampir semua adegannya. Salah satunya objek berbentuk mirip komputer tablet yang fungsinya nggak jauh beda sama tablet di zaman sekarang. Kalau di filmnya, benda tersebut digunakan oleh salah satu karakter untuk membaca berita dan berkomunikasi dengan orang yang ada di bumi.

Teknologi canggih ini hanya jadi angan-angan belaka, sampai akhirnya Bill Gates memperkenalkan Microsoft Tablet PC untuk pertama kalinya di tahun 2000 silam. Mungkin kebanyakan orang lebih familiar dengan iPad, tapi sebetulnya Microsoft sudah melakukannya terlebih dulu.

2. Papan reklame digital di Blade Runner (1982)

Warner Bros

Gemerlapnya Los Angeles di tahun 2019 yang digambarkan sangat futuristik oleh film Blade Runner mungkin terkesan cukup masuk akal bagi orang-orang saat itu. Film ini rilis di tahun 1982, dan ketika itu poster atau selebaran jadi media yang paling banyak dipakai untuk promosi. Jadi, meskipun kelihatan unik, orang-orang nggak menganggap reklame digital dalam Blade Runner sebagai sesuatu yang “wah” atau mustahil diciptakan.

Papan reklame digital sendiri baru mulai gencar diproduksi sekitar tahun 2007, ketika beberapa produk berbasiskan teknologi banyak bermunculan dan berlomba-lomba untuk menjual produknya dengan cara semenarik mungkin. Dan lihatlah sekarang! Papan reklame digital bisa ditemui dengan mudahnya hampir di seluruh penjuru dunia.

3. Hiburan online di The Cable Guy (1996)

Di paruh akhir film The Cable Guy, Chip Douglas (Jim Carrey) berujar, “Sebentar lagi, setiap rumah di Amerika akan mempunyai benda yang mampu mengintegrasikan televisi, telepon dan komputer!” Di salah satu adegan lain, ia juga memprediksikan kehadiran teknologi yang mampu memfasilitasi video streaming, online gaming, dan online shopping.

Columbia Pictures

Sekarang siapa sih yang nggak pakai smartphone? Sejak kemunculannya di pertengahan tahun 2000-an, smartphone sudah memainkan perannya dengan baik untuk menjadi semacam pusat hiburan digital yang berbasiskan internet.Tapi karena film ini diproduksi di medio 90-an, mungkin segala teknologi yang diucapkan Jim Carrey memang terdengar konyol kala itu.

4. Hologram di Star Wars (1977)

Mungkin para penggemar Star Wars masih harus bersabar untuk mendapatkan lightsaber yang berfungsi sama persis dengan yang ada di filmnya. Tapi untuk sekarang, setidaknya kita mesti puas dengan teknologi hologram. Bahkan akses ke hologram sudah semakin mudah berkat kehadiran smartphone.

20th Century Fox

Karena teknik hologram sudah dikembangkan sejak tahun 60-an, hologram di masa kini sudah jauh lebih canggih. Sebagai teknologi yang mampu menciptakan imej tiga dimensi dengan menggunakan bantuan cahaya, penggunaan hologram pun sudah semakin bervariasi. Di antaranya bisa digunakan sebagai alat bantu hiburan (seperti konser) atau bahkan untuk media kampanye politik, seperti yang terjadi waktu pemilu Amerika Serikat tahun 2008.

George Lucas pasti bangga dengan konsep fiktifnya yang sudah menjadi nyata ini.

5. Papan terbang di Back to the Future Part II (1989)

Back to the Future bisa dianggap sebagai salah satu film science fiction paling terkenal sepanjang masa. Selain mampu meyakinkan banyak orang tentang teori time travel yang cukup ngawur, ada salah satu teknologinya yang masih bikin penasaran banyak orang sampai hari ini, yakni hoverboard alias papan yang mirip skateboard tanpa roda dan bisa melayang.

Universal Studios

Di tahun 2015, perusahaan Lexus berhasil mewujudkan konsep hoverboard ke dalam kenyataan. Papan terbang milik Lexus menggunakan magnet berdaya tinggi untuk menghasilkan efek melayang yang sama seperti hoverboard di Back to the Future. Dengan teknologi canggih semacam itu, kayaknya sah-sah saja Lexus menjual papan milik mereka seharga $10.000.

Ada yang berminat untuk membelinya? Ah, kalau saya punya uang segitu, mending buat KPR deh.

6. Drone militer di Terminator (1984)

Cerita Terminator bisa diringkas seperti ini: Skynet, sistem AI berbasiskan militer, berencana untuk membasmi semua manusia yang ada di bumi. Alasannya konyol sih, Skynet menganggap manusia sebagai satu-satunya ancaman baginya. Salah satu cara yang ditempuh Skynet adalah dengan membangun pasukan yang berisi robot-robot berbahaya.

Nah, dari sekian banyak robot, ada satu robot berjenis drone. Tapi di Terminator, fungsi drone tersebut bukan buat foto-foto panorama tempat wisata ala selebgram, melainkan sebagai senjata. Gila.

Orion Pictures

Dulu, teknologi drone di Terminator tersebut mungkin masih dianggap sebatas khayalan belaka. Tapi di tahun 2019, teknologi drone semacam itu sudah dikembangkan. Drone tersebut dinamai ATLAS.

Sebagai drone militer yang dikembangkan oleh badan militer Amerika Serikat, ATLAS punya fungsi yang sama dengan drone yang ada di film Terminator. Dipikir-pikir, mengerikan juga sih teknologi yang satu ini. Soalnya kalau drone tersebut jatuh ke tangan yang salah, khawatirnya akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang salah. Amit-amit deh.

Atau mungkin saya terlalu banyak nonton film ya?

Apa ada teknologi lain yang kamu harap diciptakan di dunia nyata?

The post 6 Teknologi Canggih yang Awalnya Cuma Ada di Film, tapi Kini Udah Jadi Kenyataan appeared first on Selipan.com.

Mau Tahu Gimana Proses Syuting Film yang Pakai CGI? Lihat 13 Foto Ini

$
0
0

Di zaman serba teknologi saat ini, kita benar-benar harus berterima kasih pada penemu teknik CGI. Berkat CGI, para sineas nggak perlu bawa-bawa hewan buas ke tempat syuting. Mereka juga nggak perlu bikin prop film yang susah, seperti kostum gorila, dinosaurus, atau naga terbang berkepala tiga. Yup, semua menjadi mudah berkat adanya teknik CGI.

Hasil dari efek visual tersebut memang sangat luar biasa. Tapi jika kamu lihat proses pengangkapan gerakan saat proses syuting, saya jamin bayangan kamu akan betapa menakjubkannya penggunaan CGI akan berubah jadi tampak konyol. Seberapa pun canggihnya CGI, teknik ini tetap membutuhkan aktor untuk memperagakan gerakan karakter di film.

Coba saja kamu lihat 13 foto aktor dan stuntman sebelum dipoles memakai CGI.

1. Lebih seram mana: wujud velociraptor atau manusia berkostum abu-abu?

via knowyourmeme.com

“Bro, kemarin syuting dapet peran apa?”

“Jadi velociraptor, bro.”

“Wah mantap, keren pasti ya bro?”

“Bayangin aja sendiri.”

2. Coba tebak mana ekspresi yang paling benar?

via quirkybyte.com

Rocket Raccoon = sedih.

Sean Gunn = lagi melamun.

3. Sihir dari Hogwarts ternyata berasal dari…

via businessinsider.com

… sarung tangan hijau. Satu tangan untuk satu buku. Jadi butuh berapa tangan tuh buat memenuhi isi lemari?

4. Penasaran sama wajah Colossus? Nih wujud aslinya

via ebanza.ru

Nggak cuman sosok Colossus saja yang berbeda. Gedung di belakang aktornya pun ikutan berbeda!

5. Hmm… Kira-kira mereka lagi ngapain?

via usatoday.com

Foto ini diambil saat syuting film Dawn of the Planet of the Apes. Para aktor yang memakai kostum abu-abu itu berperan sebagai kera lho.

6. Hulk dan Thor malah kayak lagi ikut lomba kuda-kudaan di acara 17 Agustusan

via digitalspy.com

“Ayo semangat kamu pasti bisa?”

Hulk membalasnya dengan lantang, “Doakan aku ya!”

7. Harimau di film Life of Pi ini nampak jenaka ya?

via digitalspy.com

Lagian kalau yang dipakai singa beneran, pemeran karakter Pi juga bakal mikir-mikir lagi.

8. Coba tebak apa kemiripan boneka ini dengan naga yang dielus Daenerys

1via cuatro.com

Kayaknya agak susah ya membayangkan boneka jadi naga? Habisnya barang yang dipangkuannya itu kelihatan lucu, kayak boneka.

9. Buat memerankan Kura-Kura Ninja, mereka pun butuh tempurung

via pinterest.com

Asalkan nggak sampai dibotakin saja. Nanti malah disangka Master Roshi.

10. Pakai spandex warna hijau doang nggak cukup

via boredpanda.com

Tuh lihat, mereka sampai pakai semacam egrang dan sesuatu yang bulat di perut mereka.

Hmmm… Saya malah penasaran, apa bulatan di bagian perut para aktor itu dipakai buat menentukan bentuk kepala, atau perutnya Tweedledum ya?

11. Belum bosan menjadi Caesar dan Gollum, kali ini Andy Serkis berubah jadi King Kong

via animationxpress.com

Salut sama Serkis. Dia kayaknya lebih nyaman akting sebagai binatang ya ketimbang manusia asli.

12. Kostum terbaik bajak laut di film Pirates of the Caribbean 

via pinterest.com

Ini baru salah satu manfaat dari penggunaan teknik CGI.

13. I am Groot!

via imgur.com

Semua tampak biasa sebelum melihat kepala Groot menempel di kepala manusia biru di foto tersebut. Kok jadi ngeri ya?

Penggunaan teknik CGI memang beda banget banget cara klasik yang dilakukan sineas di zaman dulu. Meskipun lewat teknik ini kita bisa melihat sosok karakter yang punya rupa lebih sempurna, kita nggak bisa melupakan akting aktor yang membuat karakter film menjadi hidup.

Bicara soal penangkapan gerakan seperti foto di atas, kalau boleh tahu mana yang menurut kamu paling keren?

Sumber: Ranker, Pinterest

The post Mau Tahu Gimana Proses Syuting Film yang Pakai CGI? Lihat 13 Foto Ini appeared first on Selipan.com.

5 Adegan Film Hollywood yang Memakai Teori Sains dengan Akurat

$
0
0

Apa kamu pernah nonton program Mythbuster? Itu lho, acara yang isinya berusaha membuktikan mitos tentang sains yang terkenal gara-gara film Hollywood. Program tersebut beberapa kali membuktikan kalau film-film Hollywood nggak selalu menggunakan teori sains dengan tepat. Saking terkenalnya program tersebut, banyak orang jadi nggak mudah percaya sama hal-hal yang berbau saintifik di film Hollywood.

Tapi saya penasaran juga jadinya. Masa sih, dari sekian banyak unsur sains di film Hollywood, nggak ada satu pun yang terbukti tepat? Masa film seukuran Hollywood nggak punya tim peneliti?

Nah, setelah mencari info ke sana sini, akhirnya saya menemukan 5 film Hollywood yang ternyata menggunakan teori sains dengan tepat di beberapa adegannya. Jadi terbukti kan ada film Hollywood yang menggunakan teori sains dengan tepat tanpa harus menghilangkan imej keren. Oke, nggak perlu lama lagi, inilah daftarnya.

1. Guardians of the Galaxy (2014)

Marvel Studios

Di salah satu adegan ikonik film MCU ini, Star Lord menyelamatkan Gamora yang mengambang di luar angkasa dengan memberikan alat bantu pernapasannya. Tapi anehnya, kenapa Star Lord masih bisa bertahan hidup tanpa alat bantu pernapasan? Karena biar bagaimanapun, dia itu manusia. Dan manusia butuh oksigen untuk bertahan hidup.

Begini penjelasannya, Bung.

Menurut penelitian, manusia dan hewan sebetulnya bisa bertahan hidup di luar angkasa walaupun di area tersebut nggak ada oksigen. Tapi bukan berarti kamu bisa bertahan selama berjam-jam di luar angkasa. Paling maksimal cuma beberapa menit. Itu pun kalau kondisi fisik kamu kuat.

Sebagai seorang superhero, kayaknya aman kalau kita berasumsi Star Lord itu kuat ‘kan?

2. Finding Dory (2016)

Pixar Animation Studios

Dikisahkan ada satu karakter berbentuk gurita yang bernama Hank di film Finding Dory. Dia punya kemampuan buat berkamuflase mengikuti warna dan tekstur benda apa pun yang ada di dekatnya. Kesannya, dia seperti benar-benar nggak kasat mata kalau sudah menyamar. Sakti banget deh si Hank!

Dan pada kenyataannya, gurita memang punya kemampuan menyamar yang sakti juga lho. Soalnya, mereka punya jaringan sel di dalam tubuh mereka yang berwarna-warni. Jaringan sel itu juga menempel pada jaringan otot yang sangat fleksibel.

Nah, berkat kerjasama antara dua aspek biologis di dalam tubuh mereka itulah, gurita punya kemampuan menyamar yang sakti banget. Jadi pengen berguru deh sama Hank buat menyamar dan kabur dari kerjaan.

3. Monty Python’s The Meaning Of Life (1983)

Universal Studios

Siapa yang menyangkan film komedi yang dianggap sangat absurd ini mempunyai salah satu aspek sains yang cukup masuk akal? Di film ini, ada satu adegan ketika salah satu karakternya bernyanyi dan lirik lagunya menceritakan tentang luar angkasa. Dan ternyata, sebagian besar dari liriknya terbukti akurat sesuai dengan teori astronomi.

Lirik lagu tersebut berisi fakta seputar perkiraan jumlah bintang yang ada di tata surya, jarak yang harus ditempuh untuk mencapai galaksi lain, sampai perhitungan tepat mengenai perputaran orbit planet bumi. Tapi, ya ini ‘kan filmnya Monty Python. Seringkali beberapa materi komedi mereka menggunakan sumber dari ilmu pengetahuan dari sejarah dan karya literatur. Jadi bisa dimengerti kalau ternyata mereka memang berpikir keras untuk membuat lagu itu jadi masuk akal dan tetap menghibur. Monty Python memang gila!

4. Black Panther (2018)

Marvel Studios

Kalau membahas Black Panther, salah satu hal yang paling diingat adalah Wakanda. Negara tempat tinggal Black Panther itu punya berbagai macam teknologi canggih berkat tanahnya yang terkontaminasi vibranium.

Tapi ternyata, bukan Wakanda saja yang bisa mengolah meteor yang jatuh ke bumi menjadi sumber daya alam. Di kehidupan nyata pun, sudah ada beberapa bangsa yang pernah melakukannya.

Lewat penemuan beberapa artefak dari Zaman Perak di Suriah, Mesir, dan Turki, sudah ada beberapa peralatan yang terbuat dari besi. Yang bikin menarik, pada masa itu belum ada pengetahuan seputar mengolah besi menjadi alat yang bermanfaat untuk kehidupan manusia. Para peneliti pun yakin kalau unsur besi yang ada di alat-alat tersebut sebetulnya berasal dari pecahan meteorit yang jatuh ke bumi.

Beneran mirip seperti di cerita Black Panther ya. Jangan-jangan, mereka juga punya kostum ala Black Panther di kehidupan nyata.

5. John Wick 3 (2019)

Summit Entertainment

Ada satu adegan menarik di sekuel ketiga John Wick ini, yakni ketika John Wick berhasil mengelak dari tembakan peluru ketika dirinya berada di bawah air. Peluru tersebut nggak berhasil mengenai badan John. Peluru itu malah melambat sebelum akhirnya jatuh.

Ternyata itu bukan karena faktor skrip filmnya yang mengharuskan John Wick tetap hidup, tapi memang ada teori fisikanya.

Menurut pakar fisika, hal itu disebabkan karena kepadatan zat air lebih tebal 1000 kali dibandingkan dengan udara, sehingga akan muncul gaya tekanan yang melawan pergerakan suatu benda ketika benda tersebut bergerak di dalam air. Biasanya, semakin cepat benda tersebut bergerak di bawah air, akan semakin berat tekanan yang terjadi.  Itulah sebabnya peluru yang ditembakkan di bawah air akan melambat.

Kalau melihat beberapa fakta di atas, jadi ingin memberikan apresiasi lebih untuk para tim riset filmnya yang sudah bekerja keras mencari informasi lebih soal sains untuk filmnya. Gimana menurutmu? Apakah ada film Hollywood lain yang akurat dalam penggunaan teori sainsnya?

The post 5 Adegan Film Hollywood yang Memakai Teori Sains dengan Akurat appeared first on Selipan.com.

6 Contoh Ketika Film Sekuel Tampil Lebih Baik dari Karya Orisinalnya

$
0
0

Sebagai karya yang melanjutkan cerita dari film orisinalnya, film sekuel biasanya menanggung beban yang cukup berat. Terutama kalau film orisinalnya banjir respons positif, orang-orang pasti mengharapkan sekuelnya bisa tampil lebih baik dari berbagai segi. Idealnya sih memang seperti itu.

Tapi kenyataan kadang terasa kejam. Nggak sedikit sekuel yang berakhir gagal, baik dari sisi kritik maupun pendapatan. Yup, itu bisa jadi bukti, membikin sekuel dari film sukses tuh kerjaan yang nggak bisa dianggap remeh.

Oleh karena itu, kita wajib mengapresiasi film sekuel yang mampu memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi. Semisal kayak 6 film di bawah ini nih.

1. The Raid 2 (2014)

Sony Picture Classics

Sebagai film laga Indonesia yang berhasil membawa pulang dua penghargaan di ajang Asian Movie Awards, The Raid 2 unggul dari berbagai sisi dari film pertamanya, khususnya dari aspek pengembangan ceritanya yang dikemas lebih dalam. Seperti terlihat dari konfliknya yang lebih kompleks, suatu peningkatan dari The Raid pertama yang cenderung lebih bertumpu pada aksi laganya. Pun dengan karakter-karakternya yang karakterisasinya dibuat lebih beragam.

Ngomong-ngomong, ending The Raid 2 kerasa nanggung, nggak? Semoga suatu hari nanti ini film dibuat lanjutannya deh, penasaran banget soalnya!

2. Toy Story 2 (1996)

Walt Disney Animation

Meskipun semua film Toy Story meraup kesuksesan, sekuel keduanya ini merupakan film yang paling membekas di hati saya. Selain karena film ini melengkapi cerita film pertamanya, karakter-karakternya yang merupakan mainan hidup pun dibuat lebih manusiawi sekaligus sadar kalau mereka itu cuma mainan. Paradoks yang unik, karena saya sebagai penonton jadi merasa lebih terikat dengan apa yang dilakukan dan dipikirkan para karakter di film ini.

Jangan lupakan juga peningkatan kualitas CGI yang lebih oke. Atau penambahan karakter baru seperti Jessie yang gampang disukai penonton, Toy Story 2 seolah melengkapi apa yang kurang dari film pertamanya.

3. Terminator 2: Judgement Day (1991)

TriStar Pictures

Saat muncul di tahun 1984, Terminator dianggap sebagai film fenomenal. Jalinan cerita dan efek visualnya menuai banyak pujian, membuat film tersebut dianggap salah satu film sci-fy terbaik sepanjang masa. Tapi siapa sangka, Terminator ternyata menemukan pesaing kuat dalam wujud sekuelnya yang berjudul Terminator 2: Judgement Day. Mulai dari visual, action, sampai ceritanya, semuanya mengalami peningkatan.

Tapi yang paling nggak disangka-sangka adalah perubahan dari karakterisasi T-800 yang diperankan Arnold Schwarzenegger. Ia yang di film pertamanya merupakan antagonis, berubah menjadi protagonis. Dan perubahan itu dilakukan dengan sangat baik tanpa harus menghilangkan aura badass dari T-800.

4. Thor: Ragnarok (2017)

Marvel Studios

Keputusan yang diambil Marvel Studios ketika menunjuk Taika Waititi untuk menyutradarai Thor: Ragnarok memang terbukti jitu. Waititi-lah yang berhasil mengubah Thor yang awalnya terkesan sebagai karakter super serius, menjadi karakter serius yang punya sisi konyol. Perjudian besar yang untungnya berhasil, karena di komik Marvel sekalipun, Thor itu karakter yang selalu serius dan nggak punya kemampuan melawak.

Nggak hanya Thor malah, hampir semua karakter di Ragnarok mengalami pengembangan yang bersinergi dengan jalan cerita. Perubahan karakterisasi mereka nggak dibuat asal jadi. Bruce Banner contohnya. Dalam film-film MCU sebelumnya, di mana ia berkesempatan buat muncul, Banner digambarkan sebagai orang yang kaku dan canggung. Tapi di Ragnarok, kecanggungannya bisa dimanfaatkan jadi pancingan humor yang pas ketika dipadukan dengan celotehan Thor.

Kalau harus membandingkan Ragnarok dengan dua film Thor sebelumnya, kamu bisa merasakan kalau karakter Thor yang serius itu sangat membosankan. Ampun, Kevin Feige!

5. Star Wars: The Empire Strikes Back (1980)

20th Century Fox

Berkat pengenalan jalan cerita dan setting yang cukup komprehensif di New Hope, Empire Strikes Back berhasil menyempurnakan dan mematangkan jalan cerita di film sebelumnya. Lewat beberapa adegannya yang fenomenal, Empire Strikes Back pun selalu menjadi film yang selalu dikunjungi kembali oleh penonton untuk memperjelas konteks cerita dari film-film setelahnya.

Plusnya lagi, plot twist dan ending dari Empire Strikes Back merupakan yang terbaik dari semua seri Star Wars!

6. The Godfather Part II (1974)

Paramount Pictures

Entah apa yang ada di benak Francis Copolla saat menulis naskah dan menyutradarai The Godfather Part II. Ketika The Godfather pertama aja sukses gila-gilaan, sekuelnya The Godfather Part II lebih sukses sukses lagi dengan mendapat lebih banyak penghargaan dan nominasi Oscar.

Setelah menonton The Godfather Part II, akhirnya saya mengerti kenapa film ini dianggap sekuel yang berhasil. Lewat beberapa adegan kilas baliknya, film ini mampu memberikan kita latar belakang dari Don Vito Corleone muda yang diperankan dengan apik oleh Robert de Niro. Kemampuan akting yang top dari Al Pacino juga sanggup bikin penonton percaya seperti itulah jalan pikiran dan perilaku dari dedengkot mafia kelas kakap.

Apa kamu punya versi lain dari film sekuel yang mengungguli film aslinya?

The post 6 Contoh Ketika Film Sekuel Tampil Lebih Baik dari Karya Orisinalnya appeared first on Selipan.com.

Merunut 9 Film Fast and Furious, Mulai dari yang Kurang sampai Bagus Banget

$
0
0

Setelah kehadiran Hobbs and Shaw di bioskop, saya jadi menyadari sesuatu hal yang menarik. Ternyata film-film franchise Fast & Furious lumayan banyak juga jumlahnya. Selama 15 tahun ke belakang sudah ada sembilan film yang diproduksi. Jumlah film franchise ini malah udah bisa menyaingi Harry Potter ini mah!

Tapi dengan jumlah film sebanyak itu, saya juga menyadari hal lain: Ternyata nggak semua film Fast & Furious itu bagus. Nah setelah memilih dan menimbang, berikut daftar film Fast & Furious dari yang kurang bagus sampai yang bagus banget versi saya.

9. Fast & Furious (2009)

Universal Studios

Walaupun film ini sukses menyelamatkan keseluruhan franchise ini dari nasib berpindah format jadi straight to DVD, pada kenyataannya film ini memang nggak bagus. Faktor yang paling jelas karena penggunaan CGI yang berlebihan dan kurang rapi.

Tata aksinya pun seperti kurang digarap dengan serius. Saya masih belum lupa dengan adegan ketika Dom masih bisa selamat dari tabrakan yang dahsyat. Dia masih hidup lho! Seingat saya ini film action yang karakternya manusia biasa, bukan superhero.

Tapi yaaah, walaupun secara keseluruhan Fast & Furious nggak bagus, kita masih harus berterima kasih pada film ini. Kalau film ini nggak dibuat, mungkin kita nggak akan lagi melihat film-film Fast & Furious selanjutnya.

8. 2 Fast 2 Furious (2003)

Universal Studios

Kalau misalkan saya adalah kurir narkoba kelas kakap, saya pasti akan melakukan tugas dengan sebaik dan serahasia mungkin. Yang saya angkut narkoba lho, bukan bahan baku cireng atau cimol.

Maka dari itu saya nggak habis pikir dengan logika karakter antagonis di film ini. Dia memindahkan barang seperti narkoba menggunakan kendaraan yang bentuk dan warnanya mencuri perhatian. Ambyar dong. Itu yang saya rasa kenapa 2 Fast 2 Furious jadi kurang bagus. Detail ceritanya terlalu konyol.

Tapi ya sudahlah, setidaknya film ini memperkenalkan duo karakter humor Tej dan Roman yang bakal membuat seri-seri film berikutnya lebih menghibur.

7. The Fast and the Furious: Tokyo Drift (2006)

Universal Studios

Mau mulai dengan alasan yang paling singkat kenapa Tokyo Drift ada di nomor 7? Gampang. Brian dan Dom nggak muncul di film ini.

Sebenarnya Dom muncul sebagai cameo. Tapi seri Fast & Furious sudah terlanjur lekat dengan dua karakter tersebut. Jadi saat mereka nggak ada, terasa ada yang kurang banget sama film ini.

Belum lagi gimmick balapan drift yang jadi salah satu poin utama di film ini sebenarnya nggak terlalu berpengaruh sama keseluruhan jalan ceritanya. Tapi untungnya ada Keiko Kitagawa di film ini. Dia lumayan menyejukkan kekesalan yang ada di hati saya lah. #Iya #Bisa

6. The Fate of the Furious (2017)

Universal Studios

The Fate of the Furious merupakan film pertama di mana karakter Hobbs yang dimainkan Dwayne “The Rock” Johnson pertama kali muncul. Kehadirannya seperti memberikan arah baru untuk jalan cerita yang akan dituju di film-film berikutnya di franchise ini. Aksi The Rock sebagai supercop memang patut diacungi jempol.

Tapi sebagai salah satu franchise film yang sangat setia terhadap kesinambungan ceritanya, seri Fast & Furious terasa agak kesulitan untuk mengembangkan jalan cerita yang “masuk akal”. Kamu akan mengerti maksud “masuk akal” lewat penjelasan di poin berikutnya.

5. Hobbs and Shaw (2019)

Universal Studios

Fiksi ilmiah. Mungkin itulah arah yang akan dituju oleh franchise Fast & Furious ke depannya. Karakter penjahatnya saja berbentuk manusia super dengan tugas untuk menghancurkan peradaban manusia.

Malah ada kabar katanya franchise ini memang merencanakan untuk membuat film yang berlatar di luar angkasa. Sangat disayangkan, padahal film-film Fast & Furious sudah cocok di skala jalanan. Tapi secara keseluruhan, Hobbs & Shaw lumayan menghibur kok.

4. Furious 7 (2015)

Universal Studios

Kepergian Paul Walker memang jadi ujian yang berat untuk franchise Fast & Furious. Sebelum menyelesaikan proses syuting untuk film ini, Paul meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Tapi hal itu nggak membuat produksi film ini berhenti di tengah jalan. Malahan hasil akhir Furious 7 bisa dikatakan cukup memuaskan, terutama dari aspek action yang sangat kolosal sampai koreografi  yang dipoles secara asyik.

Tapi tetap saja adegan saat Dom dan Brian menyetir ke arah yang berbeda lumayan berbekas di hati saya. Sedih cuy.

3. Fast and Furious 6 (2013)

Universal Studios

Saya masih yakin dengan konsep, “Sejelek apa pun suatu film, kalau menghibur, itu film tetap bisa dibilang bagus.” Dan saya terapkan juga pemikiran itu terhadap film yang satu ini. Walaupun secara detail adegan dan pemilihan karakter antagonisnya terkesan nggak ada yang spesial, saya sangat terhibur dengan aksi konyol duo Tej dan Roman di film ini. Semua dialog mereka terasa sangat mulus dan lucu.

Selain itu, aksi kolaborasi Hobbs dan Dom saat melawan penjahat juga jadi favorit saya dari film ini. Ikonik cuy!

2. The Fast and The Furious (2001)

Universal Studios

Aaah, karya pertama memang selalu paling berkesan ketimbang karya-karya setelahnya. Sama halnya dengan The Fast and The Furious yang jadi titik tolak dari seluruh seri film Fast & Furious.

Keunggulan dari The Fast and The Furious saya rasa ada di bagian plotnya yang masuk akal dan settingnya yang sangat jalanan. Terasa gahar banget gitu.

Oh, satu lagi yang paling penting. Ini film yang paling setia dalam menggunakan balapan sebagai kunci utama jalan ceritanya. Kalau kamu perhatikan di film-film berikutnya, plot balapan udah kayak pemanis saja.

1. Fast Five (2011)

Universal Studios

Fast Five ini kayak semacam film yang membuat saya kembali yakin kalau franchise Fast & Furious masih bakalan seru ke depannya. Film ini sanggup memenuhi semua ekspektasi saya (sebelum akhirnya kecewa lagi dengan sekuel-sekuelnya). Jajaran karakternya sangat memuaskan, aksi berantem Vin Diesel melawan The Rock yang epic banget, dan dialog-dialognya pun sangat berkelas. Semua itu terangkum di Fast Five.

Meskipun saya sendiri pesimis film-film terbaru dari franchise Fast & Furious nggak akan sebagus Fast Five atau The Fast and The Furious, saya masih bakal mengikuti perkembangan terbaru dari franchise ini. Gimana kalau kamu? Masih tertarik untuk mengikuti Fast & Furious?

The post Merunut 9 Film Fast and Furious, Mulai dari yang Kurang sampai Bagus Banget appeared first on Selipan.com.

Pesan Moral Terselubung untuk Penonton ABG dalam Film Weathering With You

$
0
0

Jika ada satu hal yang mempertalikan film-film drama romantis, itu adalah pengorbanan yang dilakukan karakter utamanya untuk orang yang dicintainya. Ambil contoh di film Wedding Singer atau City of Angels. Di film yang disebut terakhir, Nicholas Cage bahkan rela melepaskan status pekerjaannya sebagai malaikat demi bisa hidup bersama manusia yang ia cintai.

And that’s, the power of love, dude! Kekuatan cinte!

Konsep cerita cinta seperti itu memang lumrah sih, nggak ada salahnya buat digunakan. Toh, cinta itu seringkali memang butuh banyak pengorbanan.

Tapi apa jadinya kalau pengorbanan cinta itu nggak hanya berdampak pada kehidupan karakter utamanya doang? Bagaimana kalau misalnya, penduduk satu kota ikut terkena dampak dari perbuatan si karakter utama? Hal itulah yang saya tangkap saat menonton Weathering With You, film anime terbaru dari Makoto Shinkai (5 Cm Per Second, The Garden of Words, Your Name).

Toho

Sama seperti Your Name, Weathering With You masih memberikan visual yang sangat memanjakan mata lewat pilihan warna dan animasi yang ciamik. Jalan ceritanya pun sekilas terlihat mirip; berkutat di seputar percintaan antara dua remaja. Poin pembedanya ada di konflik percintaan yang lebih pelik dan rumit di Weathering With You. Karena, seperti yang saya bilang, konflik antara dua karakter utamanya melibatkan nasib banyak orang.

Biar kebayang kayak gimana gambaran besar konfliknya, saya ceritakan dulu deh jalan cerita utama dari Weathering With You. Di film tersebut, Tokyo sedang mengalami perubahan cuaca yang drastis. Tokyo yang seharusnya sudah memasuki musim panas malah tak henti-hentinya diguyur hujan deras. Bahkan ada satu titik ketika Tokyo diramalkan akan tenggelam jika hujan tak lekas berhenti. Ngeri juga tuh.

Singkat cerita, kita akan diperkenalkan pada Hina, cewek yang punya kemampuan untuk menghentikan hujan dengan cara berdoa. Tapi semakin sering dia menggunakan kemampuan ajaibnya, tubuhnya akan semakin lemah. Dan lambat laun, cuaca di Tokyo pun akan semakin kacau.

Di sisi lain, kita juga akan dikenalkan pada Hodaka, cowok yang sangat mencintai Hina.

“Aduh, Gustiii, jemuran kapan keringnya kalau hujan terus?”/Toho

Saat film menginjak akhir durasi, terungkaplah fakta kalau satu-satunya cara untuk menghentikan hujan deras yang mengguyur Tokyo adalah dengan mengorbankan Hina kepada langit. Di sinilah puncak konflik percintaan muncul, di mana Hodaka nggak mau kehilangan gadis pujaannya itu. Hodaka nggak peduli kalau Tokyo terus diguyur hujan deras. Dia juga nggak peduli kalau Tokyo tenggelam oleh banjir. Yang ada di otaknya hanyalah Hina, Hina, dan Hina.

Sementara di sisi lain, Hina sendiri sesungguhnya rela mengorbankan diri demi menghentikan hujan. Yang ada dalam pikirannya hanyalah keselamatan dari penduduk kota dan Hodaka.

Kira-kira apa yang akan kamu lakukan jika ada di posisi Hina atau Hodaka?

Dilema pengambilan keputusan bagi seorang remaja

Menurut penelitian psikologis, kemampuan remaja untuk memproses suatu masalah dan mengambil keputusan masih sangat impulsif. Itu artinya, banyak remaja yang mengambil keputusan berdasarkan pengaruh intuisi dan emosi belaka. Saya mengambil kata “banyak” ya, bukan “semuanya”.

Terlepas dari kemampuan ajaibnya, Hina juga merupakan remaja biasa. Sama halnya dengan Hodaka. Mereka berdua merupakan contoh remaja yang bisa kamu temukan dengan gampang dalam keseharian.

Nggak ada kakek atau nenek yang gaya makannya kayak gini ‘kan? Ya, mereka berdua masih remaja/Toho

Dengan karakter utama yang masih belia, konflik percintaan di Weathering With You sekilas memang terlalu sulit untuk dihadapi Hodaka dan Hina. Keputusan yang mereka ambil akan melibatkan nasib banyak orang. Dan itu bukan beban yang bisa ditanggung dengan enteng oleh rata-rata remaja.

Meskipun, dalam kasus ini, Hina lebih menunjukkan kedewasaannya dengan mengorbankan diri demi nasib penduduk Tokyo. Ia mau berkorban demi nyawa banyak orang lho, bahkan orang-orang yang sama sekali nggak dikenalnya. Dengan kata lain, Hina lebih mengandalkan logika ketimbang emosi saat mengambil keputusannya itu.

Lain ceritanya dengan Hodaka. Keputusannya untuk tetap menyelamatkan Hina dan membiarkan Tokyo tenggelam sangat egoistis. Menurut saya, Hodaka adalah contoh bagus dari tipe orang yang lebih mementingkan emosi ketimbang logika saat bertindak.

“Jadi, kalau kata kamu, Hodaka itu jahat? Apa keputusan yang diambilnya merupakan langkah yang buruk?”

Toho

Nggak begitu juga. Dunia ini terlalu kompleks untuk dinilai berdasarkan kategori jahat dan baik, hitam dan putih doang. Banyak hal di dunia ini yang masuk dalam wilayah abu-abu. Bahkan orang dewasa pun bisa bertindak dengan lebih mementingkan emosi dan egoismenya di saat-saat genting. Jadi, tentu kita nggak bisa serta-merta menyalahkan Hodaka yang lebih mengutamakan keinginan dirinya sendiri ketimbang keselamatan orang lain. Sekalipun menurut logika, kita harus lebih mementingkan kemaslahatan hidup orang banyak ketimbang diri sendiri.

Justru itulah bagusnya karya seperti film Weathering With You. Film ini nggak langsung menghakimi orang kayak Hodaka itu jahat. Kita diajak mempertanyakan dan berpikir, lalu mencoba menginterpretasi apa yang Makoto Shintai coba tunjukkan melalui tindakan-tindakan para karakternya.

Menurut kamu sendiri gimana?

Secara kualitas keseluruhan, Weathering With You nggak semenarik karya Makoto Shintai sebelumnya, Your Name. Malahan, ini film terlalu mirip sama Your Name.

Biarpun begitu, banyak aspek-aspek yang layak buat kamu perhatikan dalam film ini. Salah satunya, ya soal pesan moral yang masuk dalam ranah abu-abu seperti yang dibahas dalam artikel ini.

The post Pesan Moral Terselubung untuk Penonton ABG dalam Film Weathering With You appeared first on Selipan.com.

7 Film Romantis yang Terinspirasi dari Kisah Cinta Dua Sejoli di Dunia Nyata

$
0
0

Saat menonton film-film bergenre romantis, saya sering merasa banyak film seperti itu yang ceritanya terlalu manis untuk jadi kenyataan. Asli deh, saya agak skeptis. Ada gitu yah konflik percintaan yang sebegitu peliknya, kayak yang sering tersirat di jalan cerita film romantis. Mustahil deh di dunia nyata mah.

Tapi setelah mencari informasi ke sana ke mari, ternyata ada lho beberapa film romantis yang benar-benar terinspirasi atau bersumber dari kisah romansa antara dua sejoli di dunia nyata. Meskipun, yang namanya film pasti mengandung bumbu-bumbu dramatisasi, biar konfliknya makin gereget.

Film yang pertama adalah…

1. The Theory of Everything (2014)

Universal Studios

Secara garis besar, film yang dibintangi oleh Eddie Redmayne ini menceritakan tentang kisah hidup Stephen Hawking, ilmuwan legendaris di bidang astrofisika. Tapi di The Theory of Everything, kamu nggak akan cuma nontonin Stephen Hawking belajar. Di film ini kamu juga bakalan disuguhi kisah percintaan antara Hawking dan perempuan yang ia cintai di masa kuliahnya, Jane Wilde.

Film ini mengambil referensi dari buku karya Jane yang berjudul Travelling to Infinity: My Life with Stephen. Buku itu berisi tentang kenangan-kenangan seputar perjalanan kisah cintanya bersama Hawking di masa lalu. Beberapa plot dari bukunya digambarkan dengan baik di filmnya, seperti adegan ketika Jane dan Hawking bertengkar mengenai masalah kepercayaan mereka. Tapi yang paling menyayat hati sih, saat Jane merasa terbebani dengan kondisi fisik Hawking yang semakin memburuk. Ujian cinta level hard itu mah, cuy.

2. A Beautiful Mind (2001)

Universal Studios

Mengambil inspirasi dari kisah cinta nyata antara seorang ilmuwan yang memenangkan penghargaan Nobel dan istrinya, A Beautiful Mind bakal menguji hati dan rasa simpatimu.

Diceritakan seorang ahli matematika bernama John Forbes Nash Jr. mengalami gangguan skizofrenia akut tanpa ia sadari. Tapi efek dari penyakit tersebut belum terlihat ketika John bertemu dengan istrinya, Alicia. Sampai akhirnya, di tengah-tengah kehidupan pernikahan mereka, penyakit John mulai memberikan imbas buruk kepada karier dan rumah tangga mereka berdua.

Karena sudah terlalu cinta dengan John, sang istri pun tidak menyerah dan terus berusaha demi suaminya. Cinta memang bisa mengalahkan segalanya. Hiks.

3. 50 First Dates (2004)

Sony Pictures

Di dalam hidup, pasti ada beberapa momen yang nggak sengaja kita lupakan. Tapi gimana jadinya kalau setiap hari ingatan kita terhapus begitu saja? Kondisi seperti itulah yang dialami oleh Lucy (Drew Barrymore) di film 50 First Dates.

Lucy mengidap suatu jenis amnesia yang langka, sehingga ia selalu lupa apa yang terjadi dalam satu tahun belakangan. Hal itu jadi tantangan berat bagi Henry (Adam Sandler) untuk membuat Lucy selalu ingat padanya dan tetap mencintainya.

Cerita cinta yang terdengar nggak mungkin itu konon terinspirasi dari kisah Michelle Philpots. Setelah mengalami dua kali kecelakaan mobil di tahun 1994, Michelle mulai mengalami kondisi yang mirip dengan Lucy. Tapi beda dengan Lucy, sebelum mengidap amnesia, Michelle sudah bertemu dengan Ian, pria yang kelak jadi suaminya. Meskipun sudah saling kenal, tetap saja Ian harus sering-sering meyakinkan Michelle kalau mereka udah menikah. Kalau nggak, Michelle bakalan kebingungan kenapa ia selalu terbangun dan melihat Ian tertidur di sebelahnya.

Salut deh buat Ian, kuat dan penyabar banget.

4. Walk the Line (2005)

20th Century Fox

Selain berhasil menjadi film biopik keren tentang seorang legenda musik, film pemenang Oscar 2006 untuk kategori Aktris Terbaik ini juga punya cerita percintaan yang mampu membuat hati cenat-cenut nggak karuan. Pilu banget pokoknya.

Joaquin Phoenix dan Reese Witherspoon memerankan pasangan penyanyi country legendaris, Johnny Cash dan June Carter Cash. Seperti yang digambarkan di filmnya, mendiang Johnny Cash memang punya masalah dengan alkohol dan narkoba semasa hidupnya. Kecanduannya terhadap dua benda haram itulah yang membuat sifatnya begitu keras dan sulit diatur. Selain itu, kisah percintaannya dengan June Carter memang sudah suram dari awal. Soalnya, saat Johnny mulai PDKT sama June, status Johnny masih beristri. Salah udahhhh.

5. Cleopatra (1963)

20th Century Fox

Dengan menyandang status sebagai salah satu film romantis terbaik sepanjang masa, Cleopatra terbukti sukses mengadaptasi kisah cinta legendaris dari masa Romawi dengan ciamik.

Film ini akan mengajakmu menyusuri cerita cinta sang ratu Mesir dengan Marc Antony, sang jenderal perang Romawi. Karena kedua tokoh tersebut merupakan sosok yang penting bagi negara mereka masing-masing, Cleopatra dan Marc pun harus menghadapi konsekuensi dari hubungan cinta yang mereka jalani.

Hmmm. Cinta memang kadang membawa malapetaka.

6. Southside with You (2016)

Miramax

Dari sekian banyak film yang mengangkat kehidupan nyata seorang presiden, Southside with You menyimpan keunikan tersendiri lewat pengambilan sudut pandang dan setting waktu yang spesifik, yakni momen kencan pertama dari mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dengan istrinya, Michelle Obama.

Film ini lumayan jauh dari stereotip film romantis yang terkesan menye-menye. Malahan, porsi adegan pemancing senyumnya lebih banyak ketimbang adegan-adegan yang bakal bikin hati kembang kempis. Masuk akal sih, soalnya mengingat setting film ini mengambil waktu ketika mereka masih muda, jadi kontennya terasa lebih ringan dibanding kebanyakan film-film romantis lainnya.

7. Eat Pray Love (2010)

Columbia Pictures

Di Indonesia, mungkin Eat, Pray, Love lebih terkenal karena salah satu plotnya mengambil latar tempat di Pulau Dewata Bali. Tapi tahu nggak, kalau perjalanan yang dilakukan karakter utama di film ini ternyata memang berdasarkan pengalaman nyata dari seorang wanita yang mencari cinta?

Seperti yang digambarkan di filmnya, sang karakter utama dan penulis buku aslinya, Elizabeth Gilbert, melakukan perjalanan ke beberapa negara setelah bercerai dengan suaminya yang terdahulu. Gilbert memutuskan untuk mencari arti hidup dan cinta dengan berpetualang ke beberapa negara, sebelum akhirnya, ia menemukan seseorang yang baru untuk dicintai.

Memang nggak ada habisnya kalau membicarakan cinta. Apalagi kayak cerita-cerita nyata nan unik seperti yang diadaptasi oleh 7 film di atas, kadang sulit untuk dipercaya. Tapi yaaa, kadang kenyataan memang lebih aneh dari cerita fiksi.

The post 7 Film Romantis yang Terinspirasi dari Kisah Cinta Dua Sejoli di Dunia Nyata appeared first on Selipan.com.


10 Aktor Hollywood yang Rela Dibayar Kecil untuk Peran yang Bikin Mereka Terkenal

$
0
0

Berapa sih pendapatan yang diperoleh aktor papan atas dalam satu film?

Beda dengan nilai kontrak pesepakbola atau “artis” Tik Tok, kita cenderung jarang dapat kabar tentang besaran nilai kontrak aktor. Tapi, jika kita lihat  penampilan mewah plus ingar-bingar kehidupan dari aktor-aktor Hollywood, kita bisa menebak penghasilan yang didapat mereka sangatlah besar. Belum lagi kalau aktor tersebut sering main iklan, punya bisnis, atau nyambi jadi artis Tik Tok (kebayang Morgan Freeman main Tik Tok?).

Menurut Hollywood Reporter, sebagian besar aktor yang mendapat predikat sebagai “A-List celebrity” rata-rata mendapat penghasilan sebesar $15 juta (sekitar Rp213 miliar) untuk setiap film yang mereka mainkan. Itu perhitungan pukul rata, karena nilai tersebut masih bisa meningkat. Contohnya saja Dwayne Johnson dan Jennifer Lawrence yang pernah mendapat hingga $20 juta (sekitar Rp284 miliar).

Meskipun begitu, ada juga kok aktor yang memperoleh pendapatan yang sangat kecil kalau diukur dari pendapatan rata-rata aktor Hollywood. Padahal keuntungan yang diperoleh film yang mereka bintangi sangatlah besar. Tengok saja bayaran yang didapat 10 aktor ini. Bahkan upah yang mereka terima nggak sebanding dengan peran yang mereka mainkan.

1. Katie Featherston dan Micah Sloat di Paranormal Activity

via filmcomment.comtap

Paranormal Activity dikenal sebagai film horor yang bermodal pas-pasan. Untuk produksinya saja cuma makan biaya $15.000 atau sekitar Rp213 juta jika mengacu ke kurs saat ini. Tapi keuntungan yang didapatnya dong… sampai menembus angka $200 juta (sekitar Rp2,8 triliun)!

Wow, kira-kira aktornya dapat berapa ya? Pasti kamu nggak nyangka sama jawabannya deh.

Yup, uang yang masuk ke kantong dua aktor utama film ini cuma berkisar $500 (sekitar Rp7 juta). Jumlah segitu mungkin bakal habis dipakai bayar satu-dua bulan kostan yang ada AC dan kamar mandi dalam. Untungnya mereka diberi kesempatan untuk negosiasi ulang setelah melihat kesuksesan yang diraih Paranormal Activity.

2. Hilary Swank (Boys Don’t Cry)

via blu-ray.com

Hilary Swank mungkin nggak mengira kerja keras serta akting apiknya dalam memerankan sosok Brandon Teena di Boys Don’t Cry bakal membawanya meraih penghargaan Oscar sebagai Aktris Terbaik di tahun 2000.

Meskipun demikian, penghargaan yang ia terima nggak sebanding dengan jumlah pundi-pundi yang diterimanya dari film tersebut. Swank hanya dibayar $3.000 (sekitar Rp42,6 juta).

3. Harrison Ford (Star Wars Episode IV: A New Hope)

via cheatsheet.com

Siapa sih yang nggak kenal dengan Han Solo? Hmm, kamu nggak kenal? Payah…

Walaupun karakter ini pernah diperankan oleh Alden Ehrenreich di Solo: A Star Wars Movie, tapi sosok Solo yang begitu karismatik dan flamboyan nggak bisa terlepas dari diri Harrison Ford.

Dan jika kamu pengin tahu nilai kontrak yang diterima aktor ini di Star Wars: A New Hope, ia hanya menerima $10.000 (sekitar Rp141 juta). Angka ini memang masih wajar jika melihat kiprah Ford pada saat itu yang masih merupakan wajah baru di dunia perfilman.

4. Daisy Ridley dan John Boyega (Star Wars Episode VII: The Force Awakens)

via bustle.com

Sama halnya seperti Harrison Ford, Star Wars kayaknya lebih suka mengorbitkan aktor baru. Lihat saja dua aktor asal Inggris ini yang langsung mendapat peran utama di film sekuel, Star Wars: The Force Awakens. Ditambah lagi, upah yang diperoleh keduanya dari film tersebut hanya berkisar $100.000 (Rp1,4 miliar) dan $300.000 (Rp4,2 miliar).

5. Ryan Gosling (Half Nelson)

via nytimes.com

Aktor yang pernah tampil di Blue Valentine (2010), La La Land (2016), dan Blade Runner 2049 (2017) ini jelas nggak bisa dianggap remeh kemampuan aktingnya. Bahkan di film Half Nelson, perannya sebagai seorang guru dan juga pecandu narkoba berhasil membawa dirinya masuk nominasi sebagai aktor terbaik di ajang Oscar tahun 2006.

Pencapaian dari Gosling nggak bikin dirinya menjadi aktor termahal pada saat itu. Gosling bahkan hanya memperoleh bayaran $1.000 (sekitar Rp14,1 juta) per pekan untuk berakting di film itu.

6. Jeff Daniels (Dumb and Dumber)

via youtube.com

Memerankan sosok pria bodoh dan kekanak-kanakan tentu bukan persoalan yang sulit bagi Jeff Daniels. Apalagi bayaran yang dia dapat dari perannya tersebut cukup besar pada saat itu, yakni $50.000 (sekitar Rp709,9 juta).

Tapi tunggu sebentar. Coba kita dengar dulu berapa bayaran yang diterima rekan duet Jeff di Dumb and Dumber, Jim Carrey. Atas perannya yang lebih bodoh, Jim Carrey dibayar $7 juta (sekitar Rp99,4 miliar).

Saya jadi curiga kalau semakin bodoh peran yang didapat seorang aktor, nilai kontrak yang didapat justru makin besar. Hmm… harus diselidiki kayaknya nih!

7. Gal Gadot (Wonder Woman)

via uproxx.com

Dibandingkan dengan beberapa film yang dibuat oleh DC, kamu pasti setuju kalau film yang dibintangi oleh Gal Gadot ini adalah film adaptasi komik DC yang paling keren. Untuk mengapresiasi usaha Gadot, pihak produser tentu wajib membayar upah yang diterima Gadot di film tersebut, yakni $300.000 (sekitar Rp4,3 miliar).

Jumlah yang cukup fantastis ‘kan? Apalagi kalau dikonversi ke rupiah.

Tapi sayangnya, upah yang diterima Gadot nggak ada apa-apanya jika dibandingkan nilai kontrak yang diterima Ben Affleck untuk perannya sebagai Bruce Wayne di film Batman v Superman. Di film itu, Affleck mendapat $43 juta (Rp610,5 miliar).

8. Mel Gibson (Mad Max)

via amazon.com

Nggak jauh beda dengan apa yang dialami oleh Ford, Mel Gibson pertama kali mulai dikenal secara luas lewat perannya sebagai Max Rockatansky di film seri Mad Max. Gibson bahkan sukses membintangi dua sekuel lanjutannya sebelum Tom Hardy menggantikan dirinya di Mad Max: Fury Road (2015).

Berkat aktingnya sebagai Ksatria Jalanan yang cukup brutal di film itu, Gibson hanya menerima upah sebesar $15.000 (sekitar Rp212,9 juta).

9. Sean Astin (The Lord of the Rings)

via fanpop.com

Aktor yang berperan jadi teman berpetualang Frodo Baggins di Middle-Earth ini berhasil menyabet banyak penghargaan lewat film LotR. Sean Astin pernah mendapat penghargaan sebagai pemeran pendukung di Chicago Film Critics Association dan Saturn Award.

Namun, jika bicara tentang penghasilan yang diperoleh Astin dari LotR, ia hanya meraup $250.000 (sekitar Rp3.5 miliar) lewat perannya di keseluruhan trilogi. Nilai kontrak yang didapat Astin memang terhitung kecil, apalagi jika kita melihat bujet yang dikeluarkan New Line Cinemas sebesar $281 juta (sekitar Rp3,9 triliun).

10. Chris Evans (Captain America: The First Avenger)

via theplace2.ru

Sebagai salah satu aktor yang dapat peran sebagai anggota awal Avengers, Chris Evans memperoleh upah $200.000 (sekitar Rp2,8 miliar) di film perdananya.

Tapi jika kita membandingkannya dengan bayaran $500,000 (Rp7 miliar) yang diterima Robert Downey Jr. di film Iron Man, pendapatan yang diterima Evans jelas kelihatan mini. (Dan itu mungkin jadi alasan tersembunyi kenapa perpecahan Avengers terjadi di Civil Wars).

Bagaimana menurut kamu tentang nilai gaji yang diterima oleh para aktor di atas? Apa nominal gaji yang diterima aktor tersebut wajar atau nggak?

Sumber: Boredom Therapy

The post 10 Aktor Hollywood yang Rela Dibayar Kecil untuk Peran yang Bikin Mereka Terkenal appeared first on Selipan.com.

15 Anime Action Terbaik nan Sengit selain One Piece dan Dragon Ball

$
0
0

One Piece, Naruto, dan Dragon Ball. Semua orang yang suka anime pasti setuju kalau tiga karya tersebut pantas dimasukkan dalam daftar anime action terbaik sepanjang masa. Tapi di sisi lain, tiga anime itu juga termasuk ke dalam kategori shounen – kategori yang diperuntukkan buat anak kecil dan remaja. Sedangkan Selipan merupakan situs yang ditujukan buat pembaca dewasa muda umur 18 tahun ke atas. Jadi otomatis dong, rekomendasi anime yang dipilih pun kebanyakannya dikhususkan buat orang dewasa. (Meskipun sebenarnya, kami juga masih suka nonton One Piece dan Naruto).

Karena itu pula di artikel ini kami bakal membahas 15 anime action terbaik khusus pemirsa dewasa.

1. Btooom!

Sentai Filmworks

Ryota Sakamoto adalah gamer top peringkat yang masuk peringkat 10 besar di game online paling populer sedunia. Tapi di balik kejeniusannya di dunia virtual, Sakamoto ternyata seorang pengangguran yang selalu membentak dan menyiksa ibu dan ayah tirinya. Kalau mau diringkas, Sakomoto itu anak yang brengsek. Dan ibunya Sakamoto berpikir, anaknya yang nggak tahu diri itu layak dinominasikan buat ikut game survival, di mana pesertanya bakal dikirim ke pulau terpencil dan diminta untuk saling membunuh satu sama lain.

Yup, Btooom! merupakan anime action terbaik yang bertemakan battle royale. Tapi keunikan dari anime ini terletak di senjata yang digunakan. Para peserta diharuskan untuk saling membantai dengan memakai berbagai tipe bom canggih. Udah bisa ketebak, kamu bakal menemukan banyak potongan tubuh berserakan di dalam anime ini.

Nggak hanya kental dengan unsur action dan gore (dan fan service), Btooom! pun menyediakan perkembangan karakter yang bagus. Kamu bakal melihat perkembangan emosi Sakamoto, dari yang awalnya hanya seorang cowok brengsek, menjadi pria yang bisa diandalkan untuk membantu timnya bertahan hidup di alam liar yang dipenuhi komodo.

2. Kingdom

Funimation

Ini anime yang cocok ditonton penyuka aksi, drama, perang, dan sejarah, terutama sejarah dari negeri Tiongkok saat periode negara-negara berperang (warring states period). Melalui anime ini juga kamu bakal menemukan kisah perjalanan Qin Shi Huang, kaisar pertama Dinasti Qin sekaligus pemersatu negeri Tiongkok yang saat itu terbagi dalam tujuh kerajaan.

Tapi ada satu karakter utama lain yang menarik buat diikuti di Kingdom. Karakter itu bernama Xin alias Li Xin, jenderal yang punya peran dalam ambisi Qin Shi Huang menyatukan seluruh negeri.

Memang ada unsur dramatisasi dan perbedaan kentara antara anime ini dan sejarah aslinya. Tapi jangan biarkan hal itu menghalangi kamu untuk menikmati suguhan cerita Kingdom. Setiap pertempurannya selalu berskala besar lagi sengit. Jangan ragukan pula adegan aksinya yang melibatkan sabet-menyabet pedang, tombak, dan golok secara intens. Plusnya lagi, strategi perang yang ada di anime ini sering melibatkan plot twist yang nggak disangka-sangka.

Dijamin deh, kalaupun kamu termasuk orang yang penyabar, pada akhirnya kamu pasti selalu dibuat nggak sabar untuk nonton episode berikutnya dari Kingdom.

3. Inuyashiki

Amazon

Protagonis dari anime ini adalah orang tua yang rambutnya udah memutih. Kehidupannya pun kelihatan menyedihkan. Pertama, ia nggak dianggap sama istri dan anak-anaknya sendiri. Kedua, ia mengidap kanker yang bikin hidupnya nggak lama Lagi. Ketiga, punggungnya selalu pegal. Keempat, mukanya kelihatan tua banget. Meskipun umurnya baru 58 tahun, mukanya kayak udah 85 tahun. Sedih banget pokoknya.

Tapi di suatu malam, orang tua bernama Inuyashiki Ichiro ini mendapat anugerah berupa kekuatan super saat ia kebetulan lagi ngaso di taman kompleks perumahan. Berkat anugerah itu pula, tubuhnya jadi bisa diubah jadi senjata canggih nan mematikan. Dan sebagai orang tua yang hidupnya nggak lama lagi, Inuyashiki tanpa ragu menggunakan kekuatan barunya itu untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Yaah, intinya sih dia jadi superhero.

Tapi kehadiran superhero rasanya masih belum lengkap kalau nggak ada lawan sebanding. Di sinilah Shigishami Hiro mengisi perannya sebagai penjahat psikopat yang punya kekuatan sama dengan Inuyashiki.

Selanjutnya izinkan saya untuk menutup poin ini dengan pertanyaan dan pernyataan klise yang biasanya muncul di sinopsis film superhero. Bisakah Inuyashiki menyelamatkan dunia? Dari manakah sumber kekuatan supernya itu berasal? Kamu hanya bisa mendapat jawabannya di Inuyashiki.

4. Mirai Nikki (Future Diary)

Funimation

Manga kedua yang bertemakan battle royale nih. Cerita dalam anime ini dimulai dari Yukiteru Amano, seorang murid SMP yang…

Sebentar, sebelum kita lanjut, kami punya satu pertanyaan soal komik dari Jepang. Kenapa ya komikus jepang suka banget memakai karakter utama anak SMP, bahkan jika genre komiknya action/manga/thriller? Menurut kami itu kurang realistis. Di manga dan anime Cage of Eden, anak-anak SMP bahkan bisa menang melawan dinosaurus! Dinosaurus!

Tapi terserahlah. Whatever.

Jadi Mirai Nikki ini menceritakan tentang Yukiteru Amano, anak penakut yang mendapat buku harian sakti. Kenapa disebut sakti? Karena buku harian itu bisa menerawang masa depan. Tapi sebenarnya, buku itu nggak diberikan pada Yukiteru secara cuma-cuma. Selanjutnya Yukiteru harus berpartisipasi dalam survival game yang dirancang Dewa Ruang dan Waktu.

Apa yang bikin manga ini unik adalah karena kehadiran karakter Yuno Gasai, satu peserta lain dari survival game yang rela melindungi Yukiteru si penakut. Oh ya, ngomong-ngomong Yuno itu psikopat gila yang bisa membantai orang tanpa rasa bersalah sama sekali. Dia juga terobsesi habis-habisan sama Yukiteru.

5. Psycho-pass

Funimation

Jepang di abad 22 (abad ketika Doraemon lahir) telah berubah menjadi negeri di mana kebebasan dibatasi, khususnya bagi para kriminal. Setiap warga negara nggak bisa dengan bebas memikirkan rencana untuk melakukan aksi kejahatan, kerena negara telah menerapkan sistem yang mengharuskan warganya untuk dicek kondisi mentalnya. Sekalinya ada warga biasa yang ketahuan memiliki niat jahat, dia bisa ditangkap oleh aparat (yang katanya merupakan) penegak hukum.

Lalu apa sih yang membuat suatu tindakan bisa disebut aksi kejahatan atau kriminalitas? Apa yang membuat seseorang bisa disebut sebagai kriminal?

Menonton anime ini, tiba-tiba aja saya bertanya seperti itu. Karena bukankah suatu kelompok penguasa bisa aja menyebut kelompok lain kriminal jika kepentingan mereka terganggu? Begitu pula karakter utama Psycho-pass, Akane Tsunemori, yang mempertanyakan apa arti “keadilan” yang selama ini ia junjung selama bertugas sebagai kaki tangan aparat hukum.

Anime ini mengangkat topik yang tergolong agak berat. Tapi dengan balutan adegan action yang penuh kekerasan sekaligus memikat, topik yang berat itu pun bakalan asyik buat kamu ikuti.

6. Rurouni Kenshin (Samurai X)

Aniplex

Jika kamu pencinta anime yang sekarang berumur 24 tahun lebih, tapi kamu nggak tahu Samurai X, kayaknya masa kecil kamu kurang lengkap tuh. Jika kamu termasuk generasi Z, kami masih bisa maklumi lah.

Apalagi yang harus kami ceritakan soal Samurai X? Ini adalah anime yang lagu pembukanya selalu kami tunggu-tunggu. Ini adalah anime yang karakter utamanya bikin kami mikir betapa gagahnya samurai.

Meskipun begitu, mari kita kenalan (lagi) sama karakter utamanya, Kenshin Himura. Ia adalah samurai pengelana yang udah meninggalkan jalan hidupnya sebagai pembantai. Namun pengembaraannya itu mesti terhenti pada suatu hari, tatkala ia membantu Kamiya Kaoru yang tengah melawan penjahat. Setelah mengetahui kalau Kenshin merupakan mantan pembantai ulung, Kaoru pun menawarkan Kenshin untuk tinggal di rumahnya. Tapi masa lalu Kenshin yang kelam selalu menghantui dan memaksanya untuk mengeluarkan lagi pedangnya.

Sebagai anime berlatar sejarah, Samurai X juga bisa mengajarkan kita sedikit tentang sejarah Jepang: akhir dari Tokugawa Shogun, Shinsengumi, Restorasi Meiji, sampai masa-masa awal peralihan Jepang menjadi negeri industrialis. Tapi di atas segalanya, Samurai X mengajarkan kita kalau pertempuran pedang antara samurai dengan samurai, atau samurai dengan ninja itu sangat memanjakan mata.

7. Shingeki no Kyojin (Attack on Titan)

Funimation

Ini mungkin anime yang paling populer dalam daftar ini. Attack on Titan pun merupakan anime action yang nggak jarang didaulat sebagai yang terbaik oleh banyak orang. Jadi, sekali lagi, kalau kamu ngaku pencinta anime tapi nggak tahu apa itu Attack on Titan… oke, saya bakal jelaskan di sini.

Intinya, anime ini bercerita tentang raksasa. Well, raksasa yang sukanya makan daging manusia lebih tepatnya. Karena ancaman dari raksasa jelek rupa itu, umat manusia mesti berlindung di balik tembok tinggi.

Tapi suatu hari, seekor raksasa tengil tiba-tiba menghancurkan tembok tinggi yang selama ini jadi pelindung bagi umat manusia. Dan hal itu membuat Eren Jaeger sang karakter utama bersumpah untuk membasmi semua raksasa yang ada di muka bumi.

Kata-kata doang nggak akan cukup buat menggambarkan betapa megahnya suguhan action yang ditawarkan anime ini. Kalau kamu belum pernah nonton Attack on Titan, saya menyarankan banget kamu untuk tonton sesegera mungkin.

8. Black Lagoon

Funimation

Rokurou Okajima adalah pebisnis yang sering ditindas oleh atasannya. Tiap hari ditindas melulu, ia merasa hidupnya sungguh membosankan. Siapa juga yang nggak akan bosan kalau hidupnya selalu diisi sama penindasan?

Namun hidupnya berubah saat melakukan perjalanan bisnis ke Asia Tenggara, di mana ia disandera oleh sekelompok tentara bayaran yang disebut Black Lagoon. Nggak disangka, lewat penyanderaan yang diwarnai aksi baku tembak itu, Okajima menemukan jalan hidup baru di bawah naungan bendera Black Lagoon.

Bersama geng barunya, Okajima mulai berpetualang mencari penghidupan di kota kriminal Roanapur.

Kalau kamu termasuk penggemar film action ala Hollywood, hampir dipastikan Black Lagoon nggak akan bikin kamu kecewa. Adegan-adegan aksinya bakal mengingatkan kamu pada film aksi Hollywood, semisal The Expendables atau Mission Impossible.

Yup, anime ini nggak melibatkan sihir, monster, ahli pedang, atau jurus supranatural yang biasa ditemukan di anime action populer. Sebagai gantinya, Black Lagoon menawarkan aksi spionase, adu taktik, kejar-kejaran, dan aksi baku tembak yang mendebarkan. Selain itu, anime ini punya karakter yang memiliki keunikannya masing-masing. Salah satunya cewek seksi bernama Revy, anggota Black Lagoon yang pandai memainkan pistol dan punya lidah setajam silet (baca: hobi mengumpat).

9. Fate/Zero

Aniplex

Mungkin inilah karya masterpiece dari serial Fate yang pertama kali hadir di tahun 2006. Berbeda dari seri pendahulunya yang disisipi unsur fan service, nuansa Fate/Zero terkesan jauh lebih serius, tragis, dan brutal. Lewat judul Zero-lah Fate berhasil menguatkan posisinya sebagai serial bergenre action-fantasy.

Cerita Fate/Zero berfokus pada perang yang dipicu oleh Holy Grail, artefak kuno yang sanggup mengabulkan segala jenis permintaan. Protagonis dalam kisah ini, Kiritsugu Emiya, berencana menghancurkan Holy Grail untuk mengakhiri peperangan.

Oh iya, Emiya sendiri adalah petarung yang memiliki heroic spirit kelas Saber, Artoria Pendragon. Untuk mendapatkan Holy Grail, Emiya dan Saber mesti beradu kekuatan dengan enam pasangan petarung lainnya di kompetisi battle royale.

Alur cerita Fate/Zero tergolong sederhana. Tapi ia punya kekuatan dalam segi pembangunan konflik, baik itu konflik pertarungan maupun konflik batin yang dialami karakternya. Gen Urobuchi selaku penulis Fate/Zero, bahkan nggak segan membunuh karakter-karakter penting yang membuat atmosfer cerita semakin kelam.

Kalau mesti dibandingkan, nuansa suram Fate/Zero mungkin setipe dengan serial Game of Thrones. Itulah alasan kenapa ia lebih cocok disaksikan pemirsa dewasa. Dan satu hal lagi, Fate/Zero punya deretan karakter keren dan animasi memukau yang bikin kamu nggak sabar menunggu adegan pertempurannya.

10. Kenpuu Denki Berserk (Berserk: The Sword Wind Romance)

Media Blasters

Nggak banyak serial manga lawas yang mampu bertahan sampai puluhan tahun. Kalaupun ada, berarti manga tersebut punya kualitas jempolan dan fanbase yang luas. Berserk adalah salah satu contohnya. Pertama kali tayang di tahun 1997, Berserk telah melahirkan anime, tiga film, dua serial adaptasi, dan dua OVA (Original Video Animation).

Kisah Berserk dibuka oleh petualangan Guts, tentara bayaran yang mengembara seorang diri di dataran Midland. Suatu hari, Guts berpapasan dengan kelompok tentara bayaran yang dijuluki Band of Hawk. Tentu saja, melihat kelompok tersebut, Guts merasa gatal ingin menguji keahlian bertarungnya. Setelah membikin beberapa prajurit babak belur, Guts akhirnya dikalahan oleh Griffith sang pemimpin Band of Hawk.

Alih-alih menghabisi nyawa Guts, Griffith malah merekrutnya sebagai anggota. Ia percaya Guts bisa membantu mewujudkan ambisinya menjadi raja.

Anime berlatar abad pertengahan ini menawarkan segudang aksi pertarungan brutal, intrik politik, plus beberapa adegan dewasa. Eits, tapi itu bukanlah daya tarik utama yang ditawarkannya. Pesona Berserk yang sesungguhnya terletak pada motivasi dan perkembangan karakternya. Dari sinopsisnya, kamu pasti udah bisa nebak kalau alur cerita Berserk bakal ditentukan oleh motivasi Griffith menjadi raja. Tapi menariknya, karakter yang lebih inferior seperti Guts pun punya tujuan pribadi yang berpengaruh terhadap perkembangan cerita.

Sebenarnya nggak ada istilah superior atau inferior sih. Semua karakter Berserk punya motivasi dan tindakan yang perlahan saling bersinergi. Dan sebuah cerita epik tentang ambisi pun dibangun darinya.

11. Stranger: Mukou Hadan (Sword of the Stranger)

Funimation

Film anime bertema samurai garapan Masahiro Ando ini memang nggak begitu terkenal. Tapi jangan salah, Sword of the Stranger bakal memuaskan hati para penggemar anime action. Kualitas animasinya yang jempolan bikin adegan tebas-tebasan terlihat lebih nyata dan menegangkan.

Sword of the Stranger bercerita tentang Kotarou, bocah laki-laki yang jadi buronan pasukan Dinasti Ming dari Tiongkok. Pasukan Ming bermaksud menggunakan darah Kotarou untuk menciptakan ramuan keabadian.

Dalam pelariannya, Kotarou berpapasan dengan ronin tanpa dan memintanya untuk menjadi bodyguard. Sang ronin awalnya ragu untuk menerima tawaran tersebut, meskipun pada akhirnya hatinya luluh setelah Kotarou berjanji memberi imbalan.

Meski dipenuhi momen pertarungan di sana sini, alur cerita Sword of the Stranger cukup menarik untuk ditelusuri. Ide ceritanya mungkin cukup familiar  bagi veteran anime. Tapi, kalau ngomongin soal adegan aksi yang bisa bikin penonton terhanyut, Sword of the Stranger termasuk yang terbaik di kelasnya.

12. Hellsing Ultimate

Funimation

Apakah ada karakter vampir yang seikonik Alucard di dunia anime? Oh, biar saya ralat pertanyaannnya. Apakah ada karakter vampir yang lebih brutal, lebih gila, lebih keren, sekaligus lebih ikonik dari Alucard? Saya sendiri kesulitan menjawab pertanyaan itu.

Ya, Alucard jadi alasan utama mengapa saya merekomendasikan anime yang berpusat pada organisasi Hellsing ini. Dengan bala tentara yang cukup besar, mereka bertekad memerangi seluruh vampir di muka bumi. Tapi apalah artinya manusia lemah di hadapan vampir abadi yang haus darah? Untungnya itu bukan masalah besar, sebab Hellsing punya senjata pamungkas yang juga jadi bintang utama di dalam cerita. Yup, senjata yang dimaksud adalah Alucard.

Sejak awal, Alucard udah menyandang status sebagi tokoh terkuat di dalam cerita. Ia tahu betul bagaimana cara membantai musuh-musuh dari bangsanya sendiri. Menariknya, Alucard nggak cuma kuat. Ia juga punya segudang tipu muslihat untuk menghabisi lawannya sampai ke tulang-tulang. Bayangkan saja, saking gilanya Alucard, kamu nggak akan bisa menebak cara apa yang bakal ia lakukan untuk membantai musuhnya.

Sebenarnya Hellsing Ultimate adalah serial yang diadaptasi dari versi orisinalnya, Hellsing (2001). Keduanya punya cerita yang nggak jauh beda. Tapi di versi ini kamu bakal menyaksikan lebih banyak kebrutalan dan adegan aksi yang memacu adrenalin.

13. Cowboy Bebop

Funimation

Di tahun 2070, umat manusia menghuni beberapa planet dan bulan di tata surya, meninggalkan bumi yang sudah tua renta. Agar hukum tetap bisa ditegakkan, pemerintah membentuk kepolisian galaksi yang dibantu oleh para Bounty Hunter alias pemburu hadiah. Nah, tokoh utama di cerita ini adalah kelompok Bounty Hunter yang terdiri dari dua sekawan, Spike Spiegel dan Jet Black. Mereka menjelajahi tata surya untuk menyelesaikan misi, sekaligus mencari anggota baru.

Cowboy Bebop menyampaikan cerita dengan gaya episodik. Dengan kata lain, nggak ada alur pasti yang akan membawa penonton ke ujung cerita. Sebagai gantinya, kamu bakal menyaksikan plot (perburuan hadiah) yang berbeda di tiap episodenya. Biasanya sih, penceritaan bergaya episodik semacam ini sering digunakan di anime bergenre slice of life. 

Tapi justru di situlah letak keindahan Cowboy Bebop. Ia mampu menyampaikan cerita aksi yang nggak pasti ujungnya dengan sangat baik. Tiap episode Cowboy Bebop bagaikan harta karun yang menunggu untuk dibuka, bikin kamu nggak sabar untuk menonton cerita berikutnya. Belum lagi, Spike punya masa lalu yang hanya akan terungkap kalau kamu menonton semua episodenya.

14. Akira

Toho

Inilah film anime fiksi ilmiah terbaik yang dirilis sebelum tahun 90-an. Nggak lama setelah dirilis, Akira berhasil membuat para sineas mancanegara, khususnya Hollywood, tergila-gila. Alasannya? Film ini punya ide cerita orisinal bernuansa kelam yang membuka lembaran baru bagi perkembangan anime di era berikutnya.

Cerita berpusat di Neo-Tokyo, peradaban Kota Tokyo masa depan yang diwarnai maraknya kriminalitas dan terorisme. Buktinya, dua karakter utama berasal dari geng motor yang sering terlibat tawuran. Mereka adalah Kaneda dan Tetsuo.

Saat beradu balap dengan geng motor saingan, Tetsuo mengalami kecelakaan yang melibatkan seorang bocah esper misterius. Sejak pertemuan itu, Tetsuo mulai merasa ada yang janggal dengan dirinya. Ia seperti memiliki kekuatan super yang sulit dikendalikan. Pemerintah yang mengetahui hal itu langsung menculik Tetsuo untuk mencegah bencana besar di masa lalu kembali terjadi.

Nah, di saat itulah Kaneda bertekad menyelamatkan Tetsuo bagaimanapun caranya. Ia mesti berpacu dengan waktu agar Tetsuo tak berubah menjadi monster seutuhnya. Hubungan kuat mereka dan konflik batin yang dialami Tetsuo pada akhirnya bakal bikin kamu terhanyut ke dalam cerita Akira.

Selain menjanjikan aksi ala film cyberpunk dan science fiction, Akira juga sering mengumbar adegan mengerikan yang mungkin layak membuatnya masuk di kategori gore juga. Beberapa adegan bahkan tergolong absurd. Tapi itu semua tetap berhubungan dengan inti cerita dan atmosfernya.

15. Koukaku Kidoutai: Stand Alone Complex (Ghost in the Shell: Stand Alone Complex)

Bandai Entertainment

Satu lagi anime fiksi ilmiah yang sarat akan adegan aksi menegangkan. Ghost in the Shell: Stand Alone Complex membawa kamu ke zaman di mana transplantasi tubuh dari daging menjadi mesin bukanlah hal yang mustahil. Di zaman inilah batas-batas yang membedakan robot dengan manusia mulai pudar dan kriminalitas naik ke tingkat yang lebih mutakhir.

Ghost in the Shell: Stand Alone Complex berfokus pada Section 9, tim polisi khusus yang dibentuk pemerintah Jepang guna mengatasi kasus kriminal tingkat tinggi. Tim tersebut dikomandoi Aramaki dan Kusanagi, dua polisi yang berperan sebagai karakter utama. Di misi terkini, Keduanya berusaha mati-matian meringkus hacker misterius yang dijuluki The Laughing Man.

Konspirasi dan intrik adalah dua elemen yang membuat cerita Ghost in the Shell: Stand Alone Complex solid sekaligus kompleks. Kalau tertarik menonton anime ini, saya sarankan kamu untuk fokus menyimak setiap detail ceritanya, biar nggak tersesat di tengah jalan.

Tapi tenang, alur ceritanya yang rumit nggak bakal bikin kamu cepat bosan. Soalnya ya itu, banyak adegan aksi bertebaran di sepanjang permainan petak umpet antara hacker dan polisi.

Apa kamu udah puas dengan daftar rekomendasinya? 

The post 15 Anime Action Terbaik nan Sengit selain One Piece dan Dragon Ball appeared first on Selipan.com.

Box Office Bomb: 5 Film yang Dianggap Paling Gagal Total karena Merugi Besar

$
0
0

Istilah Box office tentu nggak asing ‘kan di telinga kamu, wahai moviegoer? Istilah tersebut biasa dipakai untuk mengacu jumlah pendapatan sebuah film dari penjualan tiket selama penayangan film.

Tapi apa kamu pernah mendengar istilah box office bomb?

Box office bomb adalah istilah yang digunakan untuk sebuah film yang gagal mencapai target penjualan tiket yang diharapkan oleh pihak produser. Dengan kata lain, film tersebut mengalami kerugian secara finansial.

Selain itu, kebanyakan film yang mendapat predikat box office bomb biasanya menggelontorkan  anggaran produksi yang besar banget. Contohnya seperti 5 film ini yang justru menyia-nyiakan banyak hal, dan akhirnya malah mendapat kritikan pedas dari kritikus dan penonton.

1. Speed Racer (2008)

via hollywoodreporter.com

Apa kamu masih ingat dengan mobil balap warna putih dengan huruf M yang menempel di bagian kapnya? Yup, kartun Speed Racer atau Mach GoGoGo pernah dibuat versi live-action di tahun 2008.

Saat itu, Wachowski bersaudara dan Joel Silver sebagai produser berharap kalau film yang menghabiskan dana hingga $120 juta ini bisa jadi film keluarga favorit, khususnya bagi anak-anak. Sayangnya banyak faktor yang nggak diperhatikan Wachowski ketika tahap produksi, salah satunya soal target penonton. Melihat fakta bahwa Speed Racer adalah kartun yang populer di dekade 1960-1970, film adaptasinya justru bakal lebih mengena buat orang tua.

Selain itu, reputasi Wachowski yang lebih sering membuat film rating R, seperti The Matrix dan V for Vendetta, membuat usaha untuk mempromosikan Speed Racer malah jadi lebih sulit.

Hasilnya, Speed Racer hanya berhasil meraup untung sebesar $93.9 juta. Jumlah ini kalah jauh dibandingkan pesaingnya kala itu, Iron Man, yang berhasil memperoleh $585,2 juta.

2. Sahara (2005)

via avcesar.com

Sahara jadi salah satu film yang mendapat label box office bomb karena hanya menghasilkan $119 juta. Bandingkan dengan pengeluarannya yang mencapai $160 juta.

Film yang diadaptasi dari novel karya Clive Cussler ini sebenarnya punya potensi bagus untuk dibuat jadi franchise film. Tapi karena sulitnya mendapat persetujuan Cussler terkait naskah, film ini pun menemui kendala selama proses produksi. Dan hal itulah yang mungkin yang menjadi tanda awal kalau film ini bakalan gagal di box office.

3. The 13th Warrior (1999)

via pinterest.com

Mengangkat kisah dari novel ke dalam layar lebar memang bukan tugas mudah, apalagi jika pihak produser menaruh ekspektasi yang cukup tinggi.

Itu juga terjadi pada The 13th Warrior. Banyaknya hambatan yang terjadi selama proses produksi, mulai dari buruknya respons yang didapat saat test screenings, pengambilan gambar ulang, sampai pergantian komposer, berdampak pada membengkaknya anggaran produksi. Alokasi anggaran yang awalnya cuma $85 juta pun membengkak sampai $160 juta.

Sayang beribu sayang, dana dan usaha yang untuk membuat film ini nggak dibarengi dengan kesuksesan dan keuntungan. Film yang dibintangi oleh Antonio Banderas ini hanya mendapat $61,7 juta.

Kegagalan dari film ini bahkan membuat Omar Sharif, aktor yang berperan sebagai Melchisidek, kecewa dan memutuskan untuk pensiun sementara dari dunia akting.

4. Stealth (2005)

via screenweek.it

Stealth adalah film yang cukup ambisius. Dana sebesar $138 juta digelontorkan demi menampilkan konsep teknologi mutakhir melalui penggunaan CGI. Alih-alih tampil meyakinkanfilm ini gagal total dari sisi kualitas meski punya ide cerita yang mirip dengan  2001: A Space Odyssey dan Top Gun. Imbasnya keuntungan dari penjualan tiket cuma menembus angka $76,9 juta.

Kecewa atas pencapaian Stealth, pihak Sony langsung menghentikan kerja sama dengan sang sutradara Rob Cohen terkait penggarapan proyek film mereka selanjutnya, The 8th Voyage of Sinbad.

5. The Adventures of Pluto Nash (2002)

via cheatsheet.com

Sial, itu mungkin nasib yang dialami oleh Eddy Murphy saat membintangi The Adventures of Pluto Nash. Film yang harusnya bisa mengharumkan kembali namanya justru jadi panen cibiran. Alasannya sudah jelas: film ini buruknya… euh, agak sulit digambarkan dengan kata-kata.

Film ini sendiri bercerita tentang petualangan Pluto untuk mencari penyebab hancurnya klub malam miliknya. Ini film masuk ke genre komedi, tapi ia gagal menyajikan humor yang menggugah gelak tawa. Wajar kalau Rotten Tomatoes mengkritik The Adventures of Pluto Nash sebagai film yang nggak ada lucunya sama sekali.

Semua usaha yang dilakukan kru film memang jadi tampak sia-sia. Bahkan tema fiksi ilmah yang coba ditampilkan lewat visualisasi kota ala Blade Runner nyaris nggak mampu menyelamatkan film ini dari kata gagal.

Lebih parahnya lagi, The Adventures of Pluto Nash mendapat predikat sebagai salah satu box office bomb paling buruk yang pernah ada. Keuntungan dari film ini hanya menyentuh angka $7,1 juta, terpaut jauh jika kita membandingkan jumlah $110 juta yang dibuang untuk produksi film ini. Saking besarnya kerugian yang dialami, saya saja malas buat menghitungnya.

Sebetulnya masih banyak film gagal lainnya. Bahkan tadinya saya pengin cantumkan juga beberapa film Indonesia. Hanya saja apa istilah box office berlaku untuk film lokal?

Balik lagi, apa menurut kamu 5 film yang masuk jajaran box office bomb ini memang gagal? Apa justru kamu melihat hikmah tersembunyi di baliknya?

The post Box Office Bomb: 5 Film yang Dianggap Paling Gagal Total karena Merugi Besar appeared first on Selipan.com.

Mengintip Langkah-Langkah Pembuatan Anime, Ribet tapi Mengasyikkan!

$
0
0

Buat saya yang termasuk generasi milenial, salah satu hal yang bikin masa kecil saya begitu berwarna adalah tayangan anime seperti Let’s & Go!!, Digimon, Inuyasha, dan Crush Gear Turbo di hari Minggu pagi. Saya sampai sering rebutan remote TV dengan kakek yang lebih suka nonton Wiro Sableng. Dari kecil sudah berantem sama kakek, berwarna sekali masa kanak-kanak saya bukan?

Anime memang menyuguhkan tontonan yang asyik bagi sebagian orang. Tapi apa kamu pernah terpikir bagaimana anime dibuat?

Pembuatan anime sebetulnya agak rumit lho, nggak bisa dianggap gampang. Nah, daripada kita cuma nonton doang, mendingan sekarang kita sama-sama cari tahu gimana proses produksi anime. Check this out!

Tahap-tahap produksi anime

Melansir ComicsVerse, proses produksi anime dibagi menjadi tiga tahapan utama: praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Kamu bisa melihat contoh alurnya di bagan ini:

via washiblog.wordpress.com

Praproduksi

1. Planning

Pada tahapan ini, salah satu hal penting yang paling dicari adalah ide cerita. Sebuah ide untuk pembuatan anime bisa didapat dari dua cara. Pertama, ide cerita asli dari sutradara. Kedua, adaptasi dari novel atau manga.

Ide cerita yang sudah didapat kemudian dibahas bersama produser. Beberapa hal terkait penulisan naskah, jadwal pembuatan anime, desain karakter, target penonton, anggaran serta rekrutmen staf menjadi poin penting dalam pembahasan tersebut. Jika dalam proses ini kesepakatan nggak kunjung tercapai, rencana pembuatan anime bisa saja dibatalkan. Tapi, jika ide cerita yang diajukan mendapat persetujuan dari produser, maka proses pembuatan anime bisa berlanjut ke bagian pembuatan storyboard.

2. Storyboard

Di tahap kedua ini, sutradara punya andil besar karena tanggung jawab pembuatan storyboard ada di tangannya. Berbeda dengan film, sutradara anime mengarahkan setiap adegan dari masing-masing tokoh lewat storyboard.

Sutradara nggak bekerja sendirian. Mereka juga dibantu oleh penata artistik, penata warna, serta desainer karakter buat mengarahkan beberapa hal teknis. Misalnya pembuatan background atau desain karakter.

via anime.stackexchange.com

Biasanya storyboard berisi jumlah potongan adegan, pergerakan kamera, gerakan aktor, dialog, dan panjang frame setiap detiknya. Setiap kolom pada storyboard tersebut diisi oleh sutradara. Jadi kamu bisa bayangkan jika satu episode anime berisi 300 potong adegan, berapa banyak gambar yang harus dibuat sutradara. Pusing pasti ya?

Produksi

via fandompost.com

Setelah storyboard selesai dibuat, barulah proses produksi anime dimulai. Selanjutnya tanggung jawab penggarapan tiap episode anime diberikan ke masing-masing asisten sutradara (atau disebut juga episode director). Tugas utama dari asisten sutradara adalah mengatur kelancaran proses pembuatan anime di tiap episodenya.

Untuk proses produksi animasinya meliputi beberapa tahapan: mulai dari layout, key-animation, in-between, kemudian digitalize, dan diakhiri pada tahap editing.

1. Layout

via comicsverse.com

Orang yang bertugas pada proses layout biasanya diberi tanggung jawab untuk memberikan detail atau latar pada storyboard. Sebagai contoh, jika potongan adegan dari storyboard hanya berisi adegan karakter dalam anime, layout berfungsi untuk memberi sentuhan pada gambar agar potongan adegannya menjadi lebih hidup.

2. Key Animation

via comicsverse.com

Berlanjut ke proses berikutnya, key-animation bisa dibilang merupakan proses utama pada pembuatan anime. Di tahap ini storyboard yang sudah diberi layout akan dibuat ulang berdasarkan frame yang dibutuhkan untuk tiap adegannya. Contohnya untuk potongan adegan menoleh, key animator bisa membuat dua frame: frame pertama untuk tatapan ke depan, sedangkan frame kedua untuk menoleh ke samping

Selain itu, satu episode anime bisa membutuhkan lebih dari 20 key-animator lho. Itu karena jumlah frame yang dibutuhkan untuk menciptakan satu potongan adegan bisa menghabiskan banyak gambar.

3. In-Between Animation 

via goboiano.com

In-between animator bisa juga berperan menjadi supervisor key-animator. Soalnya pada tahap ini, hasil dari key-animator bisa saja menerima revisi, tergantung dari relevansi setiap gambar yang dibuat.

Jika semua gambar yang dibuat sudah relevan, tugas selanjutnya dari in-between animator adalah memastikan setiap adegan bergerak secara halus dengan menambahkan frame yang dibutuhkan.

4. Digitalize

via kotaku.com

Nah, tahapan penutup dari proses produksi anime adalah digitalize, yakni pemberian warna serta efek visual oleh colorist (penata warna) dan SFX artist (penata efek visual).

Pascaproduksi

Setelah semua proses produksi pembuatan animasi selesai, barulah proses editing dimulai. Proses editing dalam anime meliputi pengisian suara atau dubbing, serta editing efek suara dan latar musik. Semuanya dilakukan di bawah arahan sutradara.

Jika editing sudah selesai, selanjutnya sutradara beserta asistennya akan memeriksa setiap tahapan pada proses produksi, juga memastikan semua proses berjalan dengan baik. Setelahnya, tim sutradara biasanya memberikan ulasan dan masukan untuk proses pembuatan episode anime selanjutnya.

via theglorioblog.com

Kalau kamu ingin tahu lebih jauh mengenai betapa ribet dan sulitnya membuat suatu anime, saya rekomendasikan kamu buat nonton anime yang membahas soal pembuatan anime. Judulnya Shirobako.

Well, gimana menurut kamu proses dari penggarapan anime? Cukup ribet ‘kan? Belum lagi jika ada kesalahan yang terjadi di salah satu tahapan, bakalan kacau tuh.

Ribet sih ribet. Tapi, kalau kita dasarnya memang suka, pekerjaan sesulit apa pun bisa terasa menyenangkan. Apa kamu tertarik untuk berkarier sebagai animator?

The post Mengintip Langkah-Langkah Pembuatan Anime, Ribet tapi Mengasyikkan! appeared first on Selipan.com.

10 Pegulat WWE yang Beralih Jadi Aktor, dari yang Sukses sampai Kurang Sukses

$
0
0

Pada suatu hari yang adem, secara kebetulan dan tak disangka-sangka saya melihat poster film Fast & Furious: Hobbs and Shaw di tembok bioskop. Sekilas nggak ada yang istimewa dari poster itu, kalau saya nggak teringat sama masa lalu Dwayne “The Rock” Johnson.

Waktu saya masih kecil, dia itu pegulat legendaris di WWE (di Indonesia sering disederhanakan jadi Smekdon). Tapi saat saya dewasa kini, dia udah bertransformasi jadi aktor profesional layaknya Iqbal Coboy Junior. Aaaah, betapa cepat waktu berlalu.

Anyway, apa kamu tahu ada pegulat-pegulat lain yang menjajal dunia seni peran? Yaah, walaupun ada yang aktingnya bagus, sebagiannya lagi biasa aja.

Baiklah, kita mulai daftarnya dari…

10. Triple H

Samuel Goldwyn Films

Jika kamu nggak tahu menantu dari bos WWE Vince McMahon ini pernah main film, saya nggak menyalahkan kamu. Semua filmnya memang nggak ada yang sukses, baik dari sisi kritik maupun komersial.

Saya ambil contoh dari dua filmnya, The Chaperone dan Inside Out, yang gagal total. Seolah saling melengkapi, aktingnya pun dicerca habis-habisan oleh para kritikus.

Mungkin Triple H lebih cocok mengurus WWE daripada berakting di film ya. Mungkin, karena siapa tahu suatu hari nanti kualitas aktingnya bisa setara dengan Brad Pitt.

9. The Undertaker

New Line Cinema

Mark William Callaway… siapa penggila WWE yang nggak kenal dengan jurus andalannya sebagai Undertaker? Chokeslam! Belum lagi Harley Davidson-nya yang suka dibawa-bawa ke samping ring, kayaknya hampir semua pencinta gulat bakal terkesan kalau lihat gaya Undertaker.

Tapi karena Undertaker nggak mungkin terus-terusan melakukan Chokeslam di film, karismanya itu seakan melenyap entah ke mana saat harus beradu akting. Film yang jadi panggung utamanya dalam seni peran pun berakhir nggak kalah mengenaskan.

15%, itu skor yang didapat oleh Suburban Commando, film yang sama-sama dibintangi Undertaker dan Hulk Hogan.

8. Kane

Yeaaah… Chokeslam!/Lionsgate

Saya masih ingat teman-teman masa kecil saya dulu sering berpura-pura jadi Kane saat main Smekdon. Bagi kami para bocah, Kane itu keren. Dia nggak pernah bicara; mukanya ditutupi topeng; dan setiap dia muncul, ring selalu dipenuhi api.

Tapi sama dengan Triple H, “adik” dari Undertaker ini kurang punya peruntungan yang bagus di dunia perfilman. Sebelum cek Wikipedia, saya bahkan cuma tahu satu film yang dibintanginya, See No Evil. Dan film itu pun cuma dianugerahi skor 8% oleh Rotten Tomatoes.

Jika kamu ulangan di sekolah, lalu dapat nilai 8 dari total 100 poin, kamu pasti nggak akan bilang-bilang ke orang tua ‘kan?

7. Stone Cold Steve Austin

Sebagai juara King of The Ring 1996 dan belasan kali menjadi juara dunia WWE, kayaknya Stone Cold memang nggak butuh mengambil profesi baru lagi. Sampai hari ini pun dia kadang-kadang muncul di WWE. Kasarnya, rezeki dia di dunia gulat masih aman.

Tapi di tahun 2005 dia menerima tawaran berakting di film The Longest Yard. Okelah, saya pikir tawaran itu mungkin dia ambil cuma buat iseng aja. Eeehh, nggak tahunya selang beberapa tahun setelahnya dia main film lagi lewat The Expandables dan The Condemned. Di film yang disebut terakhir, dia jadi pemeran utamanya lagi.

Ini akibatnya kalau kamu mengejek kepala botak Stone Cold/Lions Gate Entertainment

Oke, film-filmnya mungkin lumayan. Dan akting Stone Cold pun terkesan biasa aja, nggak jelek tapi nggak bisa dibilang mengagumkan juga. Hampir semua filmnya cenderung mengeksploitasi gaya Stone Cold di WWE yang terkenal gahar dan bengis. Jadi peran yang dia dapatkan karakteristiknya gitu-gitu saja.

Rekomendasi filmnya: The Expendables (2010)

6. Randy “Macho Man” Savage

Sony Pictures

Pindah profesi itu susah-susah gampang. Pasti banyak orang yang terlanjur mengidentikkan kamu dengan profesi lama kamu. Kejadian yang sama juga terjadi pada beberapa pegulat WWE yang mencoba peruntungan di bidang akting, seperti Randy Savage.

Karena dia udah terlalu dikenal dengan personanya yang macho, Randy Savage sering dapat peran yang sama banget dengan citranya sebagai pegulat. Contohnya kayak di seri Baywatch, karakternya nggak jauh beda sama karakter yang dia tunjukkan saat ada di atar ring WWE.

Rekomendasi filmnya: Spider-Man (2002)

Senggaknya walaupun berperan jadi pegulat lagi, dialognya dengan Peter Parker cukup menghibur dan jadi titik penting di plot film.

5. Hulk Hogan

Umurnya memang nggak muda lagi, tapi Hulk Hogan masih aktif terlibat di dunia gulat sampai saat artikel ini ditulis – walaupun sekarang dia lebih sering terlibat di belakang layar sebagai mentor untuk pegulat baru.

Hulk Hogan memulai karier aktingnya di Rocky 3 (1982) sebagai pegulat yang jadi lawan tanding Rocky. Nggak ada yang spesial dari penampilannya di film tersebut. Dia baru menonjol saat mengambil peran di film-film komedi. Akting komedinya pun nggak terlalu buruk kok. Kalau penasaran, kamu bisa tonton Santa With Muscles (1996). Lumayan laaaah.

Harusnya dia juga pakai setelan kayak gini di atas ring/New Line Cinema

Rekomendasi filmnya: Mr. Nanny (1993)

Sepertinya ini langkah paling berani dari Hulk Hogan sebagai aktor film. Bayangin cuy, pegulat gahar kayak dia mau-maunya pakai baju balet.

4. Big Show

Kayaknya sih karena pengaruh Hulk Hogan yang berani main film komedi, beberapa pegulat jadi ikut mencoba peruntungan buat main film komedi juga. Ada yang berhasil, ada yang nggak. Untungnya Big Show si pegulat raksasa lebih masuk kategori yang pertama.

“Muahahaha, saya nggak tahu apa yang saya tertawakan! Mwahahaha!”/Walt Disney Pictures

Big Show mulai mencuri perhatian penikmat film saat dia memerankan karakter Captain Insano di The Waterboy (1998), film komedi yang pemeran utamanya Adam Sandler. Sebelumnya dia juga sempat jadi figuran di Jingle All The Way (1996). Tapi aksinya di film The Waterboy yang membuat pegulat berbobot sekitar 230 kg ini lebih terekspos.

Big Show pun mendapatkan kesempatan untuk jadi pemeran utama di film Knucklehead. Namun sayangnya, film ini mendapat ulasan yang kurang bagus dari banyak kritikus film. Padahal akting dia nggak jelek-jelek amat.

Rekomendasi filmnya: Knucklehead (2010)

Mulai dari gestur sampai cara dia berdialog di film ini lucu. Nggak lucu-lucu banget sih, tapi lumayan menghibur.

3. John Cena

Perjalanan menjadi bintang Holywood untuk pegulat yang pernah jadi juara dunia WWE sebanyak 12 kali ini nggak mudah. Debutnya di film aksi The Marine (2006) dihujat habis-habisan oleh kritikus. Belum lagi film dia selanjutnya, 12 Rounds (2009), juga mendapat perlakuan yang sama. Tapi John Cena nggak sepenuhnya bersalah. Dua film itu memang nggak punya kualitas yang mumpuni.

Nasib baik malah mulai mendatangi John Cena saat dia main di genre komedi. Film kayak Blockers dan Trainwreck ternyata lumayan digandrungi oleh banyak orang. Berkat perannya di film komedi pula, John Cena jadi punya kesan baru sebagai pegulat yang bisa melawak. Lumayan jauh dari gaya dia waktu di WWE yang mengambil setelan rapper militan.

Rekomendasi filmnya: Blockers (2018)

Akting konyol John Cena di film ini top banget.

Dulu saya nggak pernah membayangkan John Cena bakal berpose kayak gini/Universal Studios

2. Batista

Pegulat yang punya julukan The Animal ini memulai karier aktingnya di film-film laga seperti House Of The Rising Sun (2011), The Scorpion King 3 (2011), dan Riddick (2013). Tapi ya kembali lagi, tipikal nasib pegulat yang baru masuk dunia akting, kalau nggak dapat film medioker, perannya juga nggak begitu menonjol.

Tapi sepertinya kebanyakan penikmat film – termasuk saya — mulai lebih “ngeh” akan kehadiran dirinya di dunia akting berkat film Guardians of the Galaxy (2014). Lewat film itu, Batista seperti membuktikan kalau dia memang bisa berakting. Siapa sih yang nggak ngakak sama adegan konyol dari Drax?

Walt Disney Pictures

Rekomendasi filmnya: Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017).

Salut buat Batista yang bisa memerankan karakter Drax nyaris tanpa cela.

1. The Rock

Kalau nggak mencantumkan The Rock di daftar ini tuh kurang afdol rasanya. Keberuntungan The Rock memang nggak hanya terletak di atas ring, tapi juga di bidang akting.

Memulai karier layar lebarnya lewat The Mummy Returns (2001), The Rock terus menjelma jadi aktor profesional yang aktingnya semakin mantap dari film ke film. The Rock sudah pernah bermain di film-film laga box office seperti The Rundown (2003), The Walking Tall (2004), sampai Fast Five (2015). Kemampuan aktingnya juga nggak hanya berguna di film laga, The Rock pun piawai memainkan karakter komedi seperti di The Game Plan (20017) dan Tooth Fairy (2010).

20th Century Fox

Sepertinya keputusan The Rock untuk pensiun dari dunia gulat memang tepat. Dari sekian banyak jajaran film yang udah dia mainkan, hampir semuanya sukses. Belum lagi The Rock sering dinominasikan dalam ajang penghargaan film.

Rekomendasi filmnya: Fast Five (2015).

Hobbs keren banget, cuy. Sosok supercop yang sebenarnya!

Menurut kamu, siapa nih pegulat WWE yang beneran jago akting dan filmnya bagus? Daftar ini saya tulis berdasarkan analisa gembel amatir saya. Masalah akting bagus atau nggak sebenarnya kembali lagi ke penilaian masing-masing penonton.

The post 10 Pegulat WWE yang Beralih Jadi Aktor, dari yang Sukses sampai Kurang Sukses appeared first on Selipan.com.

Viewing all 562 articles
Browse latest View live